Semua Bab Istri Yang Menanti Sentuhanmu : Bab 121 - Bab 130

149 Bab

Pertanyaan Aneh

"Dari luar." Jawabku singkat. Kejadian tadi masih menari di kepalaku, rasa sakit akan tuduhannya masih kurasa. "Maafkan aku." Dia memelukku. Mataku membulat, tubuhku juga mematung. Tanpa terasa air mataku mengalir membasahi pipiku. "Kamu jahat Mas!" Aku kemudian memukul bidang datarnya. "Iya aku memang jahat, pukulah sampai kamu puas." Mas Raka mengeratkan pelukannya sementara aku menangis histeris dalam dekapannya. Setelah cukup tenang aku melepas pelukannya. "Kamu sudah memaafkan aku kan?" Mas Raka menatapku. "Tapi janji kamu nggak akan begini lagi." Sahutku. "Iya sayang." Hal ini bukan sepenuhnya salam Mas Raka, aku juga turut andil kesalahpahamannya. "Maafkan aku juga Mas." Ujarku dengan tersenyum menatapnya. Akhirnya salah paham yang membuat sakit hati selesai juga. Kami berpelukan kembali, lalu hal selanjutnya yang terjadi adalah percintaan panas. Dalam sebuah rumah tangga hubungan ranjang adalah adegan akhir ketika pasangan suami istri bertengkar. Kami berdua se
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-19
Baca selengkapnya

Pemikiran Yang Luar Biasa

Pertanyaan mas Raka membuat aku geli sendiri, bagaimana bisa dia meminta aku untuk memilih antara dia dan oppa Korea? sungguh ada-ada saja bukan? Gelengan kecil aku tunjukkan, "Mas pertanyaan kamu lucu sekali." Kini aku tertawa. "Lucu kenapa? Aku perhatikan kamu sangat menyukai oppa favoritmu itu!" sahutnya dengan cemberut.Suamiku kalau cemburu terlihat sangat tampan, ingin rasanya aku memeluknya.Kemudian kugenggam tangannya dan berbisik jika dirinya lah yang aku pilih. "Mas, mas aku ini hidup di dunia nyata bukan hidup di dunia halu. Kamu adalah suamiku jelas kamulah yang aku pilih." Kataku kemudian menatapnya lekat. "Lagi pula aku hanya ngefans, aku hanya menyukai aktingnya, lagipula dia sangat jauh mana mungkin kita bersatu." Aku kembali menggodanya di akhir kalimatku. Dia semakin cemberut dan hal itu membuat aku bahagia. Cemburu tanda cinta, jika sama idolaku saja dia cemburu itu artinya cintanya untukku begitu besar. "Maaf Mas, udah ah ayo kita cari makan, udah lapar aku
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-20
Baca selengkapnya

Kedatangan Sepupu Raka

Nafasku naik turun, kali ini stamina Mas Raka luar biasa. Durasi waktu yang diperlukan untuk mencapai puncak juga lebih lama. "Mas kamu tadi makan ada sehingga kuat sekali." Ujarku sambil merapikan baju. "Kan tadi kamu yang masak sayang kenapa tanya?" Pria itu masih tersenyum licik. "Nggak seperti biasanya, hari kuat sekali." Jawabku. Waktu cepat berlalu hingga tak terasa hari sudah sore. Aku dan Mas Raka yang lelah memutuskan langsung pulang tanpa mampir kemana-mana. Setibanya di rumah aku melihat beberapa mobil terparkir di halaman. "Mobil siapa Mas?" Kutatap Mas Raka yang juga menatap deretan mobil di depannya. "Entah sayang." Ujarnya. Aku dan Mas Raka memutuskan turun, saat kami masuk suara Mama Mas Raka mencuat. "Raka, Amel." Beliau memanggil kami. Kemudian kami turut bergabung, Mama Mas Raka mengenalkan tamunya padaku, ternyata itu adalah kerabat mereka. "Amel ini Om dan Tante, sedangkan ini sepupu Raka." Aku menyalami satu-satu diantara mereka. Ada dua wanita muda,
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-21
Baca selengkapnya

Sudah Kuduga

Kutatap Rania dengan tatapan kesal, "Memangnya Mas Raka sebuah benda sehingga bisa dipinjam?" Ujarku. Kini tatapanku mengarah ke Mas Raka. "Kamu memangnya mau Mas? bukannya sekarang kamu harus kerja?"Mas Raka tersenyum menatapku. "Iya ini mau berangkat kerja, kamu ikut ya sayang?" Tadi sempat aku was-was akan jawaban Mas Raka tapi kini aku sangat puas. Wajah Rania nampak tak biasa, mungkin dulu mereka dekat tapi keadaannya kini berbeda. "Maaf Rania tapi Mas Raka harus kerja, gimana dong?" Cicitku. Rania mengangguk lalu kulihat senyuman yang agak dipaksakan. Di dalam mobil kami sekarang, permintaan Rania tadi membuat pikiranku ramai kembali, dulu aku pernah dicurangi dan kini aku tak ingin hal ini terulang lagi. "Kamu kenapa sayang?" Suara Mas Raka mencuat membuat aku terkejut. "Memikirkan kamu Mas!" Sahutku kemudian menatapnya. "Aku kenapa?" Dia bertanya heran. "Dulu kamu mencurangi aku mas sehingga aku membencimu namun karena pengorbananmu, aku mau memaafkan. Saat ini aku
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-21
Baca selengkapnya

Program Hamil

"Mau banget Mas daripada di rumah aku tidak ngapa-ngapain." Sahutku dengan tersenyum. Mama tersenyum, beliau juga setuju jika Rania diantar olehku karena Mas Raka harus bekerja. Aku pernah kecolongan sekali dan kini aku tidak ingin suamiku didekati wanita manapun termasuk sepupunya sendiri. Karena lelah aku dan Mas Raka memutuskan untuk istirahat lebih dahulu meninggalkan Mama dan juga Rania. Di dalam kamar aku berterima kasih pada Mas Raka yang menghargai perasaanku dengan menolak keinginan Rania. "Hanya ucapan terimakasih saja?" Dia melirikku. "Memangnya kamu mau apa Mas?" Tanyaku. Kulihat pria itu tersenyum licik, melihat senyumannya kutahu Mas Raka menginginkan hal itu. "Mas tidak bisakah libur sehari saja." Aku memelas menatapnya. Tangan Mas Raka mencubit hidungku, "Iya Sayang." Malam ini aku bisa tidur dengan nyenyak tanpa ritual kenikmatan terlebih dahulu. Pagi itu setelah memasak dan melayani Mas Raka aku bersiap untuk menemani Rania ke kampus rencananya M
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-22
Baca selengkapnya

Tujuan Kami Memang Itu

"Jangan mendahului kehendak Tuhan, kita manusia terus diminta berusaha bukan bersedih." Ucapan Mas Raka membuat aku sadar memang benar tak seharusnya aku bersedih dengan apa yang sudah digariskan. Anak adalah pemberian, jika sudah waktunya pasti akan hadir. Hari ini tiba-tiba Mas Raka mengajak aku jalan-jalan, di meja makan dia mengungkapkan keinginannya itu di depan Mama dan Papa. "Iya Raka, kalian kan dalam masa program hamil jadi harus sering jalan-jalan supaya Amel tidak stres." Ujar Mama. Setelah Mama berbicara Rania menyeletuk, dia juga ingin ikut jalan-jalan. "Nggak Papa kan Mas Raka." Dia menatap Mas Raka dengan tatapan memohon. Sungguh kesabaranku kini hanya setipis tisu, apa dia tidak bisa membedakan jalan-jalan pada umumnya atau jalan-jalan yang memang diatur untukku. "Rania, Mas Raka dan Mbak Amel tuh jalan-jalan sebagai pasangan suami istri bagaimana mungkin kamu ingin ikut?" Mama agaknya heran dengan Rania. "Rania tahu Tante lagipula Rania tidak akan mengganggu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-22
Baca selengkapnya

Bagilah Mas Raka Denganku

"Memangnya kenapa kalau hanya masak ini, lagipula di kulkas cuma ada mie ini." Rania nampak kesal. Tak ingin ada debat, aku mengelus punggung Mas Raka, "Mie instan juga enak kok Mas." Kami bertiga makan mie instan bersama, setelahnya Mas Raka meminta Rania untuk mencuci peralatan makan dan masak. "Mas aku udah masak, sekarang gantian Mbak Amel yang mencuci piringnya." Rania menolak. "Apa kamu lupa Rania?" Rania menghela nafas, dengan cemberut dia mencuci semua yang ada di wastafel. Sebenarnya aku kasian sama Rania tapi dia memang harus diberi pelajaran agar tidak asal mengekor Mas Raka. Kakak sepupunya bukan pria single seperti dulu, jadi tidak mungkin terus mengikuti kemauannya.Setelah makan, aku dah mas Raka keluar. Pemandangan sekitar villa sangat bagus jadi kami memutuskan untuk jalan-jalan sejenak. "Mas itu gunung apa ya?" "Entah sayang aku belum bertanya." Jawabnya dengan terkekeh. Di sebuah batu kami berhenti sambil melihat hamparan pepohonan. Aku mendekap ta
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-23
Baca selengkapnya

Rencana Mas Raka

Rania hanya diam, sementara Mas Raka seperti orang yang kepanasan. Melihat suamiku aku tak tega, mataku pun mengeluarkan airnya. Plak... Tamparanku melayang ke pipi Rania, gadis ini benar-benar diluar batas. "Apa rencanamu! jangan-jangan teh ku juga kamu beri obat!" Tatapan tajamku melesat ke arahnya. Dia hanya diam, entah apa yang dia pikirkan saat ini takut, merasa bersalah atau kesal karena rencananya gagal, aku tak tahu. "Mas Raka hanya hidup dengan satu ginjal saja, kalau sampai kenapa-kenapa akan aku tuntut kamu!" Jari telunjukku menunjuk ke arahnya. Aku mencoba membawa Mas Raka ke kamar namun Mas Raka langsung menerjang ku di tempat, dengan brutal dia menciumiku di depan Rania. Tak hanya menciumku dia juga hampir membuka baju yang aku pakai. "Mas kita ke kamar." Segera aku mengajak Mas Raka ke kamar. Tak habis pikir dengan Rania, rencananya kali ini benar-benar sudah keterlaluan, dia sungguh gila memberikan obat perangsang pada kakak sepupunya sendiri
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-24
Baca selengkapnya

Terlalu Memanjakan

Setelah keadaan Mas Raka benar-benar membaik kami memutuskan untuk pulang. Di rumah Mama menyambut kami. "Rania mana?" tanya Mas Raka. "Dia pulang, katanya rindu sama keluarga." Jawab Mama. Diriku dan Mas Raka saling pandang, kutahu Rania sengaja kabur. "Mama bilang Om dan Tante agar menyuruh Rania kemari Ma." Pinta Mas Raka geram. Melihat ekspresi Mas Raka Mama nampak mengerutkan alis. "Ada apa Raka?" Kami mengajak Mama duduk untuk membahas Rania, agar kelak dia tidak bikin ulah lagi. "Jadi gini Ma, Rania hampir saja mencelakan Mas Raka." Kataku memulai obrolan tegang ini. "Bagaimana bisa dia mencelakai Raka Amel?" Mama terlihat syok mendengar kalimatku. Aku menjelaskan lagi semua yang Rania perbuat, termasuk memberi obat perangsang ke minuman Mas Raka. "Kemarin Mas Raka juga dirawat di rumah sakit Ma," Sambungku. Mama sangat sedih, beliau tak menduga jika keponakan yang amat beliau sayangi hampir saja mencelakai anaknya. "Mama tak menyangka gadis di bawah 20 tahun punya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-24
Baca selengkapnya

Jangan-Jangan.....

Keluarga Rania bersiap pergi, hubungan keluarga yang semula baik kini jadi kurang baik gara-gara sikap gadis yang tak tahu malu itu. Usia 19 tahun bukanlah anak kecil lagi, tapi Mamanya masih saja memperlakukan Rania layaknya anak kecil yang mana semua orang harus memaklumi kesalahan yang diperbuat anaknya. Orang tua yang seharusnya bijak dalam bersikap justru membela anak yang jelas-jelas salah. "Kami pamit mbak maaf merepotkan." Mama Rania berbicara sedikit ketus pada Mama. Merasa tak dihormati Mama pun menjawab ucapan Mama Rania dengan pedas. "Sebenarnya maaf saja nggak cukup tapi ya sudahlah! mengingat kamu kerabat jauh." "Seharusnya kita nggak perlu seperti ini mbak, lagipula Rania hanya anak kecil yang tidak tahu apa-apa." Tatapan Mama Rania menatap ke arah Mas Raka. "Tidak tau apa-apa tapi sudah menggunakan obat perangsang untuk meniduri kakak sepupunya." Mama Rania memberengut, sementara itu Rania malah diam tak berkata apa-apa.Tau salah tapi tak mau minta maaf, sunggu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-25
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
101112131415
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status