Semua Bab Dinikahi Sang Penguasa : Suami Kontrakku Memberi Segalanya: Bab 31 - Bab 40

53 Bab

31. Berbalas Pesan

Untuk beberapa waktu, Arsen dan Lily saling menatap dalam diam.Napas Lily tertahan di tenggorokkan ketika melihat wajah suaminya yang benar-benar tenang tanpa ekspresi. Apa suaminya itu marah karena tindakannya barusan?“Hm.” Arsen hanya menjawab dengan gumaman setelah itu beralih dari hadapan Lily dan pergi menuju kamar mandi.Tubuh Lily berputar mengikuti kepergian Arsen. Napas yang sejak tadi dia tahan, akhirnya Lily keluarkan perlahan.Malam harinya, Lily berbaring memunggungi Arsen. Perasaan canggung itu tetap ada di dalam hatinya mengingat tindakannya yang memeluk pria itu tanpa sadar. Lily berusaha memejamkan mata, tetapi meskipun sudah mencoba beberapa kali dia tetap tidak bisa jatuh ke alam mimpi.Kenapa dirinya merasa gelisah seperti ini?Lily menghembuskan napas kasar. Dia tidak merasakan gerakan sama sekali dari belakang punggungnya.Bingung harus melakukan apa, akhirnya Lily meraih ponselnya yang ada di nakas, lalu mencoba mengirim pesan pada Natasha yang sudah lama tida
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-20
Baca selengkapnya

32. Mulai Berani

Arsen tak bisa langsung membalas pertanyaan Lily, dia kembali menyandarkan punggung dengan kasar lalu menggaruk pelan pelipisnya menggunakan jari telunjuk. Arsen berdecak sebelum membalas pesan itu. [Kenapa kamu bertanya begini? Apa kamu sedang menyukai orang yang umurnya jauh lebih tua?] Lily diam membaca pesan yang baru saja Arsen kirimkan, lalu akhirnya dia mengetik pesan balasan lagi. [Aku tidak yakin, lagipula itu terjadi saat aku masih sangat kecil, aku juga sudah lupa bagaimana wajah orang yang aku sukai itu karena ini sudah sangat lama.] Arsen terdiam membaca pesan yang Lily kirimkan, dia tidak mau menduga siapa orang yang Lily sukai dan memutuskan untuk mengakhiri percakapan via aplikasi berbalas pesan itu. [Ya sudah, ini sudah malam. Berdoalah sebelum tidur, semoga malam ini tidak ada mimpi buruk menghampirimu.] Lily tersenyum membaca pesan dari Natasha yang sangat perhatian. Dia membalas pesan dengan harapan yang sama untuk Natasha lalu mengakhiri kegiatan berbalas p
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-22
Baca selengkapnya

33. Maskulin dan Hangat

Ucapan Lily tidak berhenti di situ ketika melihat Sonia mengepalkan tangan di sisi tubuhnya.“Bibi Monica masih mengirimiku pesan, memohon padaku untuk kembali bersama Bryan." Usai berkata itu, Lily melihat Sonia melepas pelukan Bryan dan hampir menamparnya."Tak perlu pamer seolah hubungan kalian baik-baik saja, itu memalukan,” kata Lily lagi."Berani sekali kamu!"Lily membuang muka saat Bryan menahan Sonia.Lily tetap bersikap tenang meski beberapa staff yang kebetulan menunggu di depan lift menatap curiga."Jangan ladeni dia." Bryan menarik Sonia, tepat setelah lift terbuka. Mereka buru-buru pergi meski itu bukan lantai tujuan mereka.Sonia meradang, wajahnya merah padam. "Kenapa kamu menahanku?!" Suaranya cukup keras.Bryan melirik sekeliling, memastikan tak ada yang mendengar. Nadanya pelan tetapi penuh peringatan. "Kamu mau dipecat? Perusahaan ini punya aturan anti-perundungan. Kamu harus ingat, hanya status direkturmu lah yang bisa aku banggakan pada orang tuaku, Sonia." Sete
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-25
Baca selengkapnya

34. Tatapan Pria Itu Padaku

Lily menatap keluar jendela pesawat. Hari ini adalah hari keberangkatan ke Jogja, tak elak senyum terus mengembang di bibirnya. Terlebih karena ucapan Arsen tadi malam terus terngiang di telinga, menciptakan sensasi aneh di perutnya. Pikiran Lily yang ikut terbang, membuat ia tidak sadar sedari tadi Dini mengajaknya berbicara. Karena tidak ada sahutan dari Lily, Dini menyenggol lengannya, membuyarkan lamunan. “Bagaimana menurutmu?” tanya Dini, matanya berbinar. “Maaf, tadi kamu bilang apa?” Lily bertanya, berusaha fokus. Dini mencebik, tetapi sedetik kemudian kembali bersemangat. “Kubilang Pak Arsen luar biasa, menyewa pesawat dan satu hotel untuk pelatihan ini. Semua demi kita!” “Memang luar biasa,” gumam Lily, pikirannya masih melayang. “Tapi, menurutku daripada dua hari menginap di hotel, lebih seru kalau langsung saja berkemah.” Dini terdiam, menatap Lily dengan tatapan aneh, seolah Lily baru saja mengatakan sesuatu yang gila. Lily mengalihkan perhatian, menatap pramugari
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-26
Baca selengkapnya

35. Tenggelam

Melihat Arsen yang menatapnya dingin, Thomas menelan ludah, takut. Ia lantas menunduk, menyuapkan potongan buah ke mulutnya, lalu bergumam lirih, “Istri Anda sejak tadi juga sudah menjadi pusat perhatian staff lain. Lihat saja si staff baru itu, tidak sedetik pun dia mengalihkan pandangan dari Nona Lily.”Satu sudut alis Arsen terangkat. Ia melirik ke arah yang ditunjuk Thomas dengan ekor matanya. Juna. Memang, pemuda itu tak henti-hentinya memandangi Lily.Arsen tetap tenang, seolah tak terusik sedikit pun. Kemudian, ia mengeluarkan ponsel dari sakunya, mengetik pesan singkat untuk Lily.[Segera kembali ke kamar untuk istirahat setelah selesai makan.]Setelah memastikan pesan terkirim, Arsen bangkit dari kursi, meninggalkan Thomas yang masih makan dan terperangah.Thomas buru-buru menghabiskan makanannya dan menyusul atasannya.Arsen melangkah melewati meja-meja tempat para staff makan. Kehadirannya sontak menarik perhatian, semua mata tertuju padanya.Lily, yang semula sedang meman
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-28
Baca selengkapnya

36. Saling Mengkhawatirkan?

"Apa yang terjadi?!" Arsen mematung. Langkahnya yang semula nyaris berlari, mendadak berhenti di ambang pintu. Di hadapannya, Bryan sudah melompat ke dalam kolam. Arsen mengepalkan tangan. Dia terlambat. Ekspresinya menggelap melihat Bryan yang menolong Lily dari air. "Pak." Suara Thomas terdengar lirih, menyadarkan Arsen dari keterkejutan. Arsen tak menjawab. Matanya tetap terpaku, menatap tajam ke arah kolam. "Pastikan Lily baik-baik saja!" Perintahnya, dingin dan datar. Setelah berkata, Arsen berbalik pergi dari sana. Bryan membopong Lily ke tepi, membaringkannya dengan hati-hati. Lily terbatuk-batuk, satu tangannya menyentuh dada, dan satu tangan yang lain menahan tubuhnya, berusaha memuntahkan air. Bryan memeriksa dan memastikan keadaan Lily. Lega. Tetapi kemudian, ia menoleh ke arah Sonia, melotot kesal. "Apa kamu sudah gila?!" Desisnya, penuh amarah yang tertahan. Sonia hanya diam dengan tenang. Belum sempat ia menjawab, Thomas, Juna, dan Dini sudah berlari menghampir
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-01
Baca selengkapnya

37. Seseorang Yang Diharapkan

Lily menurunkan pandangan pada jaket yang tersemat di pundaknya. Lily tertegun. Ia kenal jaket ini, karena ia yang memasukkan jaket itu di koper kemarin. Senyum kecil muncul di bibir Lily sebelum membalikkan badan. Namun, Lily berjengit kaget melihat seseorang di hadapannya. Di saat yang sama, Thomas ikut terkejut. “Kenapa kamu yang ada di sini?” tanya Lily. Nada suaranya kecewa. Yang datang bukan seseorang yang diharapkannya. “Kenapa Anda malam-malam di sini? Apalagi udara di sini sangat dingin.” Thomas balas bertanya. Lily membuang napas kasar kemudian kembali berbalik dan memandang pemandangan malam di hadapannya. “Aku hanya tidak bisa tidur,” kata Lily. “Apa kamu mengikutiku?” Lily menoleh lagi ketika Thomas berdiri di sampingnya. “Hm … ya, begitulah,” jawab Thomas ragu. Dahi Lily berkerut samar mendengar jawaban Thomas. “Sejak kejadian Anda jatuh di kolam tadi, Pak Arsen memintaku untuk memastikan kondisi Anda baik-baik saja. Aku bahkan tidak diperbolehkan tidur ma
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-02
Baca selengkapnya

38. Tidak Akan Terjadi Lagi

Lily dan Dini melangkah beriringan menuju ballroom, tempat pelatihan akan segera dimulai. Langkah mereka ringan, namun benak Lily dipenuhi bayangan kejadian semalam. Baru saja mereka tiba, beberapa staf menghampiri Lily. Wajah-wajah mereka memancarkan kekhawatiran. "Lily, kami dengar kamu jatuh ke kolam semalam. Kamu baik-baik saja?" tanya seorang staf wanita, suaranya bergetar. Lily memaksakan senyum, mengangguk meyakinkan. "Iya, aku baik-baik saja." Ucapan syukur terdengar dari para staf. Mereka kemudian membubarkan diri, menuju kursi masing-masing, menanti pelatihan dimulai. "Tadi ada yang bertanya padaku," bisik Dini, mendekatkan tubuhnya pada Lily, "apa mungkin kamu jatuh karena didorong Bu Sonia?" Lily menoleh, menatap Dini sejenak. "Lalu, kamu jawab apa?" "Ya, kujawab tidak tahu. Lagipula aku tidak melihat langsung saat kamu jatuh. Meskipun, memang benar ada Bu Sonia di sana," jelas Dini, meskipun ia sendiri juga ragu. Senyum tipis kembali tersungging di bibir Lily. "Su
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-04
Baca selengkapnya

39. Pacarku Yang Posesif

Lily memandang ponselnya yang berdering dan terkejut saat melihat nama Arsen terpampang di layar. ‘Kenapa dia tiba-tiba menghubungiku sekarang?’ Lily mendadak panik karena takut ada yang tahu. 'Apa tidak bisa mengirim pesan saja seperti biasa?' Kening Lily berkerut samar karena tidak biasanya Arsen bersikap seperti ini. Lily sedang mengantri bersama staff lainnya untuk menyewa skuter, membuatnya memilih menjauh untuk menjawab panggilan dari Arsen. Dini melihat Lily memisahkan diri tapi bersikap biasa saja. Dini merasa Lily mencurigakan, tapi ia hanya diam. Mungkin itu dari seseorang yang penting untuk Lily. Di sisi lain, sedari tadi Juna telah memperhatikan Lily. Ketika wanita itu mengangkat teleponnya dan bergerak mencurigakan, ia jadi ikut penasaran. Melihat Lily pergi dari antrean dan memegang ponsel di depan dadanya. Lily berjalan agak jauh dari kerumunan para staff. Saat dirasa sudah aman, Lily menjawab panggilan dari Arsen. “Di mana kamu?” Lily langsung mendapa
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-05
Baca selengkapnya

40. Sangat Berharga Bagiku

“Aku tidak mau bicara denganmu lagi!” Suara Sonia meninggi, penuh kebencian. Ia menatap Bryan dengan sorot mata penuh rasa kesal, lalu berbalik, meninggalkan pria itu tanpa menoleh. Sonia melangkah dengan tergesa untuk mengejar Lily. Ada sesuatu yang harus ia pastikan. Jadi, ia mempercepat langkah, berusaha menyusul Lily. Namun, usahanya terhenti. Rombongan staf lain mulai berdatangan kembali ke villa, membuat Sonia terpaksa menghentikan langkahnya. “Kalian mau ke mana?” Di saat yang sama Juna dan Dini hendak masuk villa, namun ia melihat Lily juga Sonia keluar dari vila. Pertanyaan Juna menghentikan langkah mereka. “Kita harus segera berkemas,” lanjut Juna, meskipun ia mulai penasaran dengan mereka, tetapi senyumnya tetap tersungging di bibirnya. “Kita akan pindah ke bumi perkemahan, lebih dekat ke gunung Merapi.” Tangannya menunjuk ke arah belakang villa, seolah menunjukkan jalan. Juna melirik Bryan, yang kini muncul dari dalam villa, mendekati mereka. Melihat mereka bertiga
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-06
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status