Semua Bab Istri Yang Menanti Sentuhanmu : Bab 111 - Bab 120

149 Bab

Membujuk Dengan Lembut

Esok harinya setelah Mas Raka berangkat ke kantor, aku pergi menemui Renata di rumahnya. Mengetahui kedatanganku Renata sangat terkejut. "Amel! bagaimana kamu tahu rumahku?" Dia menatapku tajam. "Tidak penting aku tahu darimana." Ujarku yang juga menatapnya. Dia duduk di sofanya yang lain, "Apa maumu?" Masih dengan tatapan yang sama. "Aku ingin bicara Renata." Sahutku. "Bicara apa?" Tanyanya dengan dingin. Aku menghela nafas, kalau bukan demi Mas Raka aku tidak mungkin mau menemuinya, soal penculikan waktu itu saja masih ku ingat bahkan masih jadi ketakutanku "Mari kita akhiri dendam ini." Kutatap dia dengan lekat. "Enak saja, aku menderita setelah Raka menceraikan aku dan kini kamu ingin aku mengakhiri ini?" Dia mendengus kesal. Dia pikir hanya dia saja yang menderita, aku jauh lebih parah. Ingin sekali aku pergi tapi aku harus berhasil membujuknya atau kakaknya akan menghancurkan bisnis keluargaku. "Kita sudah mendapatkan karma kita masing-masing Renata, kamu m
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-14
Baca selengkapnya

Kuda Nil Memanggil

Seperti kemarin aku datang lagi ke rumah Renata, saat menemuiku Renata sudah menunjukkan ekspresi tak suka. "Mau apa lagi kamu kemari?" Tanyanya sinis. "Apa sudah kamu pikirkan ucapanku kemarin?" Tanpa menjawab aku justru melemparkan pertanyaan. Dia tertawa kemudian bilang ke aku jika Daniel memintanya untuk tidak menggubris ucapanku. Tentu aku melongo, apa maunya kuda nil itu! jelas-jelas dia memintaku untuk membujuk Renata tapi mengapa dia malah berkata demikian? "Dia bicara begitu?" tanganku sontak mengepal. "Iya, lagipul kak Daniel akan selalu menyayangiku selamanya, dia akan menuruti semua kemauan ku termasuk membuat kalian menderita!" Renata tertawa bahagia sementara aku kekesalan menggerogoti hatiku. "Yakin? manusia itu gampang berubah sekarang bilang akan selalu menyayangi tapi entah besok." Agaknya ucapanku mengundang perhatiannya, sehingga Renata menatapku tajam. "Aku yakin sama Kak Daniel." Ujarnya. "Dulu kamu juga yakin sama Mas Raka bukan?" Raut wajah Renata be
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-14
Baca selengkapnya

Aku Berhasil

Aku segera mengambil ponselku, lalu meletakkannya kembali."Dari siapa sayang? kenapa namanya kuda nil?" Mas Raka nampak bingung."Temanku," jawabku dengan was-was.Mas Raka tersenyum kemudian merangkulku, "Kamu tuh ya, seorang teman malah dinamai kuda nil." Mas Raka terlihat menggelengkan kepala."Habisnya badannya besar seperti kuda nil," sahutku sambil tertawa juga.Tak ingin Mas Raka tertanya lebih aku segera mengajaknya turun. Setelah makan kami di ajak mengobrol oleh Papa dan Mama."Ada apa Pa?" Tanya Mas Raka dengan tatapan heran. "Papa dengan omset menurun drastis, sana sini banyak rumor buruk, kinerja kamu itu gimana?" Pertanyaan Papa membuat Mas Raka menghela nafas, kutahu dia tidak akan menceritakan yang sesungguhnya kepada sang Papa. "Raka akan kerja keras lagi Pa." Hanya kata semangat itu yang dia ucapkan. Papa meminta Mas Raka untuk menjaga baik-baik hotel itu karena bagaimanapun juga itu hotel beliau rintis sejak muda. "Jangan sampai bangkrut Raka, Papa mohon." Te
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-15
Baca selengkapnya

Telah Menepati Janji

Di perjalanan pulang dari rumah Renata aku menghubungi Daniel, aku mengatakan jika Renata setuju menikah dengannya.Ternyata dia yang dingin itu langsung menelponku. "Kamu pasti berbohong." Kata itu yang aku dengar saat aku menerima panggilannya. "Terserah kamu percaya apa tidak," sahutku kesal.Pria itu kemudian mengajakku untuk bertemu di kantornya dia ingin membahas masalah Renata lebih lanjut lagi. Aku pun menyetujuinya lalu meminta sopir putar balik. Kini aku berada di ruangan Daniel, dia mengambilkan aku minuman dinginnya. "Minumlah!" Titahnya. Aku tahu pria ini sangat senang tapi entah mengapa wajahnya masih saja datar suaranya juga masih dingin sehingga membuat aku kesel sendiri. "Iya."Aku yang haus segera meminum minumannya sampai tandas. Grrrrkkk, aku malah sendawa dengan keras. "Ups maaf Pak Daniel." Kutatap pria itu. "Tak masalah." Ujar Daniel. "Lalu apa rencanamu?" tanyanya kemudian. Sejauh ini aku masih belum memiliki rencana untuk mereka namun karena Daniel s
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-15
Baca selengkapnya

Berubah

"Mas kamu sarapan di hotel apa di rumah?" Tanyaku sambil membantunya memakai dasi. "Maaf sayang sepertinya aku sarapan di hotel, pagi ini aku harus briefing pegawai." Ujarnya. "Ya sudah." Sahutku kemudian mengambil tas jinjingnya. Saat aku mengambil tasnya tiba-tiba tangan suamiku menyusup masuk dan menyabuk di perutku. "Maaf sayang, besok setelah keadaan hotel sudah normal aku akan sarapan di rumah." Bisiknya. Mendengar ucapannya tentu aku tersenyum, aku tidak masalah jika dia sarapan di hotel. "Nggak papa Mas." Aku melepas pelukannya. "Sudah ayo berangkat, nanti keburu telat." Kataku lalu merangkul lengannya. Setelah Mas Raka berangkat, aku mendapatkan pesan dari Daniel, pria itu meminta aku untuk datang ke kantornya. Ku lempar ponselku, entah apa maunya. "Bukankah dia dan Renata akan menikah? untuk apa lagi menghubungiku?" Gerutuku kesal. Meskipun begitu aku tetap mengikuti keinginanya. Singkat cerita aku telah tiba di kantor Daniel, saat aku keluar ternyata ada
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-16
Baca selengkapnya

Ada yang Aneh

Kutatap Mas Raka dengan lekat, kemudian kuambil ponselku kembali. "Apa yang aku sembunyikan Mas? aku tidak menyembunyikan apa-apa." Cicitku pelan-pelan. Kulihat dia menghela nafas, "Maaf Sayang mungkin karena banyak kerjaan jadi aku terlalu membesarkan masalah." Ujarnya lalu dia pergi ke kamar mandi. Segera aku menghapus pesan dari Daniel dan Renata,. aku tidak akan menyisakan kecurigaan sedikit pun. Aku juga menghapus kata sandi ponsel. Ternyata begini rasanya jika memiliki suami yang sudah mulai peduli hal kecil. Setelah Mas Raka keluar dari kamar mandi, aku memeluknya meminta maaf atas masalah tadi. "Sudah aku hapus sandinya Mas, kalau kamu butuh apa-apa dari ponselku bisa langsung kamu ambil." Kupeluk erat suamiku itu. Aku dan dia sudah lama tidak bertengkar jadi sedikit saja masalah yang datang membuat aku takut. "Maafkan aku sayang, hari ini banyak sekali customer yang booking hotel, bahkan sampai menolak tamu." Dia melepas pelukanku. "Iya Mas." Sahutku. #####Malam
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-16
Baca selengkapnya

Ada Apa Denganmu?

Sontan permintaan Mas Raka membuat aku membeku, bagaimana mungkin dia meminta video call saat aku dan Daniel bersama. "Sayang." Mas Raka memanggilku. "Halo Mas, halo signalnya jelek. Nanti aku telpon balik ya." Tut tut tut aku memutuskan sambungan telpon secara sepihak. Entah bagaimana nantinya, yang penting kali ini aku terbebas dari Mas Raka sejenak. "Ayo, waktuku tak lama." Suara dingin Daniel terdengar. Daniel nampak kesal karena panggilan tadi menghambat waktunya. "Maaf Pak Daniel suami saya..." Belum sempat melanjutkan kataku Daniel sudah berjalan meninggalkan aku. "Matikan ponselmu!" Titahnya. Ucapannya benar apa lebih baik aku mematikan ponselku agar Mas Raka tidak bisa menghubugiku dulu. Kini kami masuk ke dalam toko perhiasan, dua pelayan menghampiri kami. "Kami mencari cincin kawin." Kataku sambil menatap dua pelayan itu. "Mari silahkan." Dengan ramah mereka menuntun kami etalase khusus cincin kawin. Beragam cincin indah terpajang, mulai bat
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-17
Baca selengkapnya

Kenapa Kamu Tega

Di kamar kulihat dia sudah berbaring dan terpejam, kembali aku merasakan dejavu. Aku duduk di sisinya kemudian kupanggil dia. "Mas kenapa nggak ganti baju dulu?" Dia membuka matanya kemudian menatapku tajam. " Aku hanya ingin tidur." Ujarnya dingin. Kalimat, sikapnya benar-benar persis dengan Mas Raka yang dulu. Air mataku mengalir, asusmsi buruk hinggap di kepalaku. Apa dia memiliki wanita lagi? "Sudahlah." Aku memberingkan tubuh di sampingnya. Meski tak bisa tidur aku memaksa mataku untuk terpejam hingga akhirnya aku terlelap. Keesokannya saat aku membuka mata, tak kutemui dia. Saat aku turun tak ketemukan mobilnya. Apa masih ada masalah di kantor? Hatiku bergejolak, darahku rasanya mendidih. Kutelpon Daniel. "Apa yang kamu lakukan? bukankah kita sudah sepakat?" Daniel tak banyak berkomentar, dia meminta aku untuk menemuinya di kantor Ingin segera tahu apa yang Daniel perbuat, aku segera datang ke kantornya. Dengan amarah kulangkahkan kaki masuk gedung perka
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-17
Baca selengkapnya

Salah Paham

Apa yang dia katakan? siapa yang berkhianat? Igauan Mas Raka membuat aku berpikir keras. Hingga kulihat air matanya mengalir. "Mas ada apa?" Kuhapus air matanya. Sepanjang malam aku memeluknya, mengabaikan aroma alkohol yang menempel di tubuhnya. Keesokan paginya, aku merasakan sebuah pergerakan, kulihat tangan Mas Raka memegangi kepalanya. "Mas kamu sudah bangun?" Aku segera bangkit. Tanpa berkata apa-apa dia turun dari tempat tidur. "Mas istirahat lah jika masih pusing." Tubuhnya sempoyongan kutahu dia masih pusing. Aku turut turun dari tempat tidur untuk mengejarnya, tapi dia sudah masuk ke dalam kamar mandi. Brak Sebelum aku masuk dia sudah menutup pintu dengan keras, kucoba membuka pintu tapi dia menguncinya. "Mas, ijinkan aku masuk." Ku gedor pintunya namun dia tidak kunjung membukanya. Melihat sikapnya aku sangat sedih, apa salahku? kenapa dia begini? Dan tentang igauannya semalam, apa maksdunya? Aku menunggunya dengan duduk di tepi ranjang, beberapa
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-18
Baca selengkapnya

Hanya Mas Daffa Yang Bisa

"Apa maksudmu!" Dia menatapku tajam. "Sikap kamu Mas!" Sahutku lantang. Dia tak menggubrisku, bahkan netranya kembali layar laptop miliknya. Sungguh sikap Mas Raka membuatku frustasi, aku tahu aku salah tapi aku berusaha menjelaskan sementara dia seolah tak peduli. "Apa maumu Mas! bicaralah! Aku nggak mau kita selalu seperti ini." Aku yang sudah mentok hanya bisa mengucapkan kalimat itu. "Kenapa balik bertanya bukanlah yang berkhianat dirimu!" Dia kembali menatapku tajam. Mendengar ucapannya aku berusaha tenang dengan menghela nafas. "Harus berapa kali aku bilang jika aku dan Daniel tidak memiliki hubungan apa-apa, aku hanya ingin membantumu menyelesaikan permasalahan di hotel ini." Jelasku seraya menatapnya kesal. "Apa hubungannya?" Dia masih tak percaya. Kesabaranku yang sudah setipis tisu tidak mungkin lagi bisa bertahan, lalu dengan suara yang keras aku luapkan semua. "Menurutmu rumor yang tiba-tiba hilang siapa yang menariknya, menurutmu customer yang datang
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-19
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
101112131415
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status