Semua Bab Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku : Bab 31 - Bab 40

95 Bab

Part 31

Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 31POV Indri."Buku permintaan, Lala boleh minta apa pun sejak detik ini dengan cara nulis di buku itu, tapi Lala harus janji, Lala membolehkan Mamah membuka buku itu setiap hari supaya Mamah tahu apa yang Lala inginkan," jawabku dengan penuh rasa gembira."Wah beneran? Kalau Lala mau minta Papah diizinkan ke sini boleh?"Seketika senyumku pindah. Suasana juga mendadak hening. Kami saling melirik satu sama lain sambil menarik napas berat dan panjang."La-""Selamat ulang tahun sayangnya, Papaaah!" sambar seseorang yang baru saja muncul di ambang pintu.Aku relfeks menoleh, si laknat yang berada di sana rupanya."Kamu? Mau apa kamu kesini?" Aku cepat bangkit, tapi saya baru saja akan menghampirinya Lala juga cepat pasang badan. "Biarin Papah kesini, Mah.""Lala, apa yang kamu katakan? Mundur."Lala mencekal lenganku alih-alih mundur. Bapaknya Lala dengan sigap membantu."La, ayo, jangan dekati laki-laki itu, dia bukan orang baik, Nak.""Nggak Pa
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-24
Baca selengkapnya

Part 32

Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 32Pukul 07.00 wib bapaknya Lala datang menjemput. Seperti biasa, sekarang dia memang selalu antar jemput Lala sekolah."La, udah siap?" Lala mengangguk lalu masuk ke dalam mobil bapaknya lebih dulu. Sementara itu, aku menahan Mas Halbi sebentar."Mas aku mau bicara.""Kenapa?""Aku kok ngerasa Lala ada yang aneh ya? Sejak dia pulang waktu maghrib kemarin, dia jadi beda, Mas." Aku sedikit berbisik, memastikan agar Lala tidak mendengar percakapan kami. "Beda gimana?" tanya bapaknya si Lala dengan wajah serius."Dia kayak ngeliatin aku terus, Mas. Terus beberapa kali, dari semalam, dia ngagetin aku terus, suka tiba-tiba muncul di belakangku, sambil bawa sesuatu yang entah itu apa."Mas Halbi diam sebelum akhirnya menggelak tawa, "oh kirain apa, kamu ini, ya wajar kali Ndri namanya kamu ibunya, pasti diliatin, Lala kangen kali sama kamu. Selama ini hubungan kalian 'kan nggak terlalu akur. Udah ah jangan banyak mikir yang nggak-nggak nanti kamu s
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-24
Baca selengkapnya

Part 33

Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 33"Kenapa sih?" Aku menatapnya curiga."Kalian kok nggak bilang-bilang sama Lala? Kapan pasangnya? Terus buat apa emangnya? Kok mendadak pasang cctv," berondong Lala tak tenang."Tuh depan kamar, Mamah," jawab bapaknya pendek.Lala mendengus. Selera makannya tampak hilang. "Di sekitar mana lagi emang yang dipasangnya Yah?" Dia bertanya lagi."Kenapa? Tumben nanya-nanya," sahutku.Aku menatapnya lama. Merasa aneh, sebab tak biasanya Lala peduli dengan hal-hal seperti ini. Aku yakin pasti ada yang nggak beres pada anak itu."Nggak apa-apa sih, cuma tanya aja," katanya kemudian, sambil berusaha mengatur posisinya lagi di kursi makan."Depan kamar Lala mau dipasang juga?""Eh nggak usah Yah, Lala lebih suka privasi aja, ngapain juga pasang cctv, orang rumah udah aman," tolaknya seraya mendelik ke arahku."Namanya juga buat jaga-jaga La, gak ada salahnya 'kan? Siapa tahu si laknat itu datang lagi," timpalku lagi.Seketika Lala menarik napas panjang
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-25
Baca selengkapnya

Part 34

Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 34"Loh memang Lala tahu ada paku di dapur?" Pertanyaan ibu membuatku kembali menoleh pada mereka."Ya nggak sih Nek, tapi 'kan kalau misal Nenek nggak ke dapur Nenek gak akan kena paku, iya 'kan?""Emm iya sih. Tapi nggak apa-apa kok, Nenek udah baikan sekarang, kamu sekolah gih takut telat.""Iya, Nek."Aku buru-buru kembali ke meja makan saat Lala bangkit dari kasur ibu."Mamah harap kamu belajar dari kesalahan yang kemarin Lala, apa pun yang tengah kamu lakukan, pastikan itu tidak merugikan orang lain, apalagi keluargamu sendiri," celetukku ketika dia baru saja duduk di kursi makan.Lala melirik dengan kening mengerut. Tatapannya seperti penuh dendam, entah kenapa. Padahal beberapa hari yang lalu, sebelum kami memberi kejutan ulang tahun, matanya sangat teduh dan aku merasa dia sudah menjadi Lala kecilku yang dulu, tapi entah kenapa sekarang kedua sorot mata itu berubah lagi seperti saat si laknat itu masih ada."Ya itu pun kalau kamu masih
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-26
Baca selengkapnya

Part 35

Misteri uang di tas sekolah anakkuPart 35"Anak kalian, itu adalah haknya Darma, iya 'kan?"Seketika mataku melotot. "Arkan? Maksud Bibi, Bibi akan mengambil Arkan dariku?" Emosiku mulai meluap, aku mungkin hampir saja teriak andai Mas Halbi tak dengan cepat menahan dengan mencekal lenganku."Kamu harus tahan emosi Ndri, ini di tempat umum," bisiknya.Aku menarik napas panjang. Mencoba menekan emosiku yang mulai meluap."Iya, apa lagi? Kata kamu Darma itu gak punya apa-apa lagi, ya sudah.""Bibi jangan berusaha menjebak atau mengancamku ya, karena sampai kapan pun, Arkan akan tetap bersamaku," tegasku."Siapa yang mengancam kamu? Tujuan saya kan jelas, saya mau ambil Arkan, kenapa kamu jadi nuduh saya yang nggak-nggak?" Dia tampak tak terima."Tapi kedatangan Bibi ini jelas mengancam, bagaimana bisa Arkan akan diambil oleh seseorang yang gak punya hak kuat untuk mengasuh. Dia itu masih bayi, masih butuh ibunya, terus Bibi mau ambil dia begitu? Jangan harap!" tegasku seraya beranjak p
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-26
Baca selengkapnya

Part 36

Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 36"Astagfirullah!" Aku melonjak dari tidurku, mengusap wajah. Menekan dadaku kuat-kuat. Mengatur napas yang terasa berat dan hampir habis.Mimpi buruk. Terlalu buruk sampai aku merasa sangat lelah seperti habis lari maraton.Aku memegangi kepala, mencoba menangkan diri. Untunglah Arkan di sampingku masih lelap."Maaah."Kemudian kudengar suara Lala. Suara itu seperti menarikku lagi ke alam mimpi.Dan saat aku menoleh pelan-pelan, dalam remang cahaya lampu meja, aku melihat wajah anak itu. Persis ada di sebelahku."Lala? Kamu di sini?" tanyaku ragu. Kedua mataku menatap waspada.Anak itu mengangguk. Tatapan matanya kosong dan ada kebencian yang terpancar di raut wajahnya."Maafin Lala, Mah," katanya pelan. Persis seperti yang kulihat dalam mimpiku tadi."M-maaf? Tap-"Settth!Ucapanku terpotong bersama dengan sesuatu yang menghunus pada perutku. Dan tak lama dari itu, rasa perih menjalar ke seluruh tubuh. Membuat tubuh ini akhirnya lungkrah ke
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-26
Baca selengkapnya

Part 37

Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 37Selesai menyiapkan makan siang, aku naik ke atas.Tok tok tok!"La, nggak makan siang?" tanyaku setengah teriak. Pintu itu masih belum dibukanya."Nggak Mah, nanti aja, Lala belum laper."Aku bergeming di depan pintu kamar. Jujur, perasaanku mulai tak karuan lagi, tapi aku harus tahan, aku tak boleh gegabah dan sampai terpancing emosi lagi. Aku sudah berjanji pada diriku sendiri, bahwa selain jadi ibu, aku akan jadi sahabat untuk Lala mulai sekarang. Jadi aku harus terus memahami bagaimanapun kondisinya, dan aku tak boleh memaksa untuk mencari tahu sesuatu yang sedang terjadi padanya. Aku pun kembali turun dan menghampiri Mas Halbi yang sedang di meja makan. Sambil makan itu aku memulai obrolan dengannya."Mas, kayaknya kita perlu cari tahu soal Lala, anak itu sedikit mencurigakan lagi.""Coba tanya temannya, Sisi. Mungkin dia tahu apa yang terjadi sama Lala di sekolah."Benar, tanpa menunggu makan siang selesai dulu, aku pun langsung meng
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-26
Baca selengkapnya

Part 38

Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 38POV Halbi."Astagfirullah, apa yang kalian lakukan sama anak saya, hah?!" Aku mendengar suara teriakan Indri yang memekik dari arah toilet perempuan.Aku yang baru saja keluar dari toilet laki-laki pun cepat menghampiri."Ada apa ini Indri?""Lihat itu, Mas." Indri menunjuk ke dalam. Di mana ada sekitar lima orang siswa perempuan di sana.Sementara di lantai toilet kulihat Lala sedang menangis dengan kondisi yang sudah berantakan. Bajunya juga kotor, rambutnya acak-acakan dan wajahnya buru-buru."Ya Tuhan Lala." Tanpa izin permisi aku menerobos masuk, lalu mengangkat putriku dari dalam. "Minggir!" Aku teriak pada anak-anak yang masih menghalangi jalanku itu."Ayah!" Lala bergumam lirih."Minggir kalian minggir!" Indri membabi buta, menarik rambut dan mendorong mereka satu persatu keluar."Dasar anak-anak kurang ajar, kecil-kecil sudah jadi preman kalian ya, mau jadi apa kalian, hah?!" Indri teriak sekencang-kencangnya. Hingga beberapa guru
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-26
Baca selengkapnya

Part 39

Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 39Semalam dirawat, Indri belum menunjukkan tanda-tanda siuman. Beberapa alat medis juga masih terpasang di tubuhnya, seolah menjadi penghubung terakhir antara dirinya dan kehidupan. Aku duduk di kursi di sisi ranjang, memandangi wajahnya yang pucat, tak berdaya. Napasnya pelan, dibantu mesin yang terus berbunyi ritmis, menjadi pengingat betapa rapuhnya hidup ini.Kata Lala serangan jantung itu datang seperti badai. Tak ada peringatan, tak ada tanda-tanda. Indri hanya tampak sesak setelah mendengar Lala dicut dari sekolah, lalu tiba-tiba terjatuh di lantai ruang keluarga.Aku ingat paniknya diriku saat itu, memanggil namanya, mengguncang tubuhnya, tapi dia tak menjawab. Dengan gemetar, aku membawanya ke rumah sakit, menyetir dengan kecepatan yang tak pernah kubayangkan sebelumnya, sambil terus memohon kepada Tuhan agar dia bertahan.Tapi kini, setelah beberapa jam berlalu, dia masih terbaring seperti ini. Wajahnya tak lagi bersinar seperti bia
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-26
Baca selengkapnya

Part 40

Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 40POV Indri"Sayaang! Sayaang jangan pergiii! Arkan butuh papahnya, Sayaaang!"Langkahku kembali mati. Badanku juga refleks berbalik ke arahnya lagi. Aku menatapnya tajam dengan guratan emosi yang penuh."Apa kamu bilang? Arkan butuh papahnya? Cih, jangan pernah kamu mengira dia butuh sosok sepertimu, karena cepat atau lambat, nama kamu akan segera kucoret dalam hidup Arkan," tegasku penuh emosi."Gak! Gak bisa. Kamu gak bisa melakukan itu, Maaah! Sayaaang!"Aku kembali berbalik badan dan meninggalnya pergi."Dasar bedebah! Beraninya dia manggil aku sayang. Dia pikir aku bodoh dan mau terjerat untuk kedua kalinya?" Aku menggerutu sendiri sambil terus melangkah lebar-lebar keluar dari kantor polisi. Sementara di sampingku Mas Halbi juga ikut mensejajarkan diri. "Ayo Mas, kita langsung selesaikan urusan kita yang lain aja biar cepet beres, kasihan Arkan di rumah."Bapaknya Lala mengangguk. Kami lekas meluncur ke toko.Hari ini, bapaknya Lala m
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-27
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status