Share

Terlalu Memanjakan

Author: CitraAurora
last update Last Updated: 2025-03-24 23:45:20

Setelah keadaan Mas Raka benar-benar membaik kami memutuskan untuk pulang. Di rumah Mama menyambut kami.

"Rania mana?" tanya Mas Raka.

"Dia pulang, katanya rindu sama keluarga." Jawab Mama.

Diriku dan Mas Raka saling pandang, kutahu Rania sengaja kabur.

"Mama bilang Om dan Tante agar menyuruh Rania kemari Ma." Pinta Mas Raka geram.

Melihat ekspresi Mas Raka Mama nampak mengerutkan alis.

"Ada apa Raka?"

Kami mengajak Mama duduk untuk membahas Rania, agar kelak dia tidak bikin ulah lagi.

"Jadi gini Ma, Rania hampir saja mencelakan Mas Raka." Kataku memulai obrolan tegang ini.

"Bagaimana bisa dia mencelakai Raka Amel?" Mama terlihat syok mendengar kalimatku.

Aku menjelaskan lagi semua yang Rania perbuat, termasuk memberi obat perangsang ke minuman Mas Raka.

"Kemarin Mas Raka juga dirawat di rumah sakit Ma," Sambungku.

Mama sangat sedih, beliau tak menduga jika keponakan yang amat beliau sayangi hampir saja mencelakai anaknya.

"Mama tak menyangka gadis di bawah 20 tahun punya
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
lullaby dreamy
yaah Rania dilepas gtu aja ?! ga ada efek jera ke dia ?! enk bgt hidupnya . pdhl setuju bgt sm Raka kalo Rania hrsnya di penjarain aja . mana mamanya Rania masi aja ngbelain anknya yg jelas² salah . klo dilepas gtu aja, bsa aja ke dpnnya celakain Raka ato raka² lainnya diluaran sana .
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Jangan-Jangan.....

    Keluarga Rania bersiap pergi, hubungan keluarga yang semula baik kini jadi kurang baik gara-gara sikap gadis yang tak tahu malu itu. Usia 19 tahun bukanlah anak kecil lagi, tapi Mamanya masih saja memperlakukan Rania layaknya anak kecil yang mana semua orang harus memaklumi kesalahan yang diperbuat anaknya. Orang tua yang seharusnya bijak dalam bersikap justru membela anak yang jelas-jelas salah. "Kami pamit mbak maaf merepotkan." Mama Rania berbicara sedikit ketus pada Mama. Merasa tak dihormati Mama pun menjawab ucapan Mama Rania dengan pedas. "Sebenarnya maaf saja nggak cukup tapi ya sudahlah! mengingat kamu kerabat jauh." "Seharusnya kita nggak perlu seperti ini mbak, lagipula Rania hanya anak kecil yang tidak tahu apa-apa." Tatapan Mama Rania menatap ke arah Mas Raka. "Tidak tau apa-apa tapi sudah menggunakan obat perangsang untuk meniduri kakak sepupunya." Mama Rania memberengut, sementara itu Rania malah diam tak berkata apa-apa.Tau salah tapi tak mau minta maaf, sunggu

    Last Updated : 2025-03-25
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Mimpi Buruk

    "Mas aku hamil!" Teriakku dengan senang. Mas Raka yang seneng langsung memelukku, dia menjatuhkan berkali-kali kecupan nya di keningku. "Makasih Sayang." Kata Mas Raka. Dokter memberikan resep pada kami, karena tak ada yang serius aku tak boleh pulang. Tapi Mas Raka yang khawatir dengan keadaanku, meminta dokter untuk merawat aku di rumah sakit. Hal ini membuat aku dan Dokter melongo. "Mas kamu apa-apaan, aku sehat kenapa harus dirawat?" Protesku dengan menatapnya. Tak hanya aku dokter pun sama, katanya aku hanya perlu melakukan USG saja tanpa harus dirawat. Namun Mas Raka tak mengindahkan ucapan kami, dia tetap bersikeras agar aku dirawat. "Dia sering mual dan lemas kalau di rumah sakit kan ada obat untuk meredam mual." Ujarnya. Aku dan dokter tak bisa meyakinkannya, akhirnya kami pasrah dan menuruti keinginannya. Kini aku sudah dipindahkan ke ruang perawatan, sore nanti rencananya ada jadwal USG. "Mas kamu tuh buang-buang uang saja, kenapa booking ruang inap

    Last Updated : 2025-03-26
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Ngidam Aneh

    "Besok saja pulangnya, lagipula hari sudah malam." Sahut Mas Raka sambil mengelus kepalaku. Aku menurut meskipun aku sangat ingin pulang malam ini. Keesokan harinya pagi sekali aku sudah bangun, aku membangunkan mas Raka lalu mengajaknya pulang. "Sayang baru jam lima." Dia kembali tidur lagi. "Mas aku ingin pulang sekarang." Tanganku menarik baju Mas Raka. Akhirnya Mas Raka bangkit dan pergi ke kamar mandi. Setelahnya kami keluar dan membayar semua administrasi. Sepanjang jalan Mas Raka terus menguap kutahu dia masih mengantuk. "Mas maaf ya, aku mengajak kamu pulang sepagi ini." Kataku sambil menatapnya. "Nggak papa Sayang." Sahut Mas Raka. Sesampainya di rumah, Mas Raka kembali tidur sedangkan aku membantu Mama memasak di dapur. "Huek." Aku kembali mual. "Amel kamu mual?" Mama panik kemudian mengajak aku keluar dapur. "Iya Ma, bau nasi di. rice cooker membuat Amel sangat mual." Jawabku sambil menutup mulutku. Mama meminta aku untuk kembali ke atas, saat ha

    Last Updated : 2025-03-27
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Drama Keringat

    Sesampainya di kamar aku mengajak mas Raka rebahan di tempat tidur, aku tidak sabar untuk mengendus bau tubuhnya."Mas bau tubuh kamu segar sekali sih." Kataku yang terus menciumi bau tubuhnya."Sayang bau tubuhku tuh nggak enak banget loh dari tadi aku keringetan." Sahut Mas."Itu yang aku suka Mas semakin bau semakin segar."Entah apa yang Mas Raka pikirkan namun yang jelas aku sangat menyukai bau tubuhnya."Anak ini aneh sekali." Dia bergumam.Terus menciumi bau tubuh Mas Raka, aku pun telah dan mengantuk."Mas aku ngantuk, nggak papa kan jika aku tidur sebentar?" Kutatap suamiku itu.Mas Raka tersenyum menatapku kemudian dia mengangguk. "Tidurlah sayang."Kupejamkan mataku dan sebentar saja aku sudah berada di alam mimpi.Entah berapa lama aku tidur bangun-bangun aku sudah tidak melihat Mas Raka di sampingku.Aku bergegas bangun lalu keluar kamar tapi tak kutemukan suamiku.Tak menemukannya aku memutuskan kembali ke kamar dan saat aku membuka pintu kulihat Mas Raka sudah mandi."M

    Last Updated : 2025-03-28
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Menjenguk

    "Mas aku kok pengen mangga ya." Bangun tidur entah mengapa bayangan mangga menari di kepalaku. Mas Raka mencubit hidungku, "Nanti setelah pulang kerja aku belikan di supermarket ya." Ujar Mas Raka sambil tersenyum. "Gak mau, aku pengennya mangga yang nggak mentah dan juga nggak matang, kalau di supermarket mangganya matang semua Mas." Kutatap Mas Raka dengan bibir maju. Mas Raka juga menatapku, raut wajahnya nampak berpikir. "Sayang cari dimana?" Aku menggeleng, aku tahu keinginanku agak keterlaluan, tapi gimana lagi ngidam seperti ini bukan inginku. Aku bukan istri yang mengada-ngada minta inu dan itu mengatasnamakan ngidam. Di bawah Mas Raka mencari info lewat pelayan, barangkali ada yang memiliki pohon mangga di rumah. Salah satu dari mereka ada yang memiliki pohon mangga tapi kampung mereka jauh diluar kota. Dari belakang suara Mama terdengar, "Apa yang kamu cari Raka?" Tanya Mama. Tanganku menyenggol tangan Mas Raka, aku mengkode Mas Raka agar diam. "Gak papa."

    Last Updated : 2025-03-29
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Jatuh Cinta Lagi dan Lagi

    "Kamu siapa?" Mama Mas Daffa terlihat menatap Mas Raka dengan tatapan menyelidik terlihat pula tatapan sinis. "Saya suami Amel." Dengan tegas Mas Raka berucap. Raut wajah Mama Mas Daffa seketika berubah, "Syukurlah kalau kamu sudah punya suami Amel jadi tidak mengganggu Daffa." Wanita paruh baya itu berbicara sinis. Aku hanya tersenyum melihat ekspresinya, mungkin dia pikir aku akan mengganggu anaknya. Dari bangsal, Mas Daffa terdengar merintih. Dia nampak memegangi kepalanya. Melihatnya aku pun panik. "Mas kamu kenapa?" kulepas genggaman tangan Mas Raka. "Kepalaku pusing Amel." Ujarnya lirih. Mas Raka memencet bel sementara mamanya terus diam dengan ekspresi panik. Beberapa saat kemudian Dokter datang dan langsung memeriksa keadaan Mas Daffa. "Saya akan menyuntikkan obat pereda nyeri, benturan di kepala pasien yang menyebabkan rasa pusing." Seusia menyuntikkan obatnya, Dokter pamit kembali. Sebelum keluar beliau berpesan kalau keadaan Mas Daffa mas

    Last Updated : 2025-04-02
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Acara 4 Bulanan

    Aaaa Aku yang takut sontak memeluk Mas Raka sementara Mas Raka tertawa. "Jangan takut ada aku." Bisiknya. "TV nya kenapa mati Mas?" Aku sedikit heran. Apakah ada pemadaman listrik? atau ada hal lain yang menyebabkan listri mati? Mas Raka melepas pelukanku lalu dia mengambil senter untuk memeriksa keadaan. Dengan bantuan senter ponsel Mas Raka membuka pintu balkon dan memang diluar semua nampak gelap, itu artinya memang ada pemadaman listrik. "Sayang memang mati lampu." Kata Mas Raka. "Ada lilin nggak Mas?" tanyaku sambil mengipas tubuhku karena sedikit gerah. "Ngapain pakai Lilin habis ini pasti nyala lampunya." Sahut Mas Raka. Ternyata benar beberapa saat kemudian lampu memang menyala tapi dari arah balkon keadaan diluar masih gelap. "Mas kenapa ada yang masih gelap dan ada yang sudah menyala?" Sambil mengerutkan alis. Sungguh aku bingung sendiri, apa memang seperti ini kompleks perumahan orang elit? Ketika mati lampu ada yang nyala dan ada yang tidak?

    Last Updated : 2025-04-03
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Boleh Menganggap Aku Mertua

    "Daniel adalah kakak angkat Renata Ma, ceritanya dulu Daniel mencintai Renata sehingga dia diusir." Aku dan Mama malah menghibah di dapur membicarakan Renata dan Daniel. "Ada ya yang seperti itu." Mama nampak heran dengan apa yang aku katakan. Di dunia ini banyak yang terjadi, termasuk hal diluar nalar seperti ini tapi selama masih dalam syariat tentu tidak dipermasalahkan. "Kalau seperti ini Mama gak boleh benci sama dia atau Papa akan marah." Bisik Mama sambil menatapku. Kutahu Mama sedang meminta ijin padaku, mungkin mama masih beranggapan aku masih menyimpan dendam pada Renata. "Asal mama tahu aku yang menjadi mak jomblang mereka, aku juga yang memilih cincin pernikahan mereka." Bisikku. Ekspresi Mama seketika berubah, beliau meletakkan kembali yang dibawanya. "Apa! bagaimana bisa Amel?" "Ceritanya panjang Ma, kalau Amel ceritakan sekarang bisa-bisa nanti malam baru kelar." Suara tawaku mengundang tawa mama. Sungguh aku dah Mama mas Raka tidak seperti menantu dan m

    Last Updated : 2025-04-04

Latest chapter

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Apa aku salah?

    Di dalam kamar aku menangis, sungguh aku merasa sedih dengan sikap Mas Raka. Kenapa semua seolah aku yang salah? padahal aku hanya ingin merawat Arkan dengan tanganku sendiri? "Kenapa kamu begini Mas?" Aku bermonolog dengan diriku sendiri. Kukira Mas Raka akan mengerti keadaanku, seorang ibu baru yang mengalami perubahan segala siklus hidup namun nyatanya tidak. Di saat seperti ini bukankah peran suami adalah mensupport istri? tapi mengapa malah balik menyalahkan? ArrggggAku berteriak sambil mengusap rambutku dengan kasar. Meskipun aku mengurus Arkan sendiri aku tidak pernah mengganggu tidurnya, seberapa repotnya aku tiap malam aku tidak pernah membangunkannya karena aku sadar dia harus bekerja. Tapi kenapa dia tidak mengerti? bukankah masa-masa seperti ini tidak lama, ketika bayi semakin besar dia pasti akan jarang bangun malam dan aku bisa mengurusnya kembali? Hati yang meradang membuat aku terus menangis hingga suara ketukan dari luar menghentikan tangisku. Aku berjalan u

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Kenapa?

    Kutunggui dia yang sedang makan, entah mengapa melihat Mas Raka makan, aku merasa iba. Emosi yang memburu tiba-tiba menghilang. "Aku sudah selesai makan, apa yang ingin dibicarakan?" Dia menatapku. "Ayo le kamar." Tak ingin di dengar pelayan dan Mama aku mengajak Mas Raka ke kamar. Tapi Mas Raka menolak dengan alasan kekenyangan jadi malas naik. "Kamu tuh kenapa sih Mas, bicara di kamar lebih leluasa tidak didengar banyak orang!" Aku memberengut kesal. "Apa masalahmu?" Nafasku kembali memburu, dia tidak pulang dan dia bertanya apa masalahnya? "Kamu tuh nyadar gak sih kalau salah! nggak pulang apa menurut kamu itu wajar?" Air mataku yang kutahan memberontak keluar, sehingga kini aku menangis di hadapannya. "Apa yang kamu tangisi bukanlah semua keinginan kamu?" Mendengar ucapannya sontak aku membuat aku kembali menatapnya, "Apa maksud kamu?" "Ya kamu lelah dengan Arkan bukanlah itu keinginan kamu? dari awal aku sudah mencoba menawarkan baby sitter tapi kamu selalu menolak."

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Tidak Pulang

    Tanganku mengepal, emosiku meledak-ledak melihatnya. Melihatku Mas Raka hanya menghela nafas. "Aku lelah, jangan marah-marah seperti ini." Katanya lalu dia merebahkan diri di tempat tidur. Tak rela jika amarahku berakhir begitu saja aku pun menghampirinya, ku tarik tangannya agar bangun untuk mendengar omelanku. Tapi bukannya bangun Mas Raka justru menarik tubuhku dan membawaku ke dalam dekapannya. "Arkan tidur lebih baik kamu tidur jangan marah-marah." Katanya. Aku melongo melihat suamiku ini, seketika emosiku yang sedari tadi berapi-api padam begitu saja. Dan dalam dekapannya aku merasa hangat hingga air mataku tak terasa meleleh. "Nyatanya lelahku hilang dalam dekapannya." Batinku sambil terus menatap Mas Raka yang sudah memejamkan mata. Baru saja aku terpejam suara Arkan membangunkan aku, malas dan lelah tapi aku harus bangun untuk menenangkan malaikat kecilku itu. "Kamu haus ya." Kataku sambil membuka kancing baju untuk menyusuinya. Saking ngantukn

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Marah

    Aku hanya tersenyum mendengar pesan Mama, entah mengapa aku ingin tanganku sendiri yang mengurus bayi ini. "Nanti Amel pikirkan ya Ma." Tak ingin Mama kecewa aku berkata demikian. Bayiku kini berusia tujuh hari, hari ini adalah hari dimana Mama mengadakan syukuran pemberian nama. Adat kami memang seperti itu, ada beberapa syukuran yang wajib digelar oleh keluarga yang baru saja memiliki keturunan. "Namanya Arkan Ma, diambil dari Amel dan Raka." Ujar Mas Raka. "Tapi sama Mas Raka ditambahi n," sambungku. Mama tertawa, sebenarnya aku yang ingin Mas Raka menambahkan paten n, karena aku ngefans sekali dengan salah satu sama pemain bola tanah air. Setelah acara syukuran pemberian nama selesai aku dan Mas Raka pamit ke atas untuk istirahat. Di dalam kamar, Mas Raka duduk di sampingku. "Sayang, besok pagi sekali aku ada dinas keluar kota kamu bisa nggak bangun pagi dan mengurusi aku." Dia menatapku. "Aku upayakan ya Mas, bayi kita sering rewel kalau malam jadi aku ga bisa

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Mengurus Anak Sendiri

    Ini bukan stimulasi Asi melainkan memancing hasrat, alhasil hasratku lah yang terpancing keluar. "Mas, ah...." Aku malah mendesah merasakan setiap hisapan yang mas Raka berikan. Tanganku menarik rambutnya, mataku justru terpejam. "Mas sudah." Aku menekan kepalanya. Entah apa yang ada di kepalaku, saat seperti ini aku malah terjerumus dalam hal ini. Mas Raka menyudahi aksinya, "Gimana sayang, apa sudah cukup stimulasinya?" Dia tersenyum licik. "Ini bukan stimulasi mas, tapi memancing hasrat." Sahutku kesal. Dia tertawa, suamiku sungguh mesum sekali. "Maafkan aku sayang," katanya lalu mencubit pipiku. Netraku menatap wajahnya kemudian turun ke bawah dan aku melihat ada sesuatu yang menyembur dari balik celananya. Deretan gigiku terlihat, ternyata dia juga terpancing perbuatannya sendiri. "Itu kamu juga berdiri." Kataku sambil menahan tawa. Sebenarnya aku ingin tertawa lepas mengejeknya hanya saja luka operasi jika dibuat tertawa terasa sangat sakit. Tau aku mengejeknya Mas

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Lahir

    Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba, hari ini aku dan seluruh keluarga besarku dan Mas Raka pergi ke rumah sakit. Sengaja kami memilih hari ini karena hari ini bertepatan dengan ulang tahun Mas Raka jadi anakku nanti memiliki hari ulang tahun sama dengan papanya. "Mas aku takut." Aku terus memegangi tangan mas Raka. Ingatan waktu itu, membuat nyaliku menciut. Memang operasi sesar tidak menakutkan tapi setelahnya aku harus kesakitan. "Jangan takut sayang, ada aku." Mas Raka terus mengecup keningku. "Habis operasi sakit sekali Mas." Aku mengubah raut wajahku takut merasakannya lagi. Mas Raka tersenyum, dia bilang kalau nanti sakitnya terbayarkan dengan hadirnya anak kami. Aku tersenyum mendengar ucapannya. Bayangan bayi menangis menari di kepalaku, tanpa kusadari bibirku terus saja menyunggingkan senyuman. Beberapa waktu kemudian, Dokter datang untuk melakukan pemeriksaan, selain operasi aku juga meminta dokter untuk sekalian memasang kb, rencananya aku akan menunda kehamilan

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Perihal Senam Jadi Masalah

    Kulihat kedua pria itu nampak canggung, berbeda sebelum tahu kalau ada mata kami yang melihat mereka. Tak selang lama, orang-orang itu pergi termasuk para wanita yang duduk di samping Mas Raka dan Daniel. Selepas kepergian mereka, Mas Raka dan Daniel berjalan mendekat. "Sayang ngapain kesini?" Mas Raka menarik kursi sampingku. Pertanyaan yang sama juga Daniel tujukan kepada Renata. "Makan tapi ga nafsu karena lihat suami orang mau saja digoda wanita." Aku menyindir mereka berdua. "Sayang beneran kami nggak ngapa-ngapain, wanita-wanita itu memang sengaja dibawa oleh klien dan memang seperti itu kelakuan klien kalau ketemu." Dia berusaha menjelaskan. Daniel juga mencoba membujuk Renata tapi respon Renata sama sepertiku. "Tadi bukannya bilang kalau nanti datang nggak bawa istri mau ditemani?" Cuitan Renata membuat Mas Raka dan Daniel saling tatap. Mereka mengusap rambut mereka karena frustasi. "Sayang bukan begitu maksudnya, itu kami menolak secara halus supaya tida

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Memergoki Mas Raka dan Daniel

    "Kamu tuh bisa aja." Mas Raka mencubit hidungku. Padahal baru pagi tadi berpisah, tapi rasanya seperti lama sekali. Kamar hotel jadi saksi bisu kerinduan kami, aku dan Mas Raka membayar rindu yang sudah kami tahan. Setelah melepas rindu kami bergegas membersihkan diri. Mas Raka yang masih ada kerjaan bersiap kembali untuk menemui Daniel. "Nggak usah buru-buru Mas, Daniel dan Renata pasti juga bergulat." Kataku sambil meletakkan berkas yang dia bawa. Terlihat Mas Raka mengerutkan alis, "Kamu kesini bersama Renata?" tanyanya. "Siapa lagi yang mengajakku jika bukan Renata." Jawabku dengan terkekeh. Mas Raka menggelengkan kepala, "Kalian ini." Ujarnya. Karena Daniel mungkin juga lagi sibuk kami memutuskan untuk mengobrol santai sambil bersua hingga ponsel mas Raka berdering. "Baik, aku akan segera keluar." Kata Mas Raka dalam sambungan telponnya. Usai memutuskan sambungan telponnya, Mas Raka bangkit dan mulai bersiap. "Sayang aku harus berangkat lagi."

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Menyusul

    Keesokannya Renata kembali datang ke rumah untuk membahas kepergian kita keluar negeri. "Bisa-bisanya kak Daniel melarang kita ikut!" Renata terlihat kesal. "Kalau nggak boleh ya sudah lah Renata kita di rumah saja." Kataku sambil tersenyum menenangkannya. "Gak bisa Amel, takutnya mereka disana main wanita." Ujar Renata. Mendengar ucapan Renata aku sontak tertawa, ternyata dia cukup posesif terhadap suaminya. "Mana mungkin ada wanita Renata." Ku coba untuk meredam rasa posesifnya. Renata menatapku dengan ekspresi heran, "Kamu nggak tau sih Amel, perjamuan bisnis diluar negeri tuh suguhannya wanita seksi, kalau suami kita khilaf gimana?" Jujur aku nggak kepikiran kesana, tapi setelah mendengar ucapan Renata entah mengapa aku sedikit was-was. "Lalu gimana?" tanyaku. "Kita susul mereka." Bibir Renata merekah, dia terlihat bangga dengan idenya barusan. "Baiklah kalau begitu, mari kita susul mereka nanti." Aku pun ikut tertawa. ####Hari ini adalah hari dimana Mas Raka

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status