All Chapters of Perjanjian Di Ujung Pengkhianatan: Chapter 41 - Chapter 50

56 Chapters

Bab 41

Malam itu, suasana di rumah terasa sunyi. Dean sudah tertidur di kamarnya setelah Dini menemaninya membaca buku. Setelah memastikan anak itu nyaman, Dini melangkah keluar dengan perasaan campur aduk. Ia baru saja hendak menuju kamarnya ketika langkahnya terhenti di depan pintu kamar Juan yang sedikit terbuka. Suara lembut seorang wanita terdengar dari dalam. Diana. Hati Dini mencelos. Ia tahu seharian ini Diana terus menempel pada Juan, tapi ia tidak menyangka wanita itu akan seberani ini. Perlahan, Dini mendekat. Ia tidak bermaksud menguping, tapi suara Diana terdengar cukup jelas. "Juan, kau benar-benar tega membiarkan aku tidur sendiri?" suara Diana terdengar menggoda. "Bukankah dulu kita selalu berbagi tempat tidur?" Juan terdengar menghela napas panjang. "Diana, sudah kubilang, jangan seperti ini." Diana tertawa kecil. "Seperti apa? Aku hanya ingin kita mengulang masa-masa dulu. Lagipula, kita belum benar-benar bercerai." Hening sejenak. Lalu terdengar sua
last updateLast Updated : 2025-02-04
Read more

Bab 42

Diana tidak bodoh. Ia tahu jika ingin kembali menguasai rumah ini, ia harus melakukannya dengan strategi yang cerdik. Dan langkah pertamanya adalah mendapatkan sekutu di dalam rumah ini. Ia mengamati semua orang yang bekerja di rumah Juan. Matanya akhirnya tertuju pada Mira, asisten rumah tangga yang tampaknya memiliki hubungan cukup baik dengan Dini. Siang itu, ketika Dini sedang sibuk menemani Dean di taman, Diana sengaja menghampiri Mira yang sedang menyapu teras belakang. “Mira, ya?” Diana menyapa dengan senyum ramah. Mira menoleh, sedikit terkejut. Sejak kedatangan Diana, wanita itu memang jarang berinteraksi dengannya. "Iya, Bu. Ada yang bisa saya bantu?" Diana melirik ke sekeliling, memastikan tidak ada yang mendengar. "Aku hanya ingin ngobrol santai. Aku dengar kau sudah lama bekerja di sini?" Mira mengangguk. "Ya, Bu. Sudah hampir tiga tahun." Diana tersenyum tipis. "Pasti kau tahu banyak hal tentang rumah ini, termasuk tentang Dini, bukan?" Mira sedik
last updateLast Updated : 2025-02-04
Read more

Bab 43

Diana menjatuhkan dirinya sendiri ke tanah sambil memegangi pipinya, seolah-olah baru saja ditampar. Dini terkejut, matanya membelalak tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. "Diana?!" Saat itulah langkah kaki terdengar mendekat dengan cepat. "Dini! Apa yang kau lakukan?!" Dini menoleh dan mendapati Juan berdiri di sana, wajahnya dipenuhi keterkejutan dan kemarahan. Diana mulai menangis, suaranya terdengar penuh kepedihan. "Juan... dia menamparku!" ujarnya dengan suara bergetar. "Aku hanya ingin berbicara baik-baik, tapi dia malah menamparku!" Dini merasa darahnya berdesir kencang. "Juan, aku tidak—" "Dia menamparku hanya karena aku ingin kembali ke Dean! Aku hanya ingin memperbaiki semuanya!" Diana memotong ucapan Dini, semakin meyakinkan Juan dengan air mata yang mengalir di pipinya. Juan terdiam, ekspresinya sulit ditebak. Ia menatap Diana yang terisak di tanah, lalu beralih ke Dini yang tampak panik. "Dini," katanya akhirnya, suaranya lebih tenang, tetapi tetap men
last updateLast Updated : 2025-02-05
Read more

Bab 44

Pagi itu, suasana di rumah Juan terasa lebih dingin dari biasanya. Tidak ada sapaan ramah antara Dini dan Juan saat mereka berpapasan di ruang makan. Dini sibuk menyiapkan sarapan Dean, sementara Juan duduk diam dengan pikirannya sendiri. Diana, di sisi lain, tampak lebih percaya diri dari sebelumnya. Mira, yang sejak awal tidak menyukai kehadiran Diana, memperhatikan bagaimana wanita itu duduk santai di meja makan seolah sudah kembali menjadi nyonya rumah. "Mbak Dini," bisik Mira saat mereka berdua berada di dapur. "Kayaknya Bu Diana makin nyaman aja di sini. Aku takut dia benar-benar mau tinggal lama." Dini hanya tersenyum lemah. "Aku juga tidak tahu, Mir. Tapi kita tidak bisa berbuat apa-apa. Ini rumah Pak Juan." "Tapi Mbak… aku kasihan sama Dean. Dia takut banget sama ibunya sendiri," lanjut Mira. Dini menoleh ke arah ruang makan, melihat bagaimana Dean duduk kaku di kursinya, menghindari tatapan Diana. Anak itu bahkan tidak mau makan jika bukan Dini yang menyuapiny
last updateLast Updated : 2025-02-05
Read more

Bab 45

Dini tidak bisa tidur malam itu. Percakapan antara Juan dan Diana terus terngiang di kepalanya. Meski ia tidak mendengar semuanya, nada suara Diana yang menggoda dan respon Juan yang terdengar lelah sudah cukup membuat hatinya kacau. Ia menghela napas panjang, menatap langit-langit kamarnya yang gelap. "Aku harus pergi dari sini." Pikirannya semakin mantap. Ia tahu sejak awal bahwa dirinya hanyalah seorang pengasuh Dean. Tidak lebih. Tidak seharusnya ia terlibat lebih jauh dalam kehidupan Juan dan mantan istrinya. Namun, ketika ia menoleh ke sisi tempat tidurnya, ia melihat Dean yang tertidur pulas sambil memeluk gulingnya. Anak itu begitu polos, begitu rapuh, dan Dini tahu Dean sangat bergantung padanya. "Tapi... bagaimana dengan Dean?" Dini menggigit bibir. Ia tidak bisa begitu saja pergi tanpa memikirkan perasaan anak kecil itu. Keesokan paginya, suasana rumah terasa tegang. Diana sengaja duduk bersebelahan dengan Juan saat sarapan, berbicara dengan nada ceria se
last updateLast Updated : 2025-02-06
Read more

Bab 46

Pagi itu, Dini berusaha bersikap seperti biasa. Ia tetap mengurus Dean, memastikan anak itu sarapan dengan lahap sebelum bermain di taman. Namun, hatinya masih terasa berat setelah kejadian tadi malam. Ia tidak bisa menghilangkan bayangan Diana yang dengan berani menyelinap ke kamar Juan. Meskipun Juan menolaknya, tetap saja Dini merasa gelisah. Di dapur, Mira datang membawa nampan berisi cangkir teh. Wanita itu memandang Dini dengan tatapan penuh arti. "Mbak Dini, kamu baik-baik saja?" tanyanya pelan. Dini tersentak dari lamunannya. "Hah? Aku baik-baik saja, kenapa, Mir?" Mira mendekat, menurunkan suara. "Tadi pagi aku lihat Bu Diana keluar dari kamar Pak Juan. Mukanya kelihatan kesal, tapi bajunya masih pakai baju tidur." Dini berusaha menahan ekspresi wajahnya agar tetap netral. "Aku nggak tahu, Mir. Itu urusan mereka." Mira menghela napas pelan. "Aku cuma kasihan sama Mbak. Aku tahu Mbak ada perasaan sama Pak Juan. Tapi kalau Bu Diana masih di sini... hati-hati, Mbak
last updateLast Updated : 2025-02-06
Read more

Bab 47

Dini menghindari tatapan Juan, berusaha menarik tangannya dari genggamannya. Tapi Juan tidak melepaskannya begitu saja. “Dini, aku serius.” Suara Juan terdengar lebih pelan, nyaris seperti bisikan. Dini menelan ludah. “Pak, jangan seperti ini. Saya hanya pengasuh Dean. Dan… Diana masih ada di sini.” Juan mengepalkan rahangnya, jelas tidak menyukai nama itu disebut. “Diana bukan masalahku lagi. Aku hanya ingin kamu percaya padaku.” Dini tersenyum tipis, tapi matanya menyiratkan kesedihan. “Tapi dia tetap menganggap kalian masih bersama. Dan saya…” Ia menggigit bibir, berusaha meredam emosi yang berkecamuk dalam dadanya. “Saya tidak mau terjebak dalam situasi yang membuat saya harus memilih antara perasaan saya atau harga diri saya.” Juan terdiam. Ia ingin mengatakan sesuatu, tapi Dini lebih dulu melangkah mundur. “Selamat malam, Pak Juan.” Dini berbalik dan pergi, meninggalkan Juan yang hanya bisa menatap kepergiannya dengan ekspresi penuh penyesalan. "Maaf Pak, aku ngg
last updateLast Updated : 2025-02-07
Read more

Bab 48

Diana berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya dengan ekspresi kesal. Usahanya mendekati Juan selalu gagal, apalagi sejak insiden fitnahnya terhadap Dini. Juan tampaknya mulai meragukan kata-katanya, dan itu membuatnya frustrasi. Tak ingin menyerah begitu saja, Diana mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang. "Besok malam, pastikan semuanya berjalan sesuai rencana," katanya dengan suara dingin. Di ujung telepon, seseorang tertawa kecil. "Tenang saja, Nona Diana. Wanita itu akan tersingkir dari kehidupan Juan secepat yang Anda inginkan." Diana tersenyum licik. "Bagus. Aku ingin Dini menyesal sudah berani mengambil tempatku." *** Keesokan harinya, suasana di rumah Juan terasa sedikit tegang. Dini bisa merasakan ada sesuatu yang janggal, tetapi ia tak bisa menjelaskan apa itu. Saat ia sedang menyiapkan sarapan, Mira tiba-tiba mendekat dengan wajah gelisah. "Mbak Dini, aku dengar sesuatu tadi malam..." Mira berbisik pelan, matanya melirik ke arah tangga, memast
last updateLast Updated : 2025-02-07
Read more

Bab 49

Malam itu, Dini berusaha menghindari Juan dan Diana. Ia sibuk di dapur, membantu Mira membereskan peralatan makan malam. Namun, pikirannya terus dipenuhi dengan peringatan Mira tadi pagi. Sementara itu, Diana tampak semakin percaya diri. Ia mengenakan gaun hitam yang elegan, rambutnya ditata rapi, dan riasannya sempurna. Dengan senyum penuh arti, ia melangkah menuju ruang kerja Juan. Saat Dini beranjak ke kamar, Mira menahannya. "Mbak, aku lihat Bu Diana masuk ke kamar Pak Juan lagi." Dini menggigit bibirnya. Ini sudah kesekian kalinya Diana mencoba mendekati Juan secara terang-terangan. "Mbak nggak mau lihat?" tanya Mira hati-hati. Dini ragu. Ia ingin tetap profesional, tapi rasa penasarannya semakin besar. Akhirnya, ia mengangguk pelan. Dini melangkah menuju kamar Juan dengan hati-hati. Namun, sebelum ia sampai, suara Diana terdengar dari balik pintu. "Juan, kenapa kamu begitu keras kepala? Apa kamu benar-benar sudah melupakanku?" "Diana, aku sudah bilang, ja
last updateLast Updated : 2025-02-08
Read more

Bab 50

Dini berjalan cepat menuju kamarnya, berusaha mengabaikan suara Diana yang masih terdengar dari belakang. Dadanya terasa sesak, seolah ada sesuatu yang menghimpit perasaannya. Sesampainya di kamar, ia duduk di tepi ranjang, menatap kosong ke dinding. Pikiran-pikiran buruk mulai merayapi benaknya. Ia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di dalam kamar Juan tadi, tetapi pemandangan Diana keluar dari sana dengan pakaian tidur yang menggoda sudah cukup membuat hatinya hancur. Tak lama, ketukan terdengar di pintu. Dini terdiam, tidak berniat menjawab. Namun, suara yang menyusul ketukan itu membuatnya kembali tersadar. "Dini, aku tahu kau ada di dalam. Tolong buka pintunya," suara Juan terdengar dari luar. Dini menggigit bibirnya. Ia ragu. Namun, hatinya juga ingin mendengar penjelasan. Dengan langkah pelan, ia akhirnya membuka pintu. Juan berdiri di sana, masih mengenakan kemeja yang sedikit berantakan, menunjukkan bahwa ia memang baru saja terlibat dalam sesuatu yang membuatny
last updateLast Updated : 2025-02-08
Read more
PREV
123456
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status