Semua Bab Istri Yang Menanti Sentuhanmu : Bab 131 - Bab 140

149 Bab

Mimpi Buruk

"Mas aku hamil!" Teriakku dengan senang. Mas Raka yang seneng langsung memelukku, dia menjatuhkan berkali-kali kecupan nya di keningku. "Makasih Sayang." Kata Mas Raka. Dokter memberikan resep pada kami, karena tak ada yang serius aku tak boleh pulang. Tapi Mas Raka yang khawatir dengan keadaanku, meminta dokter untuk merawat aku di rumah sakit. Hal ini membuat aku dan Dokter melongo. "Mas kamu apa-apaan, aku sehat kenapa harus dirawat?" Protesku dengan menatapnya. Tak hanya aku dokter pun sama, katanya aku hanya perlu melakukan USG saja tanpa harus dirawat. Namun Mas Raka tak mengindahkan ucapan kami, dia tetap bersikeras agar aku dirawat. "Dia sering mual dan lemas kalau di rumah sakit kan ada obat untuk meredam mual." Ujarnya. Aku dan dokter tak bisa meyakinkannya, akhirnya kami pasrah dan menuruti keinginannya. Kini aku sudah dipindahkan ke ruang perawatan, sore nanti rencananya ada jadwal USG. "Mas kamu tuh buang-buang uang saja, kenapa booking ruang inap
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-26
Baca selengkapnya

Ngidam Aneh

"Besok saja pulangnya, lagipula hari sudah malam." Sahut Mas Raka sambil mengelus kepalaku. Aku menurut meskipun aku sangat ingin pulang malam ini. Keesokan harinya pagi sekali aku sudah bangun, aku membangunkan mas Raka lalu mengajaknya pulang. "Sayang baru jam lima." Dia kembali tidur lagi. "Mas aku ingin pulang sekarang." Tanganku menarik baju Mas Raka. Akhirnya Mas Raka bangkit dan pergi ke kamar mandi. Setelahnya kami keluar dan membayar semua administrasi. Sepanjang jalan Mas Raka terus menguap kutahu dia masih mengantuk. "Mas maaf ya, aku mengajak kamu pulang sepagi ini." Kataku sambil menatapnya. "Nggak papa Sayang." Sahut Mas Raka. Sesampainya di rumah, Mas Raka kembali tidur sedangkan aku membantu Mama memasak di dapur. "Huek." Aku kembali mual. "Amel kamu mual?" Mama panik kemudian mengajak aku keluar dapur. "Iya Ma, bau nasi di. rice cooker membuat Amel sangat mual." Jawabku sambil menutup mulutku. Mama meminta aku untuk kembali ke atas, saat ha
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-27
Baca selengkapnya

Drama Keringat

Sesampainya di kamar aku mengajak mas Raka rebahan di tempat tidur, aku tidak sabar untuk mengendus bau tubuhnya."Mas bau tubuh kamu segar sekali sih." Kataku yang terus menciumi bau tubuhnya."Sayang bau tubuhku tuh nggak enak banget loh dari tadi aku keringetan." Sahut Mas."Itu yang aku suka Mas semakin bau semakin segar."Entah apa yang Mas Raka pikirkan namun yang jelas aku sangat menyukai bau tubuhnya."Anak ini aneh sekali." Dia bergumam.Terus menciumi bau tubuh Mas Raka, aku pun telah dan mengantuk."Mas aku ngantuk, nggak papa kan jika aku tidur sebentar?" Kutatap suamiku itu.Mas Raka tersenyum menatapku kemudian dia mengangguk. "Tidurlah sayang."Kupejamkan mataku dan sebentar saja aku sudah berada di alam mimpi.Entah berapa lama aku tidur bangun-bangun aku sudah tidak melihat Mas Raka di sampingku.Aku bergegas bangun lalu keluar kamar tapi tak kutemukan suamiku.Tak menemukannya aku memutuskan kembali ke kamar dan saat aku membuka pintu kulihat Mas Raka sudah mandi."M
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-28
Baca selengkapnya

Menjenguk

"Mas aku kok pengen mangga ya." Bangun tidur entah mengapa bayangan mangga menari di kepalaku. Mas Raka mencubit hidungku, "Nanti setelah pulang kerja aku belikan di supermarket ya." Ujar Mas Raka sambil tersenyum. "Gak mau, aku pengennya mangga yang nggak mentah dan juga nggak matang, kalau di supermarket mangganya matang semua Mas." Kutatap Mas Raka dengan bibir maju. Mas Raka juga menatapku, raut wajahnya nampak berpikir. "Sayang cari dimana?" Aku menggeleng, aku tahu keinginanku agak keterlaluan, tapi gimana lagi ngidam seperti ini bukan inginku. Aku bukan istri yang mengada-ngada minta inu dan itu mengatasnamakan ngidam. Di bawah Mas Raka mencari info lewat pelayan, barangkali ada yang memiliki pohon mangga di rumah. Salah satu dari mereka ada yang memiliki pohon mangga tapi kampung mereka jauh diluar kota. Dari belakang suara Mama terdengar, "Apa yang kamu cari Raka?" Tanya Mama. Tanganku menyenggol tangan Mas Raka, aku mengkode Mas Raka agar diam. "Gak papa."
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-29
Baca selengkapnya

Jatuh Cinta Lagi dan Lagi

"Kamu siapa?" Mama Mas Daffa terlihat menatap Mas Raka dengan tatapan menyelidik terlihat pula tatapan sinis. "Saya suami Amel." Dengan tegas Mas Raka berucap. Raut wajah Mama Mas Daffa seketika berubah, "Syukurlah kalau kamu sudah punya suami Amel jadi tidak mengganggu Daffa." Wanita paruh baya itu berbicara sinis. Aku hanya tersenyum melihat ekspresinya, mungkin dia pikir aku akan mengganggu anaknya. Dari bangsal, Mas Daffa terdengar merintih. Dia nampak memegangi kepalanya. Melihatnya aku pun panik. "Mas kamu kenapa?" kulepas genggaman tangan Mas Raka. "Kepalaku pusing Amel." Ujarnya lirih. Mas Raka memencet bel sementara mamanya terus diam dengan ekspresi panik. Beberapa saat kemudian Dokter datang dan langsung memeriksa keadaan Mas Daffa. "Saya akan menyuntikkan obat pereda nyeri, benturan di kepala pasien yang menyebabkan rasa pusing." Seusia menyuntikkan obatnya, Dokter pamit kembali. Sebelum keluar beliau berpesan kalau keadaan Mas Daffa mas
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-02
Baca selengkapnya

Acara 4 Bulanan

Aaaa Aku yang takut sontak memeluk Mas Raka sementara Mas Raka tertawa. "Jangan takut ada aku." Bisiknya. "TV nya kenapa mati Mas?" Aku sedikit heran. Apakah ada pemadaman listrik? atau ada hal lain yang menyebabkan listri mati? Mas Raka melepas pelukanku lalu dia mengambil senter untuk memeriksa keadaan. Dengan bantuan senter ponsel Mas Raka membuka pintu balkon dan memang diluar semua nampak gelap, itu artinya memang ada pemadaman listrik. "Sayang memang mati lampu." Kata Mas Raka. "Ada lilin nggak Mas?" tanyaku sambil mengipas tubuhku karena sedikit gerah. "Ngapain pakai Lilin habis ini pasti nyala lampunya." Sahut Mas Raka. Ternyata benar beberapa saat kemudian lampu memang menyala tapi dari arah balkon keadaan diluar masih gelap. "Mas kenapa ada yang masih gelap dan ada yang sudah menyala?" Sambil mengerutkan alis. Sungguh aku bingung sendiri, apa memang seperti ini kompleks perumahan orang elit? Ketika mati lampu ada yang nyala dan ada yang tidak?
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-03
Baca selengkapnya

Boleh Menganggap Aku Mertua

"Daniel adalah kakak angkat Renata Ma, ceritanya dulu Daniel mencintai Renata sehingga dia diusir." Aku dan Mama malah menghibah di dapur membicarakan Renata dan Daniel. "Ada ya yang seperti itu." Mama nampak heran dengan apa yang aku katakan. Di dunia ini banyak yang terjadi, termasuk hal diluar nalar seperti ini tapi selama masih dalam syariat tentu tidak dipermasalahkan. "Kalau seperti ini Mama gak boleh benci sama dia atau Papa akan marah." Bisik Mama sambil menatapku. Kutahu Mama sedang meminta ijin padaku, mungkin mama masih beranggapan aku masih menyimpan dendam pada Renata. "Asal mama tahu aku yang menjadi mak jomblang mereka, aku juga yang memilih cincin pernikahan mereka." Bisikku. Ekspresi Mama seketika berubah, beliau meletakkan kembali yang dibawanya. "Apa! bagaimana bisa Amel?" "Ceritanya panjang Ma, kalau Amel ceritakan sekarang bisa-bisa nanti malam baru kelar." Suara tawaku mengundang tawa mama. Sungguh aku dah Mama mas Raka tidak seperti menantu dan m
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-04
Baca selengkapnya

Rencana Keluar Negeri

Semenjak acara empat bulanan, Renata sering datang ke rumah apalagi setelah Mas Raka yang menghandle urusan proyek Papa dengan Daniel. "Sayang Daniel akan menitipkan Renata kesini lagi." Kata Mas Raka sambil merapikan jasnya. "Iya Mas gak papa, jadi aku gak kesepian." Sahutku dengan tersenyum. Mas Raka menatapku dengan senyuman yang sulit kuartikan. "Maaf Sayang jika kehadiran Renata mungkin membuat kamu tidak nyaman." Katanya sendu. Jujur mendengar kata-katanya membuat aku tertawa, kehadiran Renata benar-benar membuat aku tidak kesepian lagipula wanita itu bukanlah Renata maduku dulu. "Mas kamu ngomong apa sih, aku tuh senang ada Renata disini." Ucapku dengan mencubit pipinya. "Takutnya kamu teringat kembali dengan masa lalu itu sayang." Entah mengapa aku semakin tertawa, mas Raka sungguh menggemaskan. Bagiku masa lalu biarlah menjadi masa lalu karena bagaimanapun juga yang terpenting saat ini adalah masa depan. Setiap orang pernah berbuat salah tapi ketika
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-07
Baca selengkapnya

Menyusul

Keesokannya Renata kembali datang ke rumah untuk membahas kepergian kita keluar negeri. "Bisa-bisanya kak Daniel melarang kita ikut!" Renata terlihat kesal. "Kalau nggak boleh ya sudah lah Renata kita di rumah saja." Kataku sambil tersenyum menenangkannya. "Gak bisa Amel, takutnya mereka disana main wanita." Ujar Renata. Mendengar ucapan Renata aku sontak tertawa, ternyata dia cukup posesif terhadap suaminya. "Mana mungkin ada wanita Renata." Ku coba untuk meredam rasa posesifnya. Renata menatapku dengan ekspresi heran, "Kamu nggak tau sih Amel, perjamuan bisnis diluar negeri tuh suguhannya wanita seksi, kalau suami kita khilaf gimana?" Jujur aku nggak kepikiran kesana, tapi setelah mendengar ucapan Renata entah mengapa aku sedikit was-was. "Lalu gimana?" tanyaku. "Kita susul mereka." Bibir Renata merekah, dia terlihat bangga dengan idenya barusan. "Baiklah kalau begitu, mari kita susul mereka nanti." Aku pun ikut tertawa. ####Hari ini adalah hari dimana Mas Raka
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-08
Baca selengkapnya

Memergoki Mas Raka dan Daniel

"Kamu tuh bisa aja." Mas Raka mencubit hidungku. Padahal baru pagi tadi berpisah, tapi rasanya seperti lama sekali. Kamar hotel jadi saksi bisu kerinduan kami, aku dan Mas Raka membayar rindu yang sudah kami tahan. Setelah melepas rindu kami bergegas membersihkan diri. Mas Raka yang masih ada kerjaan bersiap kembali untuk menemui Daniel. "Nggak usah buru-buru Mas, Daniel dan Renata pasti juga bergulat." Kataku sambil meletakkan berkas yang dia bawa. Terlihat Mas Raka mengerutkan alis, "Kamu kesini bersama Renata?" tanyanya. "Siapa lagi yang mengajakku jika bukan Renata." Jawabku dengan terkekeh. Mas Raka menggelengkan kepala, "Kalian ini." Ujarnya. Karena Daniel mungkin juga lagi sibuk kami memutuskan untuk mengobrol santai sambil bersua hingga ponsel mas Raka berdering. "Baik, aku akan segera keluar." Kata Mas Raka dalam sambungan telponnya. Usai memutuskan sambungan telponnya, Mas Raka bangkit dan mulai bersiap. "Sayang aku harus berangkat lagi."
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-09
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
101112131415
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status