All Chapters of Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku : Chapter 21 - Chapter 30

95 Chapters

Part 21

Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 21"M-Mas, tapi kalau misal Lala gak nginep di rumah kamu, lalu selama dua bulan ini Lala nginap di mana?" lontarku akhirnya."Ya mana kutahu. Sekarang mana suami kamu itu? Aku bakal habisi dia andai dia terbukti bersalah karena udah membiarkan Lala berkeliaran di luar sampai dia hamil."Aku meringis, "Mas!" Aku menyergah tak terima. "Ini salah kita, gak perlu nyalahin salah satu dari kita atau orang lain. Kita yang sudah lalai menjaga Lala.""Halah terserah kamu, yang jelas aku perlu penjelasan dari suamimu itu, kenapa dia juga bawa Lala aborsi di tempat seperti ini, mana dia?""Aku juga gak tahu dia kemana, dia gak balik-balik sejak tadi aku meneleponmu. Kita tunggu saja, mungkin sebentar lagi dia balik.""Hah payah!"Kami menunggu sampai dua jam lamanya, tapi suami tak kunjung memunculkan batang hidungnya. Sampai akhirnya Lala juga siuman, kami gegas menemuinya ke dalam."La, ya Tuhan, apa yang sudah terjadi padamu, Nak? Kenapa kamu begini?"
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more

Part 22

Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 22"Lala masih harus melakukan perawatan, Nak. Dia sekarang sudah dipindahkan ke rumah sakit ini juga."Aku melepaskan napas lega. "Syukurlah, tapi dia baik-baik saja 'kan, Bu?""Sudah nanti saja kita bahas soal itu Indri, kamu lebih baik istirahat saja sampai benar-benar pulih.""Bu, Indri mohon. Indri mau tahu gimana kabar Lala sekarang." Aku maksa sambil berusaha untuk duduk.Akhirnya ibu menyerah, beliau duduk di kursi sebelah ranjangku. "Ibu harus bilang apa Indri? Jujur, Ibu kecewa sama kamu," katanya kemudian. Ibu menatapku dengan mata berkaca-kaca.Aku menarik napas berat. "Maafin Indri Bu, Indri ...." Air mataku tiba-tiba saja meluncur, membuat dada ini kembali terasa sesak."Seharusnya kamu paham saat anakmu mulai berubah Indri. Bagaimana bisa kamu lalai akan hal sefatal itu? Lala sekarang sedang menjalani perawatan pasca menggugurkan kandungannya. Dia juga sedang ditangani psikiater. Do'akan semoga anakmu itu cepat pulih." Suara Ibu
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more

Part 23

Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 23Tanpa pikir panjang, aku memutus sambungan telepon dan gegas pulang. Setelah buron sejak kulaporkan dia ke polisi, masih berani rupanya dia pulang ke rumah."Tapi baguslah, aku harus segera menelepon polisi supaya si bedebah itu bisa langsung ditangkap di rumahku."Sebelum aku meluncur mengendarai motorku, di parkiran rumah sakit aku buru-buru menelepon tim kepolisian agar mereka langsung ke tkp."Baik, kami ke sana sekarang."____Sampai di rumah aku mendapati Naira adikku sudah tergeletak di lantai luar."Loh Nai, Nai ya ampun kamu kenapa Nai? Bangun Nai." Aku mengguncang kedua pipinya.Anak itu pingsan rupanya. Entah apa yang sudah diperbuat lelaki bedebah itu, yang jelas setelah aku mencarinya ke rumah aku tak mendapati dia ada di dalam."Loh Arkan mana? Arkan gak ada?" Aku makin panik ketika mendapati Arkan juga tak ada di kamar. "Arkaaan!""Selamat siang, Bu." Petugas kepolisian pas saja datang."Pak, tolong anak saya, tolong anak saya
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more

Part 24

Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 24"Oh bagus, akhirnya kamu datang juga. Mana sini, kembalikan Arkan." Aku baru akan merebut Arkan dari tangan lelaki bedebah itu saat dengan cepat dia hentikan."Arkan lagi tidur Sayang, dia suka bangun kalau dipindahkan ke tangan orang lain, sabar," katanya. Tanpa izin permisi dia lalu masuk ke dalam.Rahangku mengeras, emosiku terpancing. "Siapa yang menyuruhmu masuk ke dalam bedebah?"Dia tak peduli, malah terus berjalan ke arah kamar kami. Kemudian meletakan Arkan di atas kasur."Kenapa Mamah harus marah-marah gitu sih, Sayang? Emang salah kalau Papah masuk ke rumah Papah sendiri?"Aku menyeringai, "rumahmu? Apa kamu gak malu, hah?! Dasar bedebah, mokondo." Aku baru akan mendorong tubuhnya saat dengan cepat dihentikan ibu."Biarkan dia Indri, lebih baik jangan terlibat urusan apa pun supaya dia cepat keluar," bisik beliau.Aku pun berusaha menahan diri, walau sulit. Karena jujur, lebih dari mendorongnya aku ingin sekali menyiramkan air ker
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more

Part 25

Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 25POV Lala"Makasih." Aku baru akan turun dari mobil saat tiba-tiba pria itu menarik tanganku."La, nggak salim dulu sama, Papah?"Aku mengerling malas, aku memang tak biasa dan tak sudi mencium tangannya walau dia sudah jadi ayahku yang baru."Ayo salim." Dia menyodorkan punggung tangannya. Mau tak mau akhirnya aku melakukan apa yang dia mau."Nanti pulang sekolah Papah jemput lagi ya.""Gak usah, Lala balik sendiri aja.""Kan gak bawa sepeda La.""Lala nebeng sepeda temen.""Loh jangan dong, ngerepotin." Dia senyum lebar. Senyuman yang bagiku sangat menakutkan. Entah kenapa, aku selalu menangkap sesuatu yang aneh dari senyuman dan tatapan pria itu. Makanya aku menolak setiap kali dia menawarkan diri mengantar atau menjemputku sekolah. Tapi hari ini mamah memaksaku, sebab tadi pagi turun gerimis jadilah aku juga tak punya alasan untuk menolak."Mereka gak keberatan kok." Aku maksa dan cepat turun setelah berhasil membuka pintu mobil."Eh
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more

Part 26

Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 26Aku berjalan gontai menuju pintu kelas. Dari kejauhan aku lihat pria itu masih di dalam mobilnya."Kamu kenapa? Kok lemes gitu La?" tanya Pak Darwin lagi. "Pak, bisa nggak Bapak bilang sama papah Lala kalau Lala udah balik.""Loh, kenapa? Bukannya Lala lagi nunggu dijemput sama papah?"Aku menggeleng pelan, dan refleks berlari ke kelas sebelah setelah kulihat pria itu turun dari mobil."Loh, La." Pak Darwin tampak bingung."Sssttt." Aku memberi kode.Sejurus dengan itu ayah tiriku menghampiri Pak Darwin."Maaf Pak, saya mau jemput Lala. Dia masih di sekolah 'kan?""Lala? Tapi anak-anak sudah pulang semua Pak. Kelas sudah kosong semua, ini sudah saya cek satu-satu."Ah, aku mengusap dada. Untunglah Pak Darwin mau diajak kompromi."Hah masa? Terus Lala kemana ya? Dia belum ada di rumah soalnya.""Mungkin ke rumah temannya Pak, hari ini kelas Lala ada tugas kelompok.""Oooh gitu." Pria itu menggigit bibir sambil mengedarkan pandang ke sekitar
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more

Part 27

Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 27"Sssttt." Dia menempelkan jari telunjuknya di depan hidung seraya menyorongkan tubuhnya padaku.Aku lihat hari itu, kedua sorot matanya sangat liar dan wajahnya juga tampak menyeramkan lebih dari biasanya."Pergi!""Sssttt jangan takut, Papah cuma mau bilang kalau mamah lagi gak ada di rumah dan Papah disuruh menjagamu," bisiknya seraya mencoba menyentuh pipiku. "Pergi!" Suaraku memekik."Heii, gak usah takut, Sayang. Beberapa hari ini Lala selalu cuek dan menghindarin Papah, kenapa sih?""Pergii! Mamaaah!"Hap!Secepat kilat, aku dibekapnya kasar."Diam, kalau kamu seperti ini Papah justru akan semakin kesal.""Lepas!" Aku meronta dan terus teriak, meski suaraku tak bisa keluar karena telapak tangannya sudah mengunci seluruh bagian mulutku."Diam! Papah bilang diam, ya diam!"Brak!Dia terhuyung ke belakang ketika sekuat tenaga kutendang perutnya kencang."Aaaw!"Aku cepat membuka pintu, lalu kabur menuruni anak tangga. Pikirkanku kacau, a
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more

Part 28

Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 28"Iya kayaknya Lala demam, mau ke dokter? Yuk.""Gak usah Pah, Lala mau minta dibeliin rujak dan minuman yang segar-segar aja.""Loh kok minuman seger, 'kan Lala lagi demam.""Biar cepet sembuh.""Ah ya udah. Tapi nanti sore ya, ini 'kan masih pagi, belum ada yang jual rujak."Aku mengangguk. Setelah menyelimuti dan membuatkan teh hangat untukku dia pun kembali pergi. "Papah ke toko dulu ya, sore ke sini lagi. Oke.""Iya, Pah."***Aku pikir, setelah beristirahat di kontrakan selama dua minggu aku akan baikan, tapi nyatanya badanku makin terasa tak enak."Ke dokter aja yuk La, takut Lala kenapa-kenapa loh. Itu guru-guru Lala juga pasti curiga kalau Lala gak masuk terus.""Iya Pah, tapi sore aja ya, sekarang kepala Lala pusing banget, ngantuk juga.""Oh ya udah, sini Papah pijitin."Aku setuju dan lekas menaruh kepalaku pada pah*nya.Tring!Sedang serius memijit, tiba-tiba ponsel Papah dering."Mamah, telepon La."Aku relfeks duduk. "Angkat d
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more

Part 29

Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 29"Tadinya mamah mau ikut tapi untungnya bisa Papah larang, bisa gawat kalau mamah sampai ikut.""Iya Pah, ya udah ayo sekarang aja Pah, biar cepet ketahuan Lala sakit apa."Dengan susah payah kami yakinkan mamah agar bisa pergi sepagi mungkin. Selain aku suka malas kalau sudah kena matahari, aku juga tak sabar rasanya ingin tahu, apakah benar terjadi sesuatu yang kami takutkan ini."Maaf Pak sebelumnya, saya harus mengatakan berita yang mungkin akan membuat Bapak syok."Aku tertegun dengan jantung berdegup kencang ketika dokter yang sudah memeriksaku mulai membuka percakapan."Katakan saja Dok, putri saya sakit apa?" Papah nampak tak sabar dan sama tegangnya denganku."Putri Bapak, hamil.""Apa?" Papah melotot dan refleks melirik ke arahku. Aku menelan ludah. Ya Tuhan, jadi benar aku hamil? Seketika air mata luruh melewati pipi. Takut, bingung dan sedih, entah harus bagaimana."Y-ya sudah, terimakasih banyak, Dok." Papah menarik pergelangan
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more

Part 30

Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 30POV Halbi (Ayah)Aku menarik Indri ke dapur, sementara Lala kusuruh pergi ke kamarnya. "Indri, ada yang harus kita bicarakan serius."Kening Indri berkerut, lalu duduk di kursi makan sambil menatapku serius."Ada apa?" tanyanya tak sabar."Soal Lala, aku rasa dia benar, dia tak membutuhkan psikiater."Dia mendelik, "lalu?""Dia hanya membutuhkan kita. Kita yang salah, maka dari itu kita juga yang harus menyembuhkannya.""Apa maksud kamu, Mas?"Aku mulai menceritakan apa yang Lala utarakan dalam mobil tadi. Sesuatu yang berhasil menusuk dadaku hingga aku menangis sesegukan untuk pertama kalinya dalam hidup."Jadi maksud kamu kita ...?" Ucapan Indri menggantung, dia tampak ragu melanjutkan apakah yang dia pikirkan sama dengan yang ada di kepalaku."Setelah urusanmu dengan Darma beres, mari kita mencoba memperbaiki semuanya lagi. Apa kamu setuju?"Dia menyipitkan mata. Seperti tak percaya dengan apa yang didengarnya."Aku serius."Dia menarik
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more
PREV
123456
...
10
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status