Share

Part 22

Author: Ricny
last update Last Updated: 2025-01-23 19:02:48

Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku

Part 22

"Lala masih harus melakukan perawatan, Nak. Dia sekarang sudah dipindahkan ke rumah sakit ini juga."

Aku melepaskan napas lega. "Syukurlah, tapi dia baik-baik saja 'kan, Bu?"

"Sudah nanti saja kita bahas soal itu Indri, kamu lebih baik istirahat saja sampai benar-benar pulih."

"Bu, Indri mohon. Indri mau tahu gimana kabar Lala sekarang." Aku maksa sambil berusaha untuk duduk.

Akhirnya ibu menyerah, beliau duduk di kursi sebelah ranjangku. "Ibu harus bilang apa Indri? Jujur, Ibu kecewa sama kamu," katanya kemudian. Ibu menatapku dengan mata berkaca-kaca.

Aku menarik napas berat. "Maafin Indri Bu, Indri ...." Air mataku tiba-tiba saja meluncur, membuat dada ini kembali terasa sesak.

"Seharusnya kamu paham saat anakmu mulai berubah Indri. Bagaimana bisa kamu lalai akan hal sefatal itu? Lala sekarang sedang menjalani perawatan pasca menggugurkan kandungannya. Dia juga sedang ditangani psikiater. Do'akan semoga anakmu itu cepat pulih." Suara Ibu
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 23

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 23Tanpa pikir panjang, aku memutus sambungan telepon dan gegas pulang. Setelah buron sejak kulaporkan dia ke polisi, masih berani rupanya dia pulang ke rumah."Tapi baguslah, aku harus segera menelepon polisi supaya si bedebah itu bisa langsung ditangkap di rumahku."Sebelum aku meluncur mengendarai motorku, di parkiran rumah sakit aku buru-buru menelepon tim kepolisian agar mereka langsung ke tkp."Baik, kami ke sana sekarang."____Sampai di rumah aku mendapati Naira adikku sudah tergeletak di lantai luar."Loh Nai, Nai ya ampun kamu kenapa Nai? Bangun Nai." Aku mengguncang kedua pipinya.Anak itu pingsan rupanya. Entah apa yang sudah diperbuat lelaki bedebah itu, yang jelas setelah aku mencarinya ke rumah aku tak mendapati dia ada di dalam."Loh Arkan mana? Arkan gak ada?" Aku makin panik ketika mendapati Arkan juga tak ada di kamar. "Arkaaan!""Selamat siang, Bu." Petugas kepolisian pas saja datang."Pak, tolong anak saya, tolong anak saya

    Last Updated : 2025-01-23
  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 24

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 24"Oh bagus, akhirnya kamu datang juga. Mana sini, kembalikan Arkan." Aku baru akan merebut Arkan dari tangan lelaki bedebah itu saat dengan cepat dia hentikan."Arkan lagi tidur Sayang, dia suka bangun kalau dipindahkan ke tangan orang lain, sabar," katanya. Tanpa izin permisi dia lalu masuk ke dalam.Rahangku mengeras, emosiku terpancing. "Siapa yang menyuruhmu masuk ke dalam bedebah?"Dia tak peduli, malah terus berjalan ke arah kamar kami. Kemudian meletakan Arkan di atas kasur."Kenapa Mamah harus marah-marah gitu sih, Sayang? Emang salah kalau Papah masuk ke rumah Papah sendiri?"Aku menyeringai, "rumahmu? Apa kamu gak malu, hah?! Dasar bedebah, mokondo." Aku baru akan mendorong tubuhnya saat dengan cepat dihentikan ibu."Biarkan dia Indri, lebih baik jangan terlibat urusan apa pun supaya dia cepat keluar," bisik beliau.Aku pun berusaha menahan diri, walau sulit. Karena jujur, lebih dari mendorongnya aku ingin sekali menyiramkan air ker

    Last Updated : 2025-01-23
  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 25

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 25POV Lala"Makasih." Aku baru akan turun dari mobil saat tiba-tiba pria itu menarik tanganku."La, nggak salim dulu sama, Papah?"Aku mengerling malas, aku memang tak biasa dan tak sudi mencium tangannya walau dia sudah jadi ayahku yang baru."Ayo salim." Dia menyodorkan punggung tangannya. Mau tak mau akhirnya aku melakukan apa yang dia mau."Nanti pulang sekolah Papah jemput lagi ya.""Gak usah, Lala balik sendiri aja.""Kan gak bawa sepeda La.""Lala nebeng sepeda temen.""Loh jangan dong, ngerepotin." Dia senyum lebar. Senyuman yang bagiku sangat menakutkan. Entah kenapa, aku selalu menangkap sesuatu yang aneh dari senyuman dan tatapan pria itu. Makanya aku menolak setiap kali dia menawarkan diri mengantar atau menjemputku sekolah. Tapi hari ini mamah memaksaku, sebab tadi pagi turun gerimis jadilah aku juga tak punya alasan untuk menolak."Mereka gak keberatan kok." Aku maksa dan cepat turun setelah berhasil membuka pintu mobil."Eh

    Last Updated : 2025-01-23
  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 26

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 26Aku berjalan gontai menuju pintu kelas. Dari kejauhan aku lihat pria itu masih di dalam mobilnya."Kamu kenapa? Kok lemes gitu La?" tanya Pak Darwin lagi. "Pak, bisa nggak Bapak bilang sama papah Lala kalau Lala udah balik.""Loh, kenapa? Bukannya Lala lagi nunggu dijemput sama papah?"Aku menggeleng pelan, dan refleks berlari ke kelas sebelah setelah kulihat pria itu turun dari mobil."Loh, La." Pak Darwin tampak bingung."Sssttt." Aku memberi kode.Sejurus dengan itu ayah tiriku menghampiri Pak Darwin."Maaf Pak, saya mau jemput Lala. Dia masih di sekolah 'kan?""Lala? Tapi anak-anak sudah pulang semua Pak. Kelas sudah kosong semua, ini sudah saya cek satu-satu."Ah, aku mengusap dada. Untunglah Pak Darwin mau diajak kompromi."Hah masa? Terus Lala kemana ya? Dia belum ada di rumah soalnya.""Mungkin ke rumah temannya Pak, hari ini kelas Lala ada tugas kelompok.""Oooh gitu." Pria itu menggigit bibir sambil mengedarkan pandang ke sekitar

    Last Updated : 2025-01-23
  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 27

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 27"Sssttt." Dia menempelkan jari telunjuknya di depan hidung seraya menyorongkan tubuhnya padaku.Aku lihat hari itu, kedua sorot matanya sangat liar dan wajahnya juga tampak menyeramkan lebih dari biasanya."Pergi!""Sssttt jangan takut, Papah cuma mau bilang kalau mamah lagi gak ada di rumah dan Papah disuruh menjagamu," bisiknya seraya mencoba menyentuh pipiku. "Pergi!" Suaraku memekik."Heii, gak usah takut, Sayang. Beberapa hari ini Lala selalu cuek dan menghindarin Papah, kenapa sih?""Pergii! Mamaaah!"Hap!Secepat kilat, aku dibekapnya kasar."Diam, kalau kamu seperti ini Papah justru akan semakin kesal.""Lepas!" Aku meronta dan terus teriak, meski suaraku tak bisa keluar karena telapak tangannya sudah mengunci seluruh bagian mulutku."Diam! Papah bilang diam, ya diam!"Brak!Dia terhuyung ke belakang ketika sekuat tenaga kutendang perutnya kencang."Aaaw!"Aku cepat membuka pintu, lalu kabur menuruni anak tangga. Pikirkanku kacau, a

    Last Updated : 2025-01-23
  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 28

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 28"Iya kayaknya Lala demam, mau ke dokter? Yuk.""Gak usah Pah, Lala mau minta dibeliin rujak dan minuman yang segar-segar aja.""Loh kok minuman seger, 'kan Lala lagi demam.""Biar cepet sembuh.""Ah ya udah. Tapi nanti sore ya, ini 'kan masih pagi, belum ada yang jual rujak."Aku mengangguk. Setelah menyelimuti dan membuatkan teh hangat untukku dia pun kembali pergi. "Papah ke toko dulu ya, sore ke sini lagi. Oke.""Iya, Pah."***Aku pikir, setelah beristirahat di kontrakan selama dua minggu aku akan baikan, tapi nyatanya badanku makin terasa tak enak."Ke dokter aja yuk La, takut Lala kenapa-kenapa loh. Itu guru-guru Lala juga pasti curiga kalau Lala gak masuk terus.""Iya Pah, tapi sore aja ya, sekarang kepala Lala pusing banget, ngantuk juga.""Oh ya udah, sini Papah pijitin."Aku setuju dan lekas menaruh kepalaku pada pah*nya.Tring!Sedang serius memijit, tiba-tiba ponsel Papah dering."Mamah, telepon La."Aku relfeks duduk. "Angkat d

    Last Updated : 2025-01-23
  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 29

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 29"Tadinya mamah mau ikut tapi untungnya bisa Papah larang, bisa gawat kalau mamah sampai ikut.""Iya Pah, ya udah ayo sekarang aja Pah, biar cepet ketahuan Lala sakit apa."Dengan susah payah kami yakinkan mamah agar bisa pergi sepagi mungkin. Selain aku suka malas kalau sudah kena matahari, aku juga tak sabar rasanya ingin tahu, apakah benar terjadi sesuatu yang kami takutkan ini."Maaf Pak sebelumnya, saya harus mengatakan berita yang mungkin akan membuat Bapak syok."Aku tertegun dengan jantung berdegup kencang ketika dokter yang sudah memeriksaku mulai membuka percakapan."Katakan saja Dok, putri saya sakit apa?" Papah nampak tak sabar dan sama tegangnya denganku."Putri Bapak, hamil.""Apa?" Papah melotot dan refleks melirik ke arahku. Aku menelan ludah. Ya Tuhan, jadi benar aku hamil? Seketika air mata luruh melewati pipi. Takut, bingung dan sedih, entah harus bagaimana."Y-ya sudah, terimakasih banyak, Dok." Papah menarik pergelangan

    Last Updated : 2025-01-23
  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 30

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 30POV Halbi (Ayah)Aku menarik Indri ke dapur, sementara Lala kusuruh pergi ke kamarnya. "Indri, ada yang harus kita bicarakan serius."Kening Indri berkerut, lalu duduk di kursi makan sambil menatapku serius."Ada apa?" tanyanya tak sabar."Soal Lala, aku rasa dia benar, dia tak membutuhkan psikiater."Dia mendelik, "lalu?""Dia hanya membutuhkan kita. Kita yang salah, maka dari itu kita juga yang harus menyembuhkannya.""Apa maksud kamu, Mas?"Aku mulai menceritakan apa yang Lala utarakan dalam mobil tadi. Sesuatu yang berhasil menusuk dadaku hingga aku menangis sesegukan untuk pertama kalinya dalam hidup."Jadi maksud kamu kita ...?" Ucapan Indri menggantung, dia tampak ragu melanjutkan apakah yang dia pikirkan sama dengan yang ada di kepalaku."Setelah urusanmu dengan Darma beres, mari kita mencoba memperbaiki semuanya lagi. Apa kamu setuju?"Dia menyipitkan mata. Seperti tak percaya dengan apa yang didengarnya."Aku serius."Dia menarik

    Last Updated : 2025-01-23

Latest chapter

  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 95

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 95"Sudah Maura, yang penting sekarang kamu aman di rumah Uwa."Maura mengangguk dan tiba-tiba suara teriakan menggema dari luar rumah."Maura! Aku tahu kamu ada di dalam! Keluar, Maura!"Jantungku langsung berdegup kencang. Aku menoleh ke arah Maura yang duduk di kursi dengan wajah pucat pasi. Tangannya mencengkeram ujung bajunya dengan erat, tubuhnya gemetar hebat."Wa ... tolong, Wa. Tolong Maura. Maura takut!" isaknya dengan suara bergetar.Dari luar, suara pria itu semakin menjadi. "Aku melihat sendiri kamu lari ke sini! Jangan pikir bisa sembunyi dariku! Keluar! Dasar perempuan tidak tahu diri! Berani berselingkuh di belakangku, maka harus berani menerima akibatnya!"Maura menutup telinganya sambil menangis. "Wa, dia bakal masuk nggak? Jangan biarkan dia masuk, Wa! Maura takut!"Aku menggenggam tangannya yang dingin. "Tenang, Ra. Uwa nggak akan biarkan dia menyentuh kamu."Mas Halbi yang duduk di sebelahku langsung berdiri, wajahnya meneg

  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 94

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 94Mas Halbi menghela napas lagi. "Iya, mereka nggak tahu yang sebenarnya. Itu sebabnya kamu nggak perlu ambil hati. Percuma. Kita nggak akan bisa mengubah cara mereka berpikir."Aku menggeleng. "Tapi sakit, Mas. Mereka ngomong tentang Lala seakan-akan dia itu barang bekas yang nggak pantas buat siapa-siapa."Mas Halbi menatapku penuh empati. "Lala bukan barang. Lala anak kita. Dan kita tahu siapa dia sebenarnya. Kita tahu bagaimana dia berjuang. Kita tahu dia bukan seperti yang mereka katakan."Aku terdiam, mencoba mencerna kata-kata suamiku."Yang penting kita ada buat dia. Jangan biarkan mereka membuat kita kehilangan kepercayaan pada anak kita sendiri," lanjut Mas Halbi.Aku menyandarkan kepala ke bahunya, berusaha mengambil kekuatan dari kehadirannya. "Aku cuma capek, Mas. Aku udah capek dengar orang ngomongin anak kita seolah-olah anak kita itu nggak ada harganya.""Aku tahu." Mas Halbi membalas dengan suara rendah. "Makanya kita gak usah

  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 93

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 93Aku menarik napas dalam-dalam. Rasanya dada ini semakin sesak mendengar obrolan-obrolan yang terus diarahkan pada Lala. Kenapa sih orang-orang ini seperti tidak bisa berhenti membahas pernikahan? Seolah-olah hidup seseorang hanya akan dianggap sempurna kalau sudah menikah."Iya Ndri, lihat tuh si Maura, anak Bibi. Dia udah nikah di usia 17 tahun, sekarang anaknya usia 7 tahun, udah kayak bestie. Siapa yang bakal nyangka kalau dia ternyata udah punya anak," kata salah satu saudaraku lagi, seolah menambahkan beban di suasana yang sudah cukup berat.Aku melirik Maura yang sedang duduk di pojok ruangan. Dia tampak asyik dengan ponselnya, sesekali tertawa kecil sambil mengetik sesuatu. Sementara anaknya yang berusia 7 tahun tampak sibuk melahap sepiring nasi di dekatnya."Maura, coba kamu ceritakan sama saudaramu ini, Nak. Mbak Lala, biar dia cepat mau nikah," Bibiku menimpali lagi, seolah sengaja ingin mempermalukan Lala di depan banyak orang.M

  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 92

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 92"Maaf loh, bukannya menghina. Tapi kan ini kenyataannya, Ndri."Aku mengangguk pelan, meskipun dalam hati aku merasa muak. "Iya, Bu. Nanti coba saya bicara sama Lala."Bu Atun tersenyum puas. "Iya. Mumpung Juragan Danu juga masih belum ada yang srek tuh. Kali aja kalau sama Lala, dia mau.""Iya, Bu," jawabku seadanya.Setelah membayar belanjaan, aku segera pulang dengan hati yang berat. Langkahku terasa lebih lambat dari biasanya, pikiranku dipenuhi dengan percakapan tadi di warung.Sesampainya di rumah, aku langsung menemui ibu yang sedang duduk di ruang tengah rumahnya, mengiris bawang untuk persiapan memasak."Kata mereka, apa lebih baik Lala dijodohin aja, Bu?" tanyaku, meletakkan belanjaan di meja.Ibu menghentikan kegiatannya dan menatapku dengan ekspresi tak percaya. "Dijodohin sama siapa?"Aku menghela napas. "Ya, sama siapa aja. Sama Juragan Danu misalnya."Ibu langsung melotot. "Husssh! Ngaco kamu, Ndri! Tua bangka begitu, masa mau

  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 91

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 91Setelah mengucapkan kata-kata itu, ia berbalik dan pergi dengan langkah tergesa-gesa. Warga yang menyaksikan kejadian itu langsung saling berpandangan."Astaghfirullah, kok masih aja ada orang kayak gitu?" gumam salah seorang ibu yang berdiri tak jauh dariku."Iya, ya. Bukannya introspeksi, malah makin menjadi," timpal yang lain.Aku menarik napas panjang dan menoleh ke arah ibu. Jujur, aku selalu kepikiran kalau soal anak. Aku yang punya masalah dengan Bu Een, kenapa jadi Lala yang kena sumpah serapah? Ya Allah semoga saja, Engkau jauhkan anak hamba dari segala mata jahat.Mas Halbi, yang sedari tadi memperhatikan, akhirnya ikut bersuara. "Sudah, Ndri. Lanjutkan saja pembagian sembakonya. Jangan sampai hal tadi mengganggu niat baik kita."Aku mengangguk dan kembali fokus ke apa yang sedang kulakukan. Aku tidak ingin kejadian barusan merusak suasana.Satu per satu, warga kembali maju untuk mengambil sembako."Indri, kamu benar-benar perempua

  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 90

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 90Aku terperangah dan menggeleng-gelengkan kepala. "Astagfirullah Bu Een. Jangan menuduh orang lain tanpa bukti Bu, fitnah keji itu namanya. Memangnya kapan saya pernah bicara seperti itu?" "Halah bilang aja kamu mau nyangkal.""Saya bukannya menyangkal Bu Een," sanggahku tegas. "Bahkan kalau Bu Een bersedia, ayo kita bersumpah atas nama Tuhan, siapa yang sumpahnya palsu, maka dia siap mendapatkan konsekuensinya."Bu Een menelan ludah. Sementara orang-orang yang hadir di sana makin ramai berbisik-bisik. "Kalau Bu Een berani bersumpah atas tuduhan yang dilontarkan oleh Bu Een itu, maka semua orang boleh percaya pada Bu Een dan semua orang boleh mengobrak-abrik toko saya. Tapi seandainya Bu Een bohong, maka konsekuensinya adalah berupa penderitaan hidup dan nikmat yang siap dicabut oleh Tuhan. Bagaimana?" tantangku.Semua orang saling lirik. Mereka lalu setuju tampak dengan usulku. Sampai akhirnya aku pun melakukan sumpah di bawah Alquran. Ka

  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 89

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 89Pagi itu, aku duduk di depan toko bersama Mas Halbi. Matahari masih rendah, tapi udara sudah terasa hangat. Toko kami masih sepi. Tak ada satu pun pelanggan yang datang sejak kemarin. Semalam aku sudah cerita pada ibu, soal ini, aku pikir ibu tahu kira-kira kenapa penyebab toko kami bisa sepi seperti ini, tapi ibu bilang namanya jualan pasti ada masa rame dan sepinya. Tapi entah kenapa aku tetap merasa ada yang tak beres dengan tokoku ini.“Mas, aku kepikiran sesuatu."Mas Halbi menoleh. “Apa?”“Gimana kalau hari ini kita bagi-bagi sembako gratis lagi seperti awal kita buka?”Kening Mas Halbi berkerut. "Ya, anggap aja ini sedekah. Selain itu, ini bisa jadi cara buat narik orang-orang supaya mereka kembali belanja di toko kita.”Mas Halbi terdiam sebentar, lalu tersenyum kecil. “Boleh juga idenya. Ya udah, ayo kita siapin sekarang.”Tanpa menunda lagi, kami mulai mengemas sembako. Aku dan Mas Halbi bekerja dengan penuh semangat, berharap u

  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 88

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 88Ah aku tidak peduli. Yang penting aku ingin yang terbaik untuk anakku.***Pagi-pagi sekali, aku sudah bersiap untuk pergi ke rumah Asep. Mas Halbi menyarankan agar aku tak pergi sendirian, tapi aku yakin ini adalah urusanku sebagai ibu. Aku ingin menyampaikan keputusan Lala dengan baik-baik. Bagaimanapun juga, hubungan baik harus tetap dijaga, meski harus membawa kabar yang mungkin mengecewakan mereka.Saat tiba di rumah Asep, aku melihat Asep sedang duduk di teras rumah, sepertinya baru saja selesai sarapan. Ia tersenyum sopan saat melihatku."Bibi. Silakan masuk, Bi," katanya ramah.Aku mengangguk dan melangkah masuk. Di ruang keluarga, Bu Een duduk di kursi roda dengan wajah yang jauh lebih segar dibandingkan terakhir kali aku melihatnya. Ia sudah bisa berbicara meskipun pelan, dan nenek Asep juga ada di sana, duduk bersisian sambil merajut sesuatu.Setelah berbasa-basi sebentar dan menanyakan kondisi Bu Een, aku pun menghela napas. Aku

  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 87

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 87Aku menarik napas dalam, "Bu Een sakit, La. Dia kena stroke sekarang, setelah mengalami stres berat akibat luka bakar yang dilakukan oleh majikannya di Arab. Sekarang dia cuma bisa duduk di kursi roda, dan Asep yang merawatnya."Mata Lala membulat. "Serius, Mah? Ya ampun ... Lala baru tahu. Kasihan banget. Lala harus jenguk Bu Een. Bisa antar Lala ke sana sekarang, Mah?"Aku mengangguk. "Tentu. Yuk, kita pergi sekarang."Kami segera berangkat ke rumah Bu Een. Saat sampai, aku melihat Bu Een duduk di kursi roda di halaman rumahnya, ditemani Asep. Dia tampak jauh lebih kurus dari sebelumnya, dan wajahnya penuh dengan kesedihan yang mendalam. Asep yang berdiri di sampingnya terlihat lebih dewasa dari terakhir kali aku melihatnya.Lala melangkah mendekat dengan hati-hati. "Assalamualaikum."Asep menoleh dan langsung tersenyum kecil. "Waalaikumsalam, La."Bu Een hanya menatap kami dengan mata yang tampak lelah. Aku bisa melihat ekspresi di wajahn

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status