Share

Part 29

Penulis: Ricny
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-23 19:07:58

Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku

Part 29

"Tadinya mamah mau ikut tapi untungnya bisa Papah larang, bisa gawat kalau mamah sampai ikut."

"Iya Pah, ya udah ayo sekarang aja Pah, biar cepet ketahuan Lala sakit apa."

Dengan susah payah kami yakinkan mamah agar bisa pergi sepagi mungkin. Selain aku suka malas kalau sudah kena matahari, aku juga tak sabar rasanya ingin tahu, apakah benar terjadi sesuatu yang kami takutkan ini.

"Maaf Pak sebelumnya, saya harus mengatakan berita yang mungkin akan membuat Bapak syok."

Aku tertegun dengan jantung berdegup kencang ketika dokter yang sudah memeriksaku mulai membuka percakapan.

"Katakan saja Dok, putri saya sakit apa?" Papah nampak tak sabar dan sama tegangnya denganku.

"Putri Bapak, hamil."

"Apa?" Papah melotot dan refleks melirik ke arahku.

Aku menelan ludah. Ya Tuhan, jadi benar aku hamil? Seketika air mata luruh melewati pipi. Takut, bingung dan sedih, entah harus bagaimana.

"Y-ya sudah, terimakasih banyak, Dok." Papah menarik pergelangan
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 30

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 30POV Halbi (Ayah)Aku menarik Indri ke dapur, sementara Lala kusuruh pergi ke kamarnya. "Indri, ada yang harus kita bicarakan serius."Kening Indri berkerut, lalu duduk di kursi makan sambil menatapku serius."Ada apa?" tanyanya tak sabar."Soal Lala, aku rasa dia benar, dia tak membutuhkan psikiater."Dia mendelik, "lalu?""Dia hanya membutuhkan kita. Kita yang salah, maka dari itu kita juga yang harus menyembuhkannya.""Apa maksud kamu, Mas?"Aku mulai menceritakan apa yang Lala utarakan dalam mobil tadi. Sesuatu yang berhasil menusuk dadaku hingga aku menangis sesegukan untuk pertama kalinya dalam hidup."Jadi maksud kamu kita ...?" Ucapan Indri menggantung, dia tampak ragu melanjutkan apakah yang dia pikirkan sama dengan yang ada di kepalaku."Setelah urusanmu dengan Darma beres, mari kita mencoba memperbaiki semuanya lagi. Apa kamu setuju?"Dia menyipitkan mata. Seperti tak percaya dengan apa yang didengarnya."Aku serius."Dia menarik

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23
  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 31

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 31POV Indri."Buku permintaan, Lala boleh minta apa pun sejak detik ini dengan cara nulis di buku itu, tapi Lala harus janji, Lala membolehkan Mamah membuka buku itu setiap hari supaya Mamah tahu apa yang Lala inginkan," jawabku dengan penuh rasa gembira."Wah beneran? Kalau Lala mau minta Papah diizinkan ke sini boleh?"Seketika senyumku pindah. Suasana juga mendadak hening. Kami saling melirik satu sama lain sambil menarik napas berat dan panjang."La-""Selamat ulang tahun sayangnya, Papaaah!" sambar seseorang yang baru saja muncul di ambang pintu.Aku relfeks menoleh, si laknat yang berada di sana rupanya."Kamu? Mau apa kamu kesini?" Aku cepat bangkit, tapi saya baru saja akan menghampirinya Lala juga cepat pasang badan. "Biarin Papah kesini, Mah.""Lala, apa yang kamu katakan? Mundur."Lala mencekal lenganku alih-alih mundur. Bapaknya Lala dengan sigap membantu."La, ayo, jangan dekati laki-laki itu, dia bukan orang baik, Nak.""Nggak Pa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-24
  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 32

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 32Pukul 07.00 wib bapaknya Lala datang menjemput. Seperti biasa, sekarang dia memang selalu antar jemput Lala sekolah."La, udah siap?" Lala mengangguk lalu masuk ke dalam mobil bapaknya lebih dulu. Sementara itu, aku menahan Mas Halbi sebentar."Mas aku mau bicara.""Kenapa?""Aku kok ngerasa Lala ada yang aneh ya? Sejak dia pulang waktu maghrib kemarin, dia jadi beda, Mas." Aku sedikit berbisik, memastikan agar Lala tidak mendengar percakapan kami. "Beda gimana?" tanya bapaknya si Lala dengan wajah serius."Dia kayak ngeliatin aku terus, Mas. Terus beberapa kali, dari semalam, dia ngagetin aku terus, suka tiba-tiba muncul di belakangku, sambil bawa sesuatu yang entah itu apa."Mas Halbi diam sebelum akhirnya menggelak tawa, "oh kirain apa, kamu ini, ya wajar kali Ndri namanya kamu ibunya, pasti diliatin, Lala kangen kali sama kamu. Selama ini hubungan kalian 'kan nggak terlalu akur. Udah ah jangan banyak mikir yang nggak-nggak nanti kamu s

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-24
  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 33

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 33"Kenapa sih?" Aku menatapnya curiga."Kalian kok nggak bilang-bilang sama Lala? Kapan pasangnya? Terus buat apa emangnya? Kok mendadak pasang cctv," berondong Lala tak tenang."Tuh depan kamar, Mamah," jawab bapaknya pendek.Lala mendengus. Selera makannya tampak hilang. "Di sekitar mana lagi emang yang dipasangnya Yah?" Dia bertanya lagi."Kenapa? Tumben nanya-nanya," sahutku.Aku menatapnya lama. Merasa aneh, sebab tak biasanya Lala peduli dengan hal-hal seperti ini. Aku yakin pasti ada yang nggak beres pada anak itu."Nggak apa-apa sih, cuma tanya aja," katanya kemudian, sambil berusaha mengatur posisinya lagi di kursi makan."Depan kamar Lala mau dipasang juga?""Eh nggak usah Yah, Lala lebih suka privasi aja, ngapain juga pasang cctv, orang rumah udah aman," tolaknya seraya mendelik ke arahku."Namanya juga buat jaga-jaga La, gak ada salahnya 'kan? Siapa tahu si laknat itu datang lagi," timpalku lagi.Seketika Lala menarik napas panjang

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-25
  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 34

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 34"Loh memang Lala tahu ada paku di dapur?" Pertanyaan ibu membuatku kembali menoleh pada mereka."Ya nggak sih Nek, tapi 'kan kalau misal Nenek nggak ke dapur Nenek gak akan kena paku, iya 'kan?""Emm iya sih. Tapi nggak apa-apa kok, Nenek udah baikan sekarang, kamu sekolah gih takut telat.""Iya, Nek."Aku buru-buru kembali ke meja makan saat Lala bangkit dari kasur ibu."Mamah harap kamu belajar dari kesalahan yang kemarin Lala, apa pun yang tengah kamu lakukan, pastikan itu tidak merugikan orang lain, apalagi keluargamu sendiri," celetukku ketika dia baru saja duduk di kursi makan.Lala melirik dengan kening mengerut. Tatapannya seperti penuh dendam, entah kenapa. Padahal beberapa hari yang lalu, sebelum kami memberi kejutan ulang tahun, matanya sangat teduh dan aku merasa dia sudah menjadi Lala kecilku yang dulu, tapi entah kenapa sekarang kedua sorot mata itu berubah lagi seperti saat si laknat itu masih ada."Ya itu pun kalau kamu masih

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-26
  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 35

    Misteri uang di tas sekolah anakkuPart 35"Anak kalian, itu adalah haknya Darma, iya 'kan?"Seketika mataku melotot. "Arkan? Maksud Bibi, Bibi akan mengambil Arkan dariku?" Emosiku mulai meluap, aku mungkin hampir saja teriak andai Mas Halbi tak dengan cepat menahan dengan mencekal lenganku."Kamu harus tahan emosi Ndri, ini di tempat umum," bisiknya.Aku menarik napas panjang. Mencoba menekan emosiku yang mulai meluap."Iya, apa lagi? Kata kamu Darma itu gak punya apa-apa lagi, ya sudah.""Bibi jangan berusaha menjebak atau mengancamku ya, karena sampai kapan pun, Arkan akan tetap bersamaku," tegasku."Siapa yang mengancam kamu? Tujuan saya kan jelas, saya mau ambil Arkan, kenapa kamu jadi nuduh saya yang nggak-nggak?" Dia tampak tak terima."Tapi kedatangan Bibi ini jelas mengancam, bagaimana bisa Arkan akan diambil oleh seseorang yang gak punya hak kuat untuk mengasuh. Dia itu masih bayi, masih butuh ibunya, terus Bibi mau ambil dia begitu? Jangan harap!" tegasku seraya beranjak p

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-26
  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 36

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 36"Astagfirullah!" Aku melonjak dari tidurku, mengusap wajah. Menekan dadaku kuat-kuat. Mengatur napas yang terasa berat dan hampir habis.Mimpi buruk. Terlalu buruk sampai aku merasa sangat lelah seperti habis lari maraton.Aku memegangi kepala, mencoba menangkan diri. Untunglah Arkan di sampingku masih lelap."Maaah."Kemudian kudengar suara Lala. Suara itu seperti menarikku lagi ke alam mimpi.Dan saat aku menoleh pelan-pelan, dalam remang cahaya lampu meja, aku melihat wajah anak itu. Persis ada di sebelahku."Lala? Kamu di sini?" tanyaku ragu. Kedua mataku menatap waspada.Anak itu mengangguk. Tatapan matanya kosong dan ada kebencian yang terpancar di raut wajahnya."Maafin Lala, Mah," katanya pelan. Persis seperti yang kulihat dalam mimpiku tadi."M-maaf? Tap-"Settth!Ucapanku terpotong bersama dengan sesuatu yang menghunus pada perutku. Dan tak lama dari itu, rasa perih menjalar ke seluruh tubuh. Membuat tubuh ini akhirnya lungkrah ke

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-26
  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 37

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 37Selesai menyiapkan makan siang, aku naik ke atas.Tok tok tok!"La, nggak makan siang?" tanyaku setengah teriak. Pintu itu masih belum dibukanya."Nggak Mah, nanti aja, Lala belum laper."Aku bergeming di depan pintu kamar. Jujur, perasaanku mulai tak karuan lagi, tapi aku harus tahan, aku tak boleh gegabah dan sampai terpancing emosi lagi. Aku sudah berjanji pada diriku sendiri, bahwa selain jadi ibu, aku akan jadi sahabat untuk Lala mulai sekarang. Jadi aku harus terus memahami bagaimanapun kondisinya, dan aku tak boleh memaksa untuk mencari tahu sesuatu yang sedang terjadi padanya. Aku pun kembali turun dan menghampiri Mas Halbi yang sedang di meja makan. Sambil makan itu aku memulai obrolan dengannya."Mas, kayaknya kita perlu cari tahu soal Lala, anak itu sedikit mencurigakan lagi.""Coba tanya temannya, Sisi. Mungkin dia tahu apa yang terjadi sama Lala di sekolah."Benar, tanpa menunggu makan siang selesai dulu, aku pun langsung meng

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-26

Bab terbaru

  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 90

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 90Aku terperangah dan menggeleng-gelengkan kepala. "Astagfirullah Bu Een. Jangan menuduh orang lain tanpa bukti Bu, fitnah keji itu namanya. Memangnya kapan saya pernah bicara seperti itu?" "Halah bilang aja kamu mau nyangkal.""Saya bukannya menyangkal Bu Een," sanggahku tegas. "Bahkan kalau Bu Een bersedia, ayo kita bersumpah atas nama Tuhan, siapa yang sumpahnya palsu, maka dia siap mendapatkan konsekuensinya."Bu Een menelan ludah. Sementara orang-orang yang hadir di sana makin ramai berbisik-bisik. "Kalau Bu Een berani bersumpah atas tuduhan yang dilontarkan oleh Bu Een itu, maka semua orang boleh percaya pada Bu Een dan semua orang boleh mengobrak-abrik toko saya. Tapi seandainya Bu Een bohong, maka konsekuensinya adalah berupa penderitaan hidup dan nikmat yang siap dicabut oleh Tuhan. Bagaimana?" tantangku.Semua orang saling lirik. Mereka lalu setuju tampak dengan usulku. Sampai akhirnya aku pun melakukan sumpah di bawah Alquran. Ka

  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 89

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 89Pagi itu, aku duduk di depan toko bersama Mas Halbi. Matahari masih rendah, tapi udara sudah terasa hangat. Toko kami masih sepi. Tak ada satu pun pelanggan yang datang sejak kemarin. Semalam aku sudah cerita pada ibu, soal ini, aku pikir ibu tahu kira-kira kenapa penyebab toko kami bisa sepi seperti ini, tapi ibu bilang namanya jualan pasti ada masa rame dan sepinya. Tapi entah kenapa aku tetap merasa ada yang tak beres dengan tokoku ini.“Mas, aku kepikiran sesuatu."Mas Halbi menoleh. “Apa?”“Gimana kalau hari ini kita bagi-bagi sembako gratis lagi seperti awal kita buka?”Kening Mas Halbi berkerut. "Ya, anggap aja ini sedekah. Selain itu, ini bisa jadi cara buat narik orang-orang supaya mereka kembali belanja di toko kita.”Mas Halbi terdiam sebentar, lalu tersenyum kecil. “Boleh juga idenya. Ya udah, ayo kita siapin sekarang.”Tanpa menunda lagi, kami mulai mengemas sembako. Aku dan Mas Halbi bekerja dengan penuh semangat, berharap u

  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 88

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 88Ah aku tidak peduli. Yang penting aku ingin yang terbaik untuk anakku.***Pagi-pagi sekali, aku sudah bersiap untuk pergi ke rumah Asep. Mas Halbi menyarankan agar aku tak pergi sendirian, tapi aku yakin ini adalah urusanku sebagai ibu. Aku ingin menyampaikan keputusan Lala dengan baik-baik. Bagaimanapun juga, hubungan baik harus tetap dijaga, meski harus membawa kabar yang mungkin mengecewakan mereka.Saat tiba di rumah Asep, aku melihat Asep sedang duduk di teras rumah, sepertinya baru saja selesai sarapan. Ia tersenyum sopan saat melihatku."Bibi. Silakan masuk, Bi," katanya ramah.Aku mengangguk dan melangkah masuk. Di ruang keluarga, Bu Een duduk di kursi roda dengan wajah yang jauh lebih segar dibandingkan terakhir kali aku melihatnya. Ia sudah bisa berbicara meskipun pelan, dan nenek Asep juga ada di sana, duduk bersisian sambil merajut sesuatu.Setelah berbasa-basi sebentar dan menanyakan kondisi Bu Een, aku pun menghela napas. Aku

  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 87

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 87Aku menarik napas dalam, "Bu Een sakit, La. Dia kena stroke sekarang, setelah mengalami stres berat akibat luka bakar yang dilakukan oleh majikannya di Arab. Sekarang dia cuma bisa duduk di kursi roda, dan Asep yang merawatnya."Mata Lala membulat. "Serius, Mah? Ya ampun ... Lala baru tahu. Kasihan banget. Lala harus jenguk Bu Een. Bisa antar Lala ke sana sekarang, Mah?"Aku mengangguk. "Tentu. Yuk, kita pergi sekarang."Kami segera berangkat ke rumah Bu Een. Saat sampai, aku melihat Bu Een duduk di kursi roda di halaman rumahnya, ditemani Asep. Dia tampak jauh lebih kurus dari sebelumnya, dan wajahnya penuh dengan kesedihan yang mendalam. Asep yang berdiri di sampingnya terlihat lebih dewasa dari terakhir kali aku melihatnya.Lala melangkah mendekat dengan hati-hati. "Assalamualaikum."Asep menoleh dan langsung tersenyum kecil. "Waalaikumsalam, La."Bu Een hanya menatap kami dengan mata yang tampak lelah. Aku bisa melihat ekspresi di wajahn

  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 86

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 86POV IndriHari itu, seperti biasa, aku dan Mas Halbi sedang duduk di toko sembako yang kami kelola di depan rumah. Kami tengah menunggu pelanggan datang, menikmati sejenak waktu yang tenang setelah pagi yang sibuk. Tiba-tiba, sebuah ambulans melintas dengan sirene meraung. Aku terperanjat, dan secara otomatis mataku mengikuti mobil itu. Mas Halbi yang sedang duduk di sampingku juga mengalihkan perhatian. Kami berdua melihat ambulans itu lalu berbelok."Ambulans mau ke mana itu Ndri?" tanya Mas Halbi sambil melirikku."Nggak tahu, Mas."Tak lama, tetangga yang juga melihat ambulans itu mulai berkerumun, lalu mengikuti ambulans tersebut. Penasaran, aku pun memutuskan untuk ikut keluar dan bergabung dengan mereka. Sampai akhirnya ambulans itu berhenti tepat di depan rumah Bu Een, aku melihat para petugas medis membuka pintu ambulans dan dengan hati-hati mengeluarkan seseorang yang terbaring di tandu."Astaghfirullah," gumamku pelan, terkejut s

  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 85

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 85Aku menggeleng. “Nulis, Ndri. Di HP-nya.”Indri menghela napas lega. “Oalah, syukurlah. Aku kira Lala lagi sedih, makanya mengurung diri di kamar.”“Enggak, untungnya. Tadi aku lihat Lala malah semangat banget.”“Syukurlah kalau gitu. Aku cuma takut kalau Lala kenapa-kenapa.”Aku ikut tersenyum. Mungkin ini jalannya Lala untuk membuktikan sesuatu. Dan aku akan mendukungnya, sebaik mungkin.***Seperti biasa, aku dan Indri sudah bangun sejak pukul 03.00 pagi untuk menyiapkan dagangan. Kami bekerja dengan cekatan di dapur, meracik bahan-bahan agar semuanya siap sebelum subuh.Tiba-tiba, langkah kaki terdengar dari arah kamar. Aku menoleh dan melihat Lala berjalan ke arah kami, masih dengan mata setengah terpejam.“Mah, Yah, hari ini Lala nggak bantuin dulu gak apa-apa kan? Lala mau lanjut nulis novel.”Aku dan Indri saling pandang. Indri tersenyum sambil mengangguk. “Iya, nggak apa-apa, La. Kalau kamu mau fokus nulis, Mamah izinkan.”Mata Lala

  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 84

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 84Wanita itu tersenyum sinis, "anak baik. Terus berita-berita yang dulu kami dengar itu apa Indri? Jangan kamu pikir saya nggak tahu ya, mentang-mentang saya tinggal di luar negeri. Saya bahkan tahu kalau itu udah nggak perawan kan?""Cukup!" teriak Indri tak tahan.Tapi bukannya berhenti, wanita itu malah lanjut nyerocos.“Kalian juga harusnya sadar diri! Kalian ini cuma pedagang kecil dan tukang ojek, nyari duit hanya dari hasil serbautan. Sementara anak saya? Ya kalian lihat sendirilah. Itulah sebabnya anak saya harusnya berteman dengan orang-orang yang bisa mendukung masa depannya, bukan seperti anak kalian.”Indri baru akan kembali menimpali ucapan tajam itu saat aku mengeratkan genggamanku di tangannya, memberi isyarat agar dia tetap tenang.“Bu, kalau memang Ibu keberatan anak ibu berteman dengan anak saya, sebaiknya Ibu bicarakan baik-baik dengan anak Ibu. Karena kami nggak pernah memaksa anak Ibu untuk berteman dengan anak saya," ucap

  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 83

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 83Asep tersenyum. "Saya cuma mau nganterin buku buat Lala, Paman. Ini ada catatan tugas yang tadi dia belum sempat salin di sekolah. Asep juga izin mau jemput Lala belajar lagi di rumah Rina."Aku mengangguk. "Oh, gitu. Makasih ya, Sep. Lala ada di dalam, masuk aja.""Terimakasih Paman, Asep nunggu di bangku aja."Asep lalu duduk di bangku kayu dekat pohon. Aku memperhatikan anak itu sebentar. Entah kenapa, aku mulai berpikir bahwa mungkin suatu hari nanti, anak ini bisa jadi seseorang yang lebih berarti di hidup Lala.Aku menghela napas dan tersenyum kecil.Hidup memang penuh kejutan. Dulu aku selalu khawatir kalau Lala dekat dengan laki-laki, tapi kali ini, untuk pertama kalinya, aku merasa tenang.Setelah beberapa menit dan Lala tak kunjung keluar, aku pun memutuskan untuk mengajaknya ngobrol."Asep, sini sebentar," panggilku.Anak itu langsung bangkit dan berjalan ke arahku. "Iya, Paman?" tanyanya sopan.Aku menepuk teras yang ada di sebel

  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 82

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 82Pagi itu, setelah semuanya siap, aku, Indri, dan Lala berdiri di depan meja dagangan, menanti pembeli pertama yang datang. Sinar matahari mulai menghangatkan udara, dan bau gorengan yang masih hangat menyeruak ke udara, mengundang selera siapa saja yang melintas di depan rumah kami.Tak butuh waktu lama, beberapa tetangga mulai berdatangan satu per satu. Ada yang membeli sekadar untuk sarapan, ada juga yang sekalian belanja banyak untuk keluarga mereka. Aku bisa melihat wajah sumringah Indri ketika dagangannya laris manis."Wiih tahu gorengnya kayak enak banget," ujar seorang pembeli.Indri tersenyum. "Alhamdulillah."Aku yang berdiri di sampingnya ikut merasa bangga. Baru hari pertama jualan, tapi responsnya sudah sangat baik. Ini memberi harapan besar bagi kami.Namun, di tengah suasana yang menyenangkan itu, tiga orang ibu-ibu tetangga tiba-tiba datang. Mereka awalnya terlihat antusias memilih gorengan dan makanan matang yang dijual Indri

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status