Semua Bab Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima: Bab 81 - Bab 90

139 Bab

BAB 81: Skandal

Tanpa banyak bicara, Zara mengikuti langkah Rizal menuju ruangannya. Di dalam kepalanya, pikirannya sibuk berpacu, mencari alasan yang paling bisa diterima.Tidak mungkin dia mengaku bahwa dia absen karena baru mengetahui dirinya hamil, ‘kan?Namun, langkahnya sedikit melambat begitu melihat siapa yang duduk di dalam ruangan Rizal.Kael.Pria itu duduk santai di kursi, satu kakinya disilangkan, tangan bertumpu di sandaran, dan matanya sudah mengunci sejak Zara masuk. Tidak ada ekspresi berlebihan di wajahnya, hanya datar, seolah segala sesuatu berjalan seperti biasa. Zara menahan napas, berusaha menjaga ekspresinya tetap tenang.Rizal yang berjalan di sampingnya, tampak tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.“Chef?” Rizal mengernyit, melirik Zara dengan tatapan penuh tanya.Kael hanya mengangguk tanpa perubahan wajah. “Silakan. Aku nggak akan ganggu.”Nada suaranya datar, terlalu datar, hingga membuat Zara merasa gelisah.Mengapa Kael berada di sini? Apa yang dia lakukan di ruanga
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-14
Baca selengkapnya

Bab 82: Diam yang Menyakitkan

Zara tiba di rumah lebih awal dari biasanya. Waktu masih sore, tapi pikirannya sudah penuh dengan pertanyaan yang belum menemukan jawaban. Begitu masuk, dia langsung melepaskan jaket dan duduk di sofa, membuka kembali berita yang tadi Andin tunjukkan.Tangannya menggenggam ponsel lebih erat. Tidak ada tambahan informasi baru, tapi semakin banyak orang yang mulai berspekulasi di kolom komentar.[Siapa istrinya? Kenapa nggak ada fotonya?][Kalo bener nikah kontrak, kira-kira istrinya dapet berapa milyar ya?]Zara menghela napas, mencoba meredam emosi yang mulai bergejolak.Dia sudah mengirim dua pesan kepada Kael, tetapi tak ada jawaban. Bahkan saat dia mencoba menelepon, panggilannya hanya berakhir dengan nada sambung yang terus berdering tanpa jawaban.Dia bisa menebak bahwa pria itu sedang sibuk, entah dengan pekerjaan atau mungkin mencari tahu siapa dalang di balik berita ini. Tapi tetap saja, diamnya Kael semakin membuat Zara resah.Malam semakin larut.Jam di ponselnya sudah menun
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-15
Baca selengkapnya

BAB 83: Hancur Lebih Dulu

"Kenapa kamu bilang gitu?" tanya Zara, suaranya hampir tercekat.Kael menarik napas dalam-dalam, tatapannya tetap fokus pada Zara, meskipun ada keraguan yang jelas tergambar di matanya. Dia ingin mengungkapkan lebih banyak, tapi khawatir kata-katanya justru akan semakin menyakiti."Mungkin dengan itu, kamu nggak akan terlibat dengan semua ini," jawab Kael dengan nada yang penuh penyesalan, lebih dari yang dia akui.Ada keraguan yang jelas dalam suaranya, seolah kata-kata itu harus diucapkan meski terasa berat.Zara terdiam sejenak, dada terasa sesak mendengar itu. Sebelum sempat mengungkapkan apa yang ada di pikirannya, Kael mengulurkan tangannya, dengan gerakan pelan menyentuh pipi Zara.Zara menatap Kael, perasaannya bercampur aduk, tetapi entah kenapa, dia tidak bisa menepis sentuhan itu."Terus, sekarang kamu mau gimana?" tanya Zara pelan, suara yang sama sekali tidak bisa menutupi kebingungannya.Kael menatapnya, matanya penuh ketegasan, meski ada kegelisahan yang jelas."Aku lag
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-15
Baca selengkapnya

BAB 84: Profesionalitas

“Zara, hari ini aku harus mengurus banyak hal,” kata Kael begitu selesai menyantap sarapannya, lebih tepatnya selembar roti tawar. “Kamu gak usah khawatir, aku pasti akan selesaikan ini semua.”Zara mengangguk pelan. Namun, rasa cemas itu sama sekali tidak bisa hilang dari hatinya.Bagaimana mungkin dia tidak akan khawatir dengan hal ini?“Jaga dirimu, hari ini aku gak ke restoran.” Kael menatap Zara dengan begitu dalam.“Kael,” panggil Zara lirih, seolah tidak ingin membiarkan suaminya menghadapi ini seorang diri. Bagaimanapun juga, kehadirannya juga yang memicu hal ini terjadi.“Aku pesankan taksi online,” kata Kael, seolah tidak ingin membuat Zara semakin larut.Setelah berhasil mendapat taksi untuk Zara, Kael bangkit, meraih jas yang ada di kursi sebelah dan langsung memakainya. Zara yang melihat itu juga ikut bangkit, pandangannya tidak pernah lepas dari wajah lelah Kael.Kael melangkah mendekati Zara, tersenyum sejenak, lalu mencium kening Zara. “Aku pergi dulu.”Ingin rasanya Z
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-16
Baca selengkapnya

BAB 85: Pesan Ancaman

Wanita itu adalah Anjana Lestari Wijaya, pemilik Wijaya Group.Aryan mengernyit, begitu pula dewan direksi lainnya. Tidak ada yang menyangka perusahaan sebesar Wijaya Group tertarik berinvestasi di Ashwara Group di tengah krisis ini.Kael menatapnya tajam. Dia menduga ada pihak yang ingin memanfaatkan situasi ini, tetapi tidak menyangka Wijaya Group yang maju lebih dulu."Bu Anjana ..." Aryan berdehem. "Anda serius?"Anjana tersenyum tipis. "Saya tidak pernah main-main dalam bisnis, Pak Aryan. Ashwara Group masih punya potensi besar, selama dikelola dengan baik."Kael menyipitkan mata. "Kenapa sekarang? Ini waktu paling berisiko untuk masuk ke Ashwara Group."Anjana mengangkat bahu santai. "Saya percaya perusahaan ini punya fondasi kuat. Skandal pribadi tidak seharusnya menghambat potensi bisnis yang lebih besar.""Tentu saja, kita perlu membahas lebih lanjut syarat kerja sama ini. Tapi, jika kalian ingin menyelamatkan perusahaan, ini adalah penawaran terbaik yang kalian punya," lanju
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-16
Baca selengkapnya

BAB 86: Hilangnya Berita

Keesokan paginya, Zara terbangun lebih dulu. Dia mengerjap pelan sebelum menoleh ke samping, menemukan Kael masih tertidur nyenyak di sebelahnya. Napas pria itu teratur, wajahnya tampak lebih tenang dibanding saat pulang tadi malam.Zara menatapnya lebih lama dari yang seharusnya. Saat tidur, Kael terlihat berbeda, lebih lembut, tanpa garis tegas yang biasanya menghiasi wajahnya. Rasanya aneh melihat pria yang begitu dominan dan dingin bisa tampak setenang ini di sampingnya. Bahkan dalam tidur pun, pria ini tetap menyebalkan ... karena terlalu tampan.Sungguh, Zara masih belum terbiasa dengan pemandangan ini!Tiba-tiba, Kael bergerak. Salah satu lengannya bergeser dan entah bagaimana, mendarat tepat di pinggang Zara. Sentuhan itu seharusnya biasa saja, tapi perbedaannya adalah tangan Kael tidak berhenti di sana.Jari-jarinya bergerak, mengguratkan tekanan ringan di kulitnya, lalu menariknya lebih dekat. Zara menahan napas. Bibirnya terkatup rapat saat dia mencoba mendorong dada Kael pe
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-17
Baca selengkapnya

BAB 87: Bohong yang Jadi Nyata

Sore itu, setelah selesai bekerja, Zara langsung menuju rumah Riki. Perjalanan ke sana terasa lebih panjang dari biasanya, meskipun sebenarnya tidak terlalu jauh. Ada sesuatu yang mengganjal di dadanya, perasaan yang sulit diabaikan sejak Riki menghubunginya tadi pagi.Begitu sampai di depan rumah, Zara berdiri sejenak sebelum mengetuk pintu. Dia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan pikirannya. Namun, firasatnya mengatakan bahwa pertemuan ini tidak akan berlangsung dengan tenang.Tidak butuh waktu lama, pintu terbuka. Riki berdiri di ambang pintu dengan ekspresi khawatir. Matanya langsung menyapu wajah keponakannya, seolah ingin memastikan Zara baik-baik saja setelah pemberitaan yang sempat heboh kemarin."Zara ..." Suara Riki pelan, sedikit berat, seperti menahan sesuatu yang sudah lama ingin diucapkan. Riki menghela napas sebelum akhirnya bertanya, "Kamu apa kabar?""Aku baik-baik saja, Om." Zara tersenyum kecil, mencoba menenangkan Omnya.Riki masih menatapnya beberapa det
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-17
Baca selengkapnya

BAB 88: Sisi Lain Kael

Sarah menegang di kursinya, sementara Zara menatap Kael dengan campuran keterkejutan dan kebingungan.Riki tampak terkejut beberapa detik sebelum akhirnya tersenyum kecil dan membuka pintu lebih lebar. "Masuklah, Kael."Kael melangkah masuk dengan langkah santai, tangannya masih terselip di saku celana. Tatapannya sekilas menyapu ruangan."Apa saya mengganggu?" tanya Kael, nadanya terdengar sopan, tapi sorot matanya tajam, penuh otoritas, seolah mengatakan bahwa dia tak peduli apakah kedatangannya mengganggu atau tidak."Tidak, tidak sama sekali." Riki buru-buru menggeleng, lalu mengajak Kael duduk.Namun, Zara buru-buru bangkit, mencoba menarik pergelangan tangan Kael."Ayo kita pulang aja, Kael," kata Zara cepat, ingin segera menghindari situasi ini sebelum Sarah melontarkan lebih banyak kata-kata yang bisa memanaskan suasana.Sarah mendengus dan bersandar ke sofa, kakinya disilangkan dengan angkuh."Loh? Kok buru-buru? Duduk dulu lah. Masa datang cuma buat jemput doang? Nggak sopan,
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-17
Baca selengkapnya

BAB 89: Permintaan Aryan

Riki tampak terkejut, sementara Sarah tidak bisa menyembunyikan perubahan ekspresi di wajahnya.Sarah membuka mulut, seolah ingin melanjutkan perdebatan, tetapi tak ada kata yang keluar. Sementara itu, Riki hanya menghela napas kecil."Kael, saya tidak peduli dengan omongan orang luar. Saya hanya ingin Zara bahagia. Tolong jaga dia baik-baik," ujar Riki dengan tenang, menatap Kael dengan sorot mata yang tulus. Suaranya terdengar mantap, tetapi jauh lebih lembut dibandingkan keheningan yang memenuhi ruangan.Mata Kael beralih ke Riki. Seketika, ketajaman dalam sorot matanya melunak."Saya akan selalu menjaga Zara, Om. Zara adalah rumah saya, tempat saya kembali, tempat saya ingin menetap,” ucap Kael, nada suaranya lebih dalam, lebih tulus.Zara menahan napas, tenggorokannya mendadak terasa kering. Kata-kata Kael begitu sederhana, tetapi mampu mengguncangnya dengan cara yang tidak terduga.Riki tersenyum kecil, lalu mengangguk pelan."Kalau begitu, saya bisa lebih tenang sekarang," ujar
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-18
Baca selengkapnya

BAB 90: Amplop Coklat

Kael menegang, tatapannya berubah dingin. Beberapa detik berlalu dalam kesunyian yang pekat, hanya suara detak jam yang terdengar jelas di ruangan itu.Kael menatap Aryan, matanya tajam, penuh amarah atau mungkin kecewa, tetapi yang jelas aura ketegangan semakin kental di ruangan itu."Dan kalau aku menolak?" tanya Kael akhirnya, suaranya terdengar lebih rendah, lebih tajam, seperti ujung pisau yang siap menebas.Aryan menatapnya lurus, tidak bergeming sedikit pun."Kamu akan kehilangan kepercayaan. Itu berarti kekuasaanmu di perusahaan ini akan terancam. Aku tidak ingin itu terjadi, dan aku yakin kamu pun tidak," jawab Aryan datar, suaranya tidak menunjukkan sedikitpun rasa ragu.Kael tetap diam, matanya tetap terpaku pada map yang ada di hadapannya, seolah berusaha mencerna setiap kata yang keluar dari mulut ayahnya. Jemarinya mengepal pelan di atas meja, menahan amarah yang mulai memuncak.Aryan menghela napas panjang, menatap Kael yang tampak semakin frustrasi."Kamu harus berpikir
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-18
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
14
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status