Home / Romansa / Pesona Sang Penguasa / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Pesona Sang Penguasa: Chapter 31 - Chapter 40

48 Chapters

31. Kunjungan

"Pihak catatan sipil sudah mengkonfirmasi tentang pernikahan dari calon perdana menteri muda kita, Alaric Bastian Crawford." "Walau kemarin Menteri Keuangan kita tidak menjelaskan secara rinci tentang skandal fotonya, tapi dia juga tidak menampik tentang kedekatan dengan perempuan tertentu. Hari ini adalah hari Menteri Alaric mengajukan cuti, untuk fokus mengikuti pemilihan perdana menteri." "Apakah cuti lebih cepat ini memang hanya untuk fokus pada pemilu, atau mungkin pada acara pernikahan yang dia sembunyikan." Tangan Anna bergerak untuk mengambil remot televisi untuk mematikan benda persegi yang sedang dia tonton pagi ini. Padahal, Anna hanya ingin melihat-lihat acara yang menyenangkan, tapi malah melihat berita tentang suaminya. "Tidak mau lihat yang lain saja?" Sebelum sang nyonya benar-benar mematikan televisi, Darcy memberi saran yang lain. "Apa Nyonya tidak mau melihat wawancara Tuan?" "Memangnya dia mau wawancara apa lagi?" tanya Anna yang pada akhirnya mengikuti s
last updateLast Updated : 2025-02-21
Read more

32. Menggoda

"Siapa kau?" tanya perempuan yang tadi bersuara. "Tidak mungkin orang seperti kau bisa punya janji dengan Pak Alaric." "Kenapa tidak bisa?" tanya Anna dengan kedua alis terangkat. "Memangnya apa yang salah denganku?" "Kalau ini adalah mal, atau mungkin kantor biasa saja, kau jelas sama sekali tidak bermasalah." Perempuan yang tadi menegur kembali berbicara. "Tapi ini kantor departemen keuangan dan kau meminta bertemu dengan menteri?" "Maaf, Nona." Tidak bisa tinggal diam lagi, Darcy memilih untuk maju. "Kau tidak tahu sedang berurusan dengan siapa, jadi tolong jangan menghalangi. Lagi pula, kami melalui prosedur yang sesuai." "Kalian mengikuti prosedur yang sesuai, tapi tidak mungkin Pak Menteri akan menemui orang seperti kalian. Apa kalian sedang merekam vlog atau mungkin prank?" "Maaf, tapi sejak tadi aku tidak mengerti." Anna kembali berbicara. "Kau selalu mengatakan tidak mungkin Alaric bertemu dengan kami, seolah tidak pantas. Tapi kau tidak pernah menyebutkan kenapa sep
last updateLast Updated : 2025-02-22
Read more

33. Kesalahan

"Apa Anna berbuat keributan?" Alaric bertanya, setelah dia mengantar salah satu tamunya sampai ke pintu utama. Tadi dia menerima tamu di ruangan lain. "Sebenarnya, bukan Nyonya yang membuat keributan." Caspian tentu akan menjelaskan. "Ada seorang karyawan yang tidak membiarkan Nyonya Anna mengikuti prosedur penerimaan tamu." "Prosedur penerimaan tamu?" tanya Alaric dengan kening berkerut, sampai harus menghentikan langkahnya untuk sejenak. "Menurut Darcy, Nyonya yang ingin melakukannya. Katanya biar bagaimana, prosedur adalah prosedur, jadi dia juga harus patuh." Caspian menjelaskan disertai dengan senyuman. "Tapi pada akhirnya dia terkena masalah bukan?" Alaric kembali melanjutkan langkah, walau harus berhenti lagi di depan lift. "Benar juga sih, tapi aku tetap salut dengan sifat Nyonya." Alaric kembali menatap sang asisten dengan kening berkerut. Dia benar-benar merasa bingung, bagaimana bisa seorang Caspian Grey kini menyanjung sang istri. Padahal dulu, lelaki itu yang
last updateLast Updated : 2025-02-22
Read more

34. Telepon Mencurigakan

"Karena sekarang kau sedang cuti, bagaimana kalau kita pergi untuk mengunjungi Mom?" Pertanyaan dari sang istri, membuat Alaric menaikkan sebelah alisnya. Lelaki yang sedang menyusun program rancangan kerja yang bisa digunakan untuk kampanye itu, merasa apa yang dikatakan oleh sang istri sangatlah tidak masuk akal. "Untuk apa kau mau ke sana?" tanya Alaric segera melihat kembali ke laptop yang dia pakai sejak tadi. "Apa kau tidak takut dikerjai lagi?" "Takut sih, tapi tidak apa-apa. Soalnya, kali ini aku pasti tidak akan disuruh ke kantormu dengan pakaian aneh lagi kan?" Sebelah alis Alaric terangkat melihat ekspresi ceria istrinya yang agak tidak masuk akal, sebelum mengatakan, "Kalau kau mau pergi, pergi sendiri saja." "Eh? Kau tidak mau ikut? Hitung-hitung kau sekalian mengunjungi ibumu dan pulang ke rumah bukan?" tanya Anna dengan kedua alis yang terangkat. "Itu rumah ibuku," jawab Alaric terdengar santai. "Aku memang besar di sana, tapi itu rumah ibuku dan Astrid."
last updateLast Updated : 2025-02-23
Read more

35. Dia Kembali

"KELUAR DARI SINI!" Anna nyaris saja terjatuh, ketika sang mertua mendorongnya dengan cukup kasar. Dia benar-benar didorong, seolah Elizabeth sedang mendorong sapi berukuran agak besar dan bukan manusia. "Mom, aku salah apa lagi sih?" tanya Anna dengan kening yang berkerut bingung. "Apa cara mengupas buahku jelek? Lalu barang-barangku masih ada di dalam." "Ambil saja semua barang-barang harammu ini." Elizabeth kembali membuka pintu, untuk melempar barang-barang sang menantu. "Ponsel baruku." Anna dengan cepat menangkap benda pipih yang baru saja dia beli beberapa jam yang lalu. "Aduh, anakku." Anna langsung mengelus ponsel yang berhasil dia tangkap. "Aku bahkan belum benar-benar belajar menggunakan benda ini, jadi tidak boleh rusak." "Padahal ada ponsel yang lebih baik dari itu, tapi kenapa Nyonya sangat menyayanginya?" tanya Darcy dengan helaan napas panjang, setelah memungut tas perempuan yang dia layani. "Bagiku ini sudah sangat bagus, walau kau bilang ini termasuk mu
last updateLast Updated : 2025-02-23
Read more

36. Mutiara

Mata Alaric melotot, ketika melihat perempuan yang terbaring di sebelahnya. Itu adalah Anna yang tertidur dan terlihat tidak mengenakan apa pun di balik selimut hangat yang menutupi tubuh mungilnya. "Aku sudah gila," bisik Alaric menggosok wajahnya dengan kasar menggunakan kedua tangan. "Benar-benar sudah gila." Dengan gerakan yang cukup cepat, Alaric menarik selimut dan segera turun dari ranjang dalam keadaan telanjang. Toh, tidak ada yang melihatnya, karena Anna masih terlihat sangat lelap dengan wajah sembap. Lagi pula, dia juga akan berpakaian. "Tuan? Akhirnya kau bangun juga." Caspian mengembuskan napas lega melihat lelaki yang sudah dia tunggu sejak tadi. "Nyonya Elizabeth berniat untuk datang." "Biarkan saja dia menunggu." Alaric mengatakan itu, sambil terus berjalan ke kamar sebelah. "Lalu kau Darcy." "Ya, Tuan." Yang dipanggil langsung menjawab. Kebetulan Darcy juga menunggu bersama dengan Caspian di depan pintu kamar. "Berikan obat ... apa lagi itu namanya." Alar
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more

37. Sogokan Cerai

"Ayolah, Darcy. Ceritakan padaku tentang si Pearl ini." Anna merajuk, bahkan mengejar asistennya itu. "Aku ingin tahu." "Maaf, Nyonya." Sayangnya, Darcy harus menggeleng. "Aku tidak bisa melakukan itu, apalagi aku tidak mengenal yang namanya Pearl." "Tapi kenapa kau terdengar seperti tahu sesuatu?" tanya Anna masih berusaha untuk membujuk. "Kalau tidak kenal, kenapa kau menghindar? Kau kan bisa langsung bilang tidak tahu saja." Darcy sudah membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu, tapi dia batal melakukannya. Wajah cemberut dan mata melotot sang nyonya muda, membuatnya tidak ingin membantah. "Aku memang tahu sesuatu, tapi kejadian itu terjadi sebelum aku bekerja dengan Tuan." Pada akhirnya, Darcy menceritakan sedikit. "Tapi aku juga tidak bisa bercerita, karena itu bukan kapasitasku dan aku juga tidak tahu benar apa yang terjadi." "Berikan bocoran sedikit saja." Anna terus mendesak. "Aku hanya ingin tahu siapa dia." "Siapa yang kau maksud?" Anna nyaris saja tersentak ket
last updateLast Updated : 2025-02-25
Read more

38. Mantan Tunangan

"Apa yang membuatmu terlihat murung?" Seseorang bertanya, setelah mengetuk pintu ruangan Alaric. "Tidak ada." Yang empunya ruangan hanya bisa menggeleng saja. "Kau yakin tidak ada?" tanya lelaki berambut pirang yang baru saja masuk itu, kemudian menatap asisten yang empunya ruangan. "Apa dia baru saja bertengkar dengan istrinya atau apa?" "Aku juga tidak tahu." Sayangnya, Caspian harus menggeleng. "Soalnya mereka menghabiskan malam panjang bersama, tapi saat pagi wajahnya sudah jelek." "Oh, ini sungguh mengejutkan." Lelaki tadi tertawa, sebelum memilih duduk di depan meja pemilik ruangan. "Masih pengantin baru dan sudah bertengkar di atas ranjang?" "Sebaiknya kau menutup mulut, Levi," desis Alaric makin merasa kesal saja. "Aku sedang tidak ada mood untuk bercanda denganmu." "Memangnya sejak kapan kau senang bercanda?" tanya lelaki yang dipanggil Levi dengan kening berkerut. "Apa kau tidak lihat bagaimana rupa Ian sekarang? Dia jadi jutek hanya karena terlalu lama bekerja de
last updateLast Updated : 2025-02-26
Read more

39. Harus Apa?

Anna menatap lembaran kertas yang ditaruh di atas meja, dengan kedua tangan terlipat di depan dada. Lembaran kertas itu berbentuk persegi panjang, dengan tulisan yang tercetak rapi di atasnya, disertai dengan tanda tangan. "Darcy," panggil Anna masih dengan ekspresi dan posisi tubuh yang sama. "Ini yang dinamakan dengan cek kosong bukan?" "Itu kurang tepat, Nyonya," jawab perempuan berambut pendek yang berdiri di belakang si penanya. "Lalu ini disebut apa?" "Mungkin bisa disebut dengan cek yang belum diisi nominalnya." Sebagai asisten, tentu saja Darcy tidak akan keberatan untuk menjelaskan. "Sementara kalau cek kosong itu adalah cek yang tidak memiliki saldo di dalam rekeningnya." "Jadi, apa maksud Mom memberiku cek yang belum ditulisi nominalnya ini?" Anna kembali bertanya, tanpa banyak mengubah ekspresi dan posisi. Embusan napas pelan terdengar dari bibir Darcy. Dia yakin sang nyonya sudah tahu maksud dari cek itu,
last updateLast Updated : 2025-02-27
Read more

40. Istri

"Halo, selamat pagi. Aku Marjorie Jackson." Seorang perempuan cantik yang berdiri di depan ruangan menyapa. "Terima kasih karena sudah menerimaku masuk ke partai ini, walau waktunya sangat tidak tepat." "Ucapkan terima kasih itu pada calon perdana menteri kita." Seseorang memberitahu. "Kalau bukan karena dia, mungkin kau akan ditendang." "Terima kasih Pak Alaric," ucap perempuan yang tadi memperkenalkan diri dengan senyum lebar. "Jadi begini saja?" Alih-alih menjawab ucapan tadi, Alaric malah bertanya. "Kalian memintaku datang hanya untuk ini?" "Oh, maaf." Seseorang mengucap maaf. "Kami pikir akan baik kalau Pak Alaric juga mengenal anggota baru kita. Kebetulan, dia menyumbang cukup banyak untuk partai kita." "Terima kasih atas sambungannya." Alaric mengatakan itu, sembari beranjak dari tempat duduknya. "Aku harap, kau bisa berkontribusi hal lainnya juga selain uang." Setelah mengatakan hal itu, Alaric melangkah pergi. Asistennya bahkan sedikit terkejut, bahkan perlu berja
last updateLast Updated : 2025-02-28
Read more
PREV
12345
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status