All Chapters of Perjanjian Di Ujung Pengkhianatan: Chapter 61 - Chapter 70

128 Chapters

Bab 61

Juan duduk di ruang kerjanya dengan wajah serius. Matanya tajam menatap layar laptop di depannya, sesekali tangannya mengetik pesan di ponselnya. Ia tidak bisa lagi hanya berdiam diri. Terlalu banyak hal yang mencurigakan sejak Kiranti tiba-tiba muncul, dan kini ia mulai merangkai benang merah antara Sandi, Kiranti, dan Diana. “Aku butuh laporan lengkap tentang Kiranti dan Sandi. Segera,” perintahnya kepada seseorang di telepon. Suara di ujung sana menjawab dengan tegas, “Akan segera kami urus, Pak Juan. Kami juga akan mencari tahu apakah mereka benar-benar terhubung dengan Diana.” Juan menutup telepon dan menghela napas panjang. Ia bukan orang yang mudah percaya, apalagi jika menyangkut orang-orang yang berusaha mendekati Dini. Instingnya mengatakan ada sesuatu yang lebih besar dari sekadar masalah hutang-piutang Sandi. Tak lama kemudian, Dini mengetuk pintu ruang kerja Juan dan masuk dengan wajah cemas. “Juan, kamu terlihat tegang. Ada apa?” Juan menatapnya sejenak, ragu a
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

Bab 62

Hujan masih turun deras di luar, membasahi jendela ruang kerja Juan. Di dalam ruangan itu, suasana semakin mencekam. Hasil penyelidikan yang dikirim oleh tim Juan akhirnya tiba, membawa bukti-bukti yang tak terbantahkan bahwa Diana, bersama Sandi dan Kiranti, telah menyusun rencana jahat sejak awal. Juan duduk terpaku di depan laptop, matanya menyapu setiap detail laporan—rekaman panggilan, pesan teks, dan transaksi keuangan rahasia. Setiap bukti seolah mengoyak keyakinannya bahwa ia masih bisa mempertahankan ketenangan di rumahnya. Namun, kini kenyataan berkata lain. Tak lama kemudian, pintu ruang kerja diketuk dengan keras. Dini masuk dengan wajah pucat, sementara Mira mengikuti dengan cemas. "Juan, aku mendengar dari Mira bahwa ada yang salah dengan laporan ini," ujar Dini, suaranya bergetar. Juan menunduk, lalu menghela napas berat. "Bukti ini menunjukkan bahwa Diana dan Sandi telah bekerja sama dengan Kiranti untuk memanipulasi situasi demi keuntungan mereka. Mereka r
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

Bab 63

Keesokan paginya, Dini terbangun lebih awal dari biasanya. Cahaya matahari mengintip dari sela-sela jendela, menciptakan suasana tenang yang bertolak belakang dengan perasaannya yang kalut. Setelah semalaman berpikir, Dini sadar bahwa hidupnya tak bisa terus berada dalam bayang-bayang Diana, Sandi, atau siapa pun. Ia harus membuat keputusan, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk Dean. Ia melangkah keluar dari kamar, dan tanpa disangka, Juan sudah menunggunya di meja makan. Pria itu tampak lelah, seolah ia juga tak tidur semalaman. “Kamu terlihat pucat,” komentar Juan sambil menyodorkan secangkir kopi padanya. Dini menerimanya dengan tangan gemetar, menghela napas sebelum akhirnya berbicara, “Juan, aku harus bicara denganmu.” Juan menatapnya tajam. “Tentang apa?” Dini menggigit bibir, mencari kata-kata yang tepat. “Aku merasa... mungkin sudah waktunya aku pergi.” Juan terdiam. Matanya berubah gelap, ekspresi wajahnya menegang. “Pergi?” Dini mengangguk pelan. “Aku tida
last updateLast Updated : 2025-02-16
Read more

Bab 64

Dini terjaga lebih awal dari biasanya. Hatinya masih berdebar saat mengingat kejadian tadi malam. Ciuman itu… sentuhan Juan… semuanya terasa nyata dan membingungkan. Ia duduk di tepi tempat tidur, mencoba mengumpulkan pikirannya. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Pintu kamarnya tiba-tiba diketuk. "Dini, boleh aku masuk?" Itu suara Juan. Dini menarik napas dalam, lalu mengangguk meski tahu pria itu tidak bisa melihatnya. “Masuklah.” Juan melangkah masuk dengan tatapan lembut namun serius. "Aku tahu ini sulit bagimu, tapi aku ingin mendengar langsung darimu," ucapnya sambil duduk di sofa dekat ranjang. "Apa kamu benar-benar ingin pergi?" Dini mengigit bibirnya. "Aku tidak tahu, Juan. Aku takut jika aku tetap di sini, aku akan semakin terikat." Juan tersenyum tipis. "Apa itu sesuatu yang buruk?" Dini menatapnya, berusaha mencari jawaban yang tepat. Ia membuka mulut untuk bicara, tapi sebelum sempat mengatakan sesuatu, suara ponsel Juan berdering. Pria itu mel
last updateLast Updated : 2025-02-17
Read more

Bab 65

Hujan masih turun deras di luar, membasahi kaca jendela kamar Dini. Cahaya redup dari lampu tidur membuat bayangan mereka berdua terpantul samar di cermin di sudut ruangan. Juan masih belum melepaskan pelukannya, seolah takut Dini akan menghilang jika ia melonggarkan genggamannya. Dini menghela napas dalam, mencoba meredakan detak jantungnya yang masih tak beraturan. Ia ingin membalas pelukan itu, ingin mempercayai kata-kata Juan, tetapi ketakutan dalam dirinya menahan semua itu. "Juan..." Suaranya lirih, hampir tenggelam dalam suara hujan. "Hm?" Juan tidak bergerak, masih tenggelam dalam aroma lembut tubuh Dini yang membuatnya tenang. "Aku... Aku takut," akhirnya Dini mengaku. Juan melonggarkan pelukannya, menatap wajah Dini yang dipenuhi keraguan. "Takut apa?" "Takut jika aku semakin dekat denganmu, maka aku hanya akan membawa masalah dalam hidupmu." Juan tersenyum kecil, menangkup wajah Dini dengan kedua tangannya. "Masalah itu sudah ada sejak lama, Sayang. Justru kam
last updateLast Updated : 2025-02-17
Read more

Bab 66

Dini hampir tak bisa bernapas ketika melihat beberapa pria bertopeng mulai mendekat. Jantungnya berdegup begitu kencang, dan ia bisa merasakan Juan yang berdiri di depannya menegang, bersiap menghadapi ancaman. "Kamu seharusnya nggak datang, Dini," gumam Juan dengan nada penuh kecemasan, tanpa menoleh padanya. "T-tapi aku khawatir..." suara Dini bergetar, matanya terpaku pada pria-pria yang membawa tongkat besi dan kayu. Diana tertawa kecil di belakang mereka. "Aduh, betapa romantis. Kamu bahkan nekat datang demi Juan, Dini? Sayang sekali, karena sekarang kamu ikut masuk dalam masalah ini." Salah satu pria bertopeng melangkah maju, mengayunkan tongkatnya ke arah Juan. Pria itu menghindar dengan cepat, namun serangan berikutnya datang dengan lebih brutal. Juan berhasil menangkis satu pukulan, tetapi dua pria lainnya langsung ikut menyerang. Juan melawan dengan sengit, tinjunya menghantam salah satu pria di perut hingga orang itu mundur sambil meringis. Namun, lawan yang lain
last updateLast Updated : 2025-02-18
Read more

Bab 67

Pagi itu, suasana di rumah Juan terasa lebih tenang. Dean berlari-lari kecil di ruang tamu dengan mainannya, sementara Dini menyiapkan sarapan di dapur. Ia mulai terbiasa dengan ritme baru dalam hidupnya, meskipun di hatinya masih ada sedikit keraguan tentang apa yang akan terjadi selanjutnya. Juan melangkah masuk ke dapur, mengenakan kemeja santai dengan rambut yang masih sedikit basah setelah mandi. Ia tersenyum saat melihat Dini sibuk mengaduk sup di atas kompor. "Kamu kelihatan nyaman di sini," ujar Juan, mengambil cangkir kopi dan duduk di dekat meja. Dini meliriknya sekilas, lalu tersenyum kecil. "Mungkin aku memang sudah terlalu terbiasa di rumah ini." Juan mengangkat alis. "Kalau begitu, kenapa tidak menetap?" Dini terdiam. Ia tahu ke mana arah pembicaraan ini. Sejak kejadian dengan Diana dan segala kekacauan yang terjadi, Juan semakin sering menunjukkan bahwa ia ingin Dini tetap ada di sisinya. "Aku belum tahu, Juan," ujar Dini jujur. "Aku masih harus memikirkan b
last updateLast Updated : 2025-02-18
Read more

Bab 68

Keesokan paginya, Dini terbangun dengan perasaan yang campur aduk. Kenangan tentang ciuman Juan semalam masih melekat jelas di benaknya. Ia bisa merasakan getaran aneh di dadanya setiap kali mengingat bagaimana pria itu menatapnya dengan penuh perasaan. Namun, Dini sadar, perasaannya terhadap Juan bukanlah sesuatu yang sederhana. Ada Dean di antara mereka. Ada masa lalu Juan yang masih menghantui, terutama dengan kehadiran Diana yang belum menunjukkan tanda-tanda akan menyerah begitu saja. Dini menghela napas panjang, lalu bangkit dari tempat tidur dan segera bersiap untuk memulai hari. Namun, sebelum ia sempat keluar kamar, suara ketukan terdengar dari pintu. “Dini?” Suara Juan. Dini membuka pintu dan mendapati pria itu berdiri di sana dengan ekspresi lembut. “Selamat pagi,” katanya. “Pagi,” Dini menjawab, berusaha menghindari tatapan Juan karena ia tahu pipinya pasti sudah memerah. Juan tersenyum kecil, seolah mengetahui apa yang sedang Dini rasakan. “Aku ingin bicara de
last updateLast Updated : 2025-02-19
Read more

Bab 69

Dini tidak bisa tidur malam itu. Pikirannya terus melayang pada ancaman Diana. Wanita itu memang licik, dan jika benar ia berniat merebut Dean, maka ini bukan sekadar masalah kecil. Dini tahu betapa Juan mencintai putranya. Jika hak asuh Dean sampai dipertaruhkan, Juan bisa kehilangan segalanya. Dini bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan keluar kamar. Ia memutuskan untuk mengecek Dean di kamarnya, memastikan anak itu tidur nyenyak. Dengan langkah pelan, ia membuka pintu dan melihat bocah kecil itu terlelap dengan pelukan erat pada boneka beruang kesayangannya. Namun, saat hendak menutup pintu kembali, suara berat terdengar dari belakang. “Dia anak yang kuat.” Dini tersentak dan menoleh. Juan berdiri di sana, mengenakan kaus hitam dan celana santai. Rambutnya agak berantakan, jelas ia juga belum tidur. “Kamu belum tidur?” tanya Dini pelan. Juan menggeleng, lalu berjalan menghampiri kamar Dean dan menatap putranya dengan ekspresi yang sulit dibaca. “Aku tidak bisa
last updateLast Updated : 2025-02-19
Read more

Bab 70

Diana melangkah masuk tanpa diundang, seolah rumah ini masih menjadi miliknya. Tatapan matanya menusuk tajam ke arah Juan sebelum beralih pada Dini, yang masih berdiri di sudut ruangan dengan wajah tegang. “Diana,” suara Juan datar, berusaha menahan ketidaksukaannya. “Apa maumu?” Diana tersenyum miring. “Oh, Juan. Apa itu cara yang pantas untuk menyambut ibu dari anakmu?” Juan menghela napas panjang. “Kalau kamu datang untuk bertemu Dean, dia masih tidur. Aku bisa mengantarmu ke kamarnya sebentar, lalu kamu bisa pergi.” Diana mendekat dengan langkah penuh percaya diri. “Bukan itu yang aku inginkan.” Ia melirik Dini sekilas sebelum kembali menatap Juan. “Aku ingin kita bicara. Berdua.” Dini merasa seluruh tubuhnya menegang. Ia tidak ingin mendengar percakapan mereka, tetapi entah mengapa hatinya juga tak rela meninggalkan ruangan. Juan melirik Dini, seolah meminta pendapat. Dini, yang masih merasa goyah setelah ciuman mereka tadi, akhirnya berkata, “Aku akan ke dapur.” Te
last updateLast Updated : 2025-02-20
Read more
PREV
1
...
56789
...
13
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status