Bab 49Ingin menemani sang suami yang belum sadarkan diri sepenuhnya, Wintang duduk di tepi ranjang, tepat di samping Denjaka yang hanya bisa terbaring menatap kosong langit-langit kamar tanpa bisa menggerakan anggota tubuhnya. Bak mayat hidup, Denjaka hanya bisa bergerak, sekedar memiringkan badan atau merubah posisi tidurnya jika ada seseorang yang membantu. Selebihnya, Denjaka diam membisu, kaku seperti patung.Dibilang pingsan, kedua matanya terbuka. Namun, tanpa memiliki kesadaran.“Cepat sembuh, Mas. Kasihan anak-anak sudah rindu ingin bertemu denganmu,” ucap Wintang, mengusap lembut wajah suami tercintanya.Dalam diam tak berjawab, Denjaka hanya bisa mengedipkan kelopak matanya, atau meneguk saliva saja. Entah bisa mendengar atau tidak, Wintang tetap nekad mengajak suaminya bicara, mengobrol seorang diri, dan menceritakan hal-hal indah yang telah mereka lewati bersama. Dengan cara ini, Wintang yakin, suaminya akan segera sembuh. Apa lagi, d
Terakhir Diperbarui : 2025-01-29 Baca selengkapnya