Semua Bab Pewaris Darah Cemani: Bab 11 - Bab 20

58 Bab

Siap untuk apa?

Di tempat lain.Keadaan Winingsih kini sudah jauh lebih baik. Gadis cantik itu sudah terlihat lebih segar meski agak pucat dan lemas. Keberhasilan Denjaka mengusir makhluk jahat dari dalam tubuh Winingsih membuat Mbah Tarjo dan Mbok Marni merasa lega.“Jangan pulang dulu, Mas Den. Kami sudah menyediakan hidangan sederhana. Kalau Mas Den tidak ingin bermalam, setidaknya makan dulu sedikit. Jangan biarkan Mas Den pulang dari sini dengan perut kosong,” kata Mbah Tarjo menahan Denjaka ketika berpamitan untuk pergi.Tak enak jika menolak, Denjaka akhirnya tak berdaya. Meski perasaannya saat ini tak karu-karuan, ingin segera pulang ke rumah, Denjaka mencoba menahannya, membiarkan Mbah Tarjo dan istri menyiapkan jamuan untuk dirinya.“Baiklah kalau begitu,” balas Denjaka akhirnya setuju.Mendengar Denjaka tidak menolak, Mbah Tarjo merasa senang bukan main. Tak bisa menyembunyikan kesuka citaannya atas persetujuan yang Denjaka berikan, Mbah Tarjo
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-10
Baca selengkapnya

Sebuah Peringatan

Sudah beberapa jam, Ali mencari keberadaan Widuri tanpa henti. Ali tak sudi beristirahat sedikit pun meski kedua kakinya sudah merasa sangat penat dengan otot-otot kaki yang kencang semua, membuat Ali kesulitan untuk berjalan, menahan sakit setiap kali melangkahkan kakinya kembali, terasa amat kaku dan juga nyeri.Berada dalam usia yang tak lagi muda, ketahanan fisik Ali memang tak seperti dahulu kala, namun ia tetap berusaha keras, melakukan segala upaya yang ia bisa untuk segera menemukan sang cucu tanpa memperdulikan rasa lelah yang kini hinggap dan semakin merajalela, meminta dirinya untuk berhenti sekedar beristirahat sebentar sebelum melanjutkan pencariannya kembali.Merasa dituntut akan tanggung jawab yang harus ia penuhi kepada mendiang kakak seperguruan yang telah berpulang ke haribaan Allah subhanahu wa ta'ala lebih dulu, di tambah tanggung jawabnya sebagai seorang murid dari Almarhum mendiang Lek Sardi, Ali merasa memastikan keluarga Denjaka dan Wintang
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-11
Baca selengkapnya

Jeritan Pemecah Hening

Tanpa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, kini kepala Denjaka dipenuhi oleh kekhawatiran atas anak perempuan kesayangannya. Semakin lama, perasaan itu semakin susah untuk diabaikan. Dengan mengikuti kata hati kecilnya, Denjaka bangkit berdiri, memaksakan tubuhnya yang mendadak terasa amat berat, enggan meninggalkan rumah kediaman keluarga Mbah Tarjo.“Aaaah!” Denjaka mengerang, masih berusaha keras untuk bisa berdiri secara sempurna melawan pusing di kepala yang mendadak ikut mendera, memaksa Denjaka untuk tetap tinggal di sana sampai besok pagi, sesuai rencana yang sudah diatur sedemikian rupa.Namun, takut anak kesayangannya kenapa-kenapa, Denjaka tidak mau kalah dengan itu semua. Tak perduli pada tubuh yang semakin lama semakin sulit untuk digerakan serta kepala yang bertambah kian sakit tiada tara, Denjaka tetap memantapkan apa yang sudah ia putuskan, mencoba melawan segala godaan yang memaksanya untuk tidak ke mana-mana.“Allahumma wafiqna li tha’
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-11
Baca selengkapnya

Rasa Bersalah yang Mendalam

Melajukan motor miliknya dengan kecepatan penuh tanpa memperdulikan lubang di tengah jalan atau batu kerikil yang mencuat ke permukaan, terus trabas tanpa aba-aba, akhirnya Denjaka berhasil sampai ke rumahnya dengan selamat.Baru saja sampai di depan pintu gerbang, perasaan Denjaka semakin bertambah tak enak. Sebab, pintu gerbang yang biasanya selalu tertutup rapat, kini dalam keadaan terbuka lebar. Apa lagi, ini masih menjelang subuh, Denjaka merasa tambah asing, tidak mungkin istri tercintanya sudah membuka pintu gerbang sedini ini. Hal ini tentu memperkuat kecurigaan yang ada di hatinya meski tak tahu apa yang sebenarnya telah terjadi, hanya bisa menerka dan terus bertanya-tanya pada diri sendiri.Dengan detak jantung yang berdetak semakin tidak beraturan, Denjaka membawa kuda besinya masuk ke dalam halaman sembari menatap tajam ke arah rumah yang suasananya sangat berbeda. Setelah memarkirkan motor miliknya, Denjaka bergegas turun dan masuk ke dalam. Sebelum ma
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-12
Baca selengkapnya

Kepulan Asap Hitam

Tak tahu harus menjawab apa, Wintang hanya diam, larut dalam tangis menggugu, menggigit bibir bawahnya kuat-kuat agar tak ketahuan oleh Denjaka, tak berniat memberikan respon apa-apa atas apa yang sedang Pak Leknya katakan. Sama sekali tidak berniat menyalahkan siapa-siapa, Wintang hanya ingin menumpahkan kesedihan yang saat ini ia rasa.Biar bagaimanapun juga, Wintang adalah manusia biasa. Wajar, jika ia menumpahkan kesedihannya lewat air mata.Sesampainya di ambang pintu kamar Pandu, Denjaka mulai memperlambat langkahnya, menatap punggung sang putra yang sedang terlelap menghadap ke arah dinding. Perlahan, takut membangunkan Pandu yang sedang beristirahat, Denjaka menghampiri tempat tidur putra tercintanya, duduk di tepi ranjang, memeluk bahu sang putra dengan pelan.Atas gerakan yang Denjaka lakukan, Pandu terbangun. Sadar jika yang datang adalah ayahnya, Pandu membalik badan, memeriksa dugaannya yang sudah pasti benar adanya.“Bapak,” lirih Pa
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-12
Baca selengkapnya

Pertarungan Sengit antara Denjaka dan Bumi

Bab 16Bersamaan dengan asap hitam yang berhasil menyentuh pipi sebelah kiri milik Bumi dalam penglihatan Ali, raut wajah Bumi seketika berubah. Jika sebelumnya dominan sedih mendalam yang sulit digambarkan, terus menangisi kepergian Widuri yang entah ke mana, kali ini justru terlihat marah, lengkap dengan kedua pipinya yang juga ikut memerah, padam dan meluap-luap, siap meledakan api emosi yang sudah tak tertahan lagi.Tanpa aba-aba, Bumi bangkit dari tempat duduknya sebelumnya, berjalan penuh dendam ke arah Denjaka dan langsung melayangkan sebuah bogem mentah yang sama sekali tidak pernah masuk dalam daftar agenda rencananya.Bug!Tinjuan keras mendarat tepat di dekat ujung bibir Denjaka, membuat Denjaka yang tidak siap dengan serangan yang ia terima langsung terhuyung, jatuh terjerembab tanpa sempat menjaga keseimbangan diri.“Kurang ajar!” hardik Bumi, langsung mengunci tubuh Denjaka yang sudah jatuh ke atas lantai, kembali melayangka
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-13
Baca selengkapnya

Kepulangan Widuri

Bab 17Tak lama berselang, Ali sudah kembali lagi. Tidak dengan tangan kosong, Ali datang membawa dua ember besar berisi penuh air, dijinjing pada masing-masing tangannya, kanan dan kiri. Banyaknya air yang ia bawa, Ali tampak kesulitan. Sudah bisa dipastikan, ia pasti sedang keberatan.Melihat Pak Lek nya datang dengan kesusahan, Wintang buru-buru menghampiri Ali, mengambil alih salah satu ember di tangan Ali, berniat membantu Pak Leknya agar tidak terlalu berat.“Tidak usah, Nduk …. Pak Lek masih kuat,” kata Ali awalnya menolak dengan wajah yang sudah merah semua, lengkap dengan otot-otot tua miliknya yang keluar, muncul ke permukaan di balik kulit, menandakan jika saat ini Ali sedang mengerahkan seluruh tenaga yang ia miliki.“Tak apa, Pak Lek. Nanti pinggang sampean bertambah sakit,” balas Wintang, masih ingin membantu Ali.Wintang melontarkan kalimat yang terdengar keras seperti batu bagi indera pendengaran Ali saat ini, membuyarkan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-13
Baca selengkapnya

Sebuah Rasa Iri

Bab 18“Bisa-bisanya kalian semua membuatkan Widuri kelayapan sendirian!” Lanjut Cantika lagi, melewati Bumi dan Denjaka yang hanya bisa terperangah, membuka mulut mereka dengan reaksi dari Cantika.Masih ingin berusaha memperebutkan Widuri, memeluk bocah kecil yang saat ini sedang memeluk Cantika dengan sangat erat, Denjaka dan Bumi tak menyerah. Meski harus saling sikut dan saling dorong, keduanya masih berusaha mendekati Widuri, Mengikuti Cantika dari belakang.Mendengar Widuri sudah pulang, Wintang yang baru selesai mengambil air wudhu tak sabar untuk memeriksa, segera berlari ke ruang depan dengan wajah dan tangan yang masih basah semua. Mendapati Widuri benar-benar sudah pulang, Wintang tak bisa mengendalikan diri lagi. Sebuah rasa yang tak bisa ia tahan ingin segera mendekap gadis kecil kesayangannya yang sempat membuat hatinya gelisah tak karu-karuan karena khawatir, kini malah kehilangan tenaga. Seluruh urat di kedua kakinya mendadak luruh, memaks
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-14
Baca selengkapnya

Puncak Perdamaina

Bab 19“Bagian mana yang kamu anggap gagal, Mbak?” tanyanya lagi.“Lihatlah, setelah apa yang kamu lalui, yang aku sendiri tahu pasti itu tidaklah mudah, kamu masih bisa menjadi ibu terhebat bagi Pandu dan juga Widuri.” Lanjut Cantika, tak berniat memberi kesempatan kepada Wintang untuk menjawab pertanyaan yang ia berikan.“Lihatlah, kamu masih jadi tempat ternyaman untuk Widuri,” ucap Cantika lagi. Kali ini ia menatap wajah Widuri, membayangkan jika dirinya juga memiliki anak secantik dan se menggemaskan keponakannya itu.“Entahlah …. Aku tidak tahu dari sudut mana kamu memandang,” balas Wintang, ikut menatap wajah Widuri yang sedang asyik terbuai oleh mimpi indah yang menyenangkan setelah apa yang baru saja ia lewati sebagai penghibur lara di hati bocah kecil itu.“Entah cara pandangmu yang salah, atau aku yang terlalu kufur akan nikmat yang Allah subhanahu wa ta'ala berikan sehingga hidupku seberantakan ini sekarang.” Lanjut Wint
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-14
Baca selengkapnya

Teriakan Bahaya

Bab 20Mendengar kata yang sama terucap dari mulut Bumi dan juga Denjaka, Ali tersenyum puas dan penuh kemenangan. Sejak awal, inilah yang sedang Ali rencanakan. Sebagai pengganti orang tua keduanya, Ali harus tetap memastikan bahwa Bumi dan Denjaka yang saling membutuhkan tidak sampai terpecah belah sampai kapanpun.Meski sudah menyatukan Bumi dan Denjaka kembali, Ali tahu tugasnya kali ini belum selesai. Sebab, dalam penglihatan Ali yang lain, asap hitam itu masih beterbangan di atas kepala Denjaka, enggan meninggalkan mangsa incarannya meski sudah dicoba lenyapkan oleh Ali.“Makanan sudah siap!” Cantika berteriak kencang dari depan teras, memanggil semua orang untuk datang.Mendengar teriakan Cantika, Bumi dan Denjaka buru-buru bangkit, berebutan untuk sampai lebih dulu, tak lagi ingat jika Pak Lek mereka masih tertinggal di sana. Sementara itu, dengan kepergian Denjaka yang begitu cepat, analisis yang sedang Ali lakukan secara diam-diam kini menjadi gag
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-15
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status