All Chapters of Perjanjian Di Ujung Pengkhianatan: Chapter 31 - Chapter 40

56 Chapters

Bab 31

Beberapa bulan setelah perceraian dengan Sandi, kehidupan Dini perlahan mulai membaik. Dia masih bekerja di rumah Juan, dan hubungan mereka semakin erat meskipun belum ada pernyataan yang jelas. Dini menikmati ketenangan yang mulai ia rasakan, meskipun ada satu hal yang membuatnya penasaran—ke mana perginya Sandi dan Bu Marlinah? Sandi tidak pernah lagi menghubunginya setelah menandatangani surat perceraian, dan Bu Marlinah pun tak pernah lagi muncul. Awalnya, Dini berpikir mereka hanya ingin menjauh darinya, tapi suatu malam, semuanya berubah. Ponselnya bergetar saat dia sedang melipat pakaian di kamarnya. Nama yang muncul di layar membuat jantungnya berdetak lebih cepat—**Sandi**. Dini ragu untuk mengangkatnya, tapi akhirnya dia menyerah dan menekan tombol hijau. "Halo?" suaranya sedikit gemetar. "Dini..." Suara Sandi terdengar lebih pelan dari biasanya. "Ibu sakit keras." Dini mengernyit. "Apa?" "Ibu ingin bertemu denganmu... sebelum terlambat," lanjut Sandi de
last updateLast Updated : 2025-01-30
Read more

Bab 32

Dini duduk di kursi mobil dengan jantung berdegup kencang. Kepanikannya semakin menjadi saat mobil yang dikendarai Sandi memasuki jalan yang semakin sepi, jauh dari keramaian kota. Lampu-lampu jalan semakin jarang, dan hanya ada bayangan pepohonan di sepanjang jalan. "Sandi, tolong hentikan mobil ini!" Dini memohon, suaranya bergetar. Sandi tetap diam, matanya fokus ke jalan di depan. Wajahnya tegang, seolah ada pertarungan dalam pikirannya. Dini mencoba berpikir cepat. Ia tidak bisa duduk diam menunggu takdirnya ditentukan oleh Sandi. Dengan tangan gemetar, ia mengintip ke pintu mobil, berharap bisa menemukan cara untuk membuka kunci. Ketika mobil melambat di sebuah tikungan, Dini melihat kesempatan. Dengan sekuat tenaga, ia meraih pegangan pintu dan menariknya dengan keras. Tapi Sandi lebih cepat—dia langsung meraih lengan Dini dan mencengkeramnya erat. "Jangan bodoh, Dini!" bentaknya. "Kau tidak bisa lari." Dini menatapnya dengan mata penuh ketakutan. "Kenapa kau
last updateLast Updated : 2025-01-30
Read more

Bab 33

Dini duduk diam di kursi penumpang, menatap kosong ke luar jendela mobil yang dikendarai Juan. Hatinya masih diliputi kebingungan dan kekecewaan. Bagaimana mungkin Sandi dan Bu Marlinah tega melakukan ini padanya? Tangannya mengepal di pangkuannya, masih sedikit gemetar. Peristiwa tadi begitu nyata—pengkhianatan yang lebih dalam dari yang pernah ia bayangkan. "Apa kau baik-baik saja?" suara Juan memecah keheningan. Dini menghela napas panjang sebelum menjawab. "Aku masih tidak percaya, Juan…" suaranya lirih. "Aku pikir Bu Marlinah benar-benar sakit. Aku pikir dia ingin bertemu denganku karena... entah, ingin meminta maaf atau sekadar berbicara. Tapi ternyata semua ini hanya jebakan." Juan meliriknya sekilas sebelum kembali fokus ke jalan. "Aku sudah menduga sesuatu seperti ini akan terjadi," katanya dengan nada yang lebih tenang. "Sandi sudah kehilangan segalanya, dan dia hanya tahu satu cara untuk keluar dari masalahnya—memanfaatkan orang lain. Kali ini, itu adalah kau."
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more

Bab 34

Dini berdiri di depan pintu rumah, ponselnya masih digenggam erat. Di dalam kepalanya, berbagai kemungkinan berputar. Apakah ini jebakan? Apakah Sandi benar-benar dalam bahaya? Juan berdiri di sampingnya, matanya tak lepas dari wajah Dini yang penuh kebimbangan. "Kita tidak bisa asal pergi begitu saja, Dini. Kau tahu siapa Sandi. Dia bisa melakukan apa saja untuk mendapatkan apa yang dia mau." Dini menggigit bibirnya. Ia tahu Juan benar, tapi suara Sandi tadi… terdengar begitu putus asa. "Aku hanya ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi. Jika ini hanya tipuan, aku akan pergi dan tidak akan kembali lagi." Juan mendesah panjang. "Baiklah, tapi aku ikut denganmu. Apa pun yang terjadi, kau tidak akan menghadapi ini sendirian." Dini mengangguk. Ia lega karena Juan tidak meninggalkannya dalam situasi seperti ini. Mereka segera masuk ke mobil dan melaju menuju alamat yang dikirimkan Sandi melalui pesan singkat. Lokasi itu berada di pinggiran kota, jauh dari keramaian. Semakin
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more

Bab 35

Malam itu, setelah semua kejadian yang hampir merenggut kebebasan Dini, ia duduk di ruang tamu rumah Juan, masih mencoba mencerna apa yang telah terjadi. Kopi di tangannya sudah mulai dingin, tapi pikirannya masih terlalu kacau untuk peduli. Dalam hati, Dini masih sulit untuk percaya kalau mantan suaminya bisa melakukan tindakan seperti itu. Apa yang salah dengan dirinya? Dulu, selama menikah ia selalu berusaha menjadi istri yang baik dan memenuhi segala keinginan suaminya itu. Tapi sekarang, begini balasannya. Juan berjalan mendekat dan duduk di sampingnya. Tatapannya lembut namun penuh ketegasan. "Aku harap ini terakhir kalinya kau terlibat dengan Sandi, Dini." Dini menghela napas panjang. "Aku juga berharap begitu. Aku pikir setelah perceraian, semuanya akan selesai. Tapi ternyata dia masih berusaha menarikku kembali ke dalam kekacauan hidupnya." Juan mengamati wajah Dini yang tampak lelah. "Setelah semua yang dia lakukan padamu, kau masih memikirkan dia?" Dini menggel
last updateLast Updated : 2025-02-01
Read more

Bab 36

Hari-hari berlalu, dan Dini semakin menyadari perubahan sikap Juan. Ia masih perhatian, tapi sering kali pikirannya melayang entah ke mana. Kadang-kadang, saat mereka mengobrol, Juan tampak ragu seolah ingin mengatakan sesuatu, tetapi selalu mengurungkan niatnya. Seperti saat ini, bibir Juan bergerak ingin mengucapkan sesuatu tapi entah kenapa kata-kata yang sudah ia siapkan menghilang begitu saja. Dan bibirnya kembali tertutup. Dini mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa mungkin ini hanya masalah pekerjaan. Namun, hatinya mengatakan ada sesuatu yang lebih besar yang sedang disembunyikan Juan. Hal itu membuat Dini menerka-nerka apa yang sebenarnya yang terjadi. Suatu pagi, saat Dini sedang menyiapkan sarapan, Mira—asisten rumah tangga lainnya—datang dengan wajah penuh rasa ingin tahu. "Mbak Dini, denger-denger Bu Diana mau balik, ya?" tanya Mira tiba-tiba. Dini menghentikan gerakannya. "Bu Diana?" Nama itu sudah lama tidak ia dengar tapi terasa sangat familiar. "Iya, M
last updateLast Updated : 2025-02-01
Read more

Bab 37

Hari itu akhirnya tiba. Sore itu, sebuah mobil mewah berhenti di depan rumah Juan. Dini yang sedang bermain dengan Dean di taman belakang mendengar suara mesin mobil dan tanpa sadar, jantungnya berdetak lebih cepat. Juan yang sejak tadi berada di ruang kerjanya langsung keluar begitu mendengar mobil itu datang. Dari dalam mobil, seorang wanita berpenampilan anggun melangkah turun. Matanya tersembunyi di balik kacamata hitam, tapi ekspresi wajahnya tetap terlihat tegas. Diana. Wanita itu berdiri di depan pintu, menatap Juan dengan tatapan yang sulit diartikan. Senyum tipis terukir di bibirnya. "Halo, Juan," sapanya, suaranya lembut namun penuh kepercayaan diri. Juan mengamati wanita yang dulu pernah mengisi hidupnya, wanita yang pergi tanpa penjelasan, meninggalkan dirinya dan Dean tanpa kabar. Sekarang dia kembali, seolah-olah semuanya bisa diperbaiki dengan satu sapaan saja. "Diana," balas Juan dingin. "Kenapa kau baru muncul sekarang?" Diana melepaskan kacamata hitam
last updateLast Updated : 2025-02-02
Read more

Bab 38

Malam itu, suasana di rumah Juan terasa lebih canggung dari biasanya. Setelah pertemuan pertamanya dengan Dean yang berakhir mengecewakan, Diana masih belum mau menyerah. Ia tidak akan membiarkan anaknya merasa asing terhadapnya. Lebih dari itu, ia juga tidak akan membiarkan wanita lain mengambil posisi yang seharusnya menjadi miliknya—posisi di sisi Juan. Dini yang sedang membereskan meja makan bisa mendengar dengan jelas suara lembut Diana yang menggoda di ruang tamu. "Juan, aku ingin menginap di sini. Apa kamu nggak merindukan aku?" Dini berhenti sejenak, merasakan hatinya mencelos. Tangannya yang memegang gelas hampir gemetar. Juan menghela napas. "Diana, ini bukan soal aku merindukanmu atau tidak. Kau tiba-tiba datang setelah sekian lama, lalu ingin menginap begitu saja?" Diana tersenyum, melangkah mendekat dan dengan santai duduk di sofa. Ia menyilangkan kaki dengan anggun, memainkan rambut panjangnya dengan jari-jari rampingnya. "Aku pikir kamu tidak akan sekejam itu m
last updateLast Updated : 2025-02-02
Read more

Bab 39

Dini berusaha mengatur napasnya saat langkahnya semakin cepat menuju kamarnya. Tapi sekeras apa pun ia mencoba mengabaikan suara Diana, kata-kata wanita itu terus terngiang di kepalanya. "Aku masih punya tempat di hatimu." Sebuah kalimat sederhana, tapi cukup untuk membuat hatinya remuk. Begitu sampai di dalam kamar, Dini menutup pintu dan bersandar di baliknya. Matanya terpejam, mencoba menenangkan diri. Tapi bayangan Diana dan Juan begitu lekat di pikirannya. Apakah benar Juan masih memiliki perasaan untuk wanita itu? Selama ini, kedekatan antara dirinya dan Juan memang berkembang secara alami. Ada sesuatu di antara mereka—ia bisa merasakannya. Tatapan Juan, cara pria itu memperlakukannya, perhatian yang ia berikan. Itu bukan sekadar hubungan majikan dan pengasuh anak. Tapi sekarang… semuanya terasa goyah. Diana bukan hanya seseorang dari masa lalu Juan. Ia adalah ibu kandung Dean. Seorang wanita yang pernah memiliki hati pria itu sepenuhnya. Dini menggigit bi
last updateLast Updated : 2025-02-03
Read more

Bab 40

Setelah mengatakan itu, Diana berjalan meninggalkan ruangan, meninggalkan atmosfer yang menegangkan di belakangnya. Dini menatap punggung wanita itu dengan perasaan yang sulit dijelaskan. Diana tidak hanya akan tinggal di sini. Diana akan merebut kembali apa yang ia anggap sebagai miliknya. Dan Dini tidak tahu… apakah ia cukup kuat untuk melawan itu. Di malam hari, Dini duduk di teras belakang rumah sambil menatap langit. Udara malam cukup sejuk, tapi hatinya tetap terasa sesak. Langkah kaki terdengar mendekat. Dini menoleh dan melihat Juan berjalan ke arahnya. Pria itu membawa dua cangkir teh dan menyerahkan salah satunya pada Dini. "Kenapa masih di luar?" tanya Juan. Dini menerima cangkir itu, lalu tersenyum tipis. "Saya hanya ingin mencari udara segar." Juan duduk di sebelahnya. "Maaf soal tadi pagi." Dini menggeleng. "Bukan salah Bapak." Juan menatapnya dalam. "Diana memang selalu seperti itu. Dia ingin semua orang tunduk padanya." Dini menyesap
last updateLast Updated : 2025-02-03
Read more
PREV
123456
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status