All Chapters of Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima: Chapter 101 - Chapter 110

139 Chapters

BAB 101: Aku Harus Bagaimana?

Maharani menghela napas panjang, lalu duduk di sebelahnya. Dia bisa merasakan betapa tegangnya tubuh Kael, betapa berat beban yang dipikul putranya."Kael, dengarkan Ibu. Kamu tidak bisa mengendalikan segalanya dengan sempurna. Kamu bukan Tuhan, Kael," ujar Maharani.Kael menunduk, jari-jarinya saling bertaut."Bu, aku harus bagaimana?" bisik Kael.Maharani mengulurkan tangannya, menggenggam tangan Kael dengan erat."Sekarang, fokuskan segalanya untuk Zara dan bayi kalian. Pastikan Zara mendapatkan semua yang dia butuhkan. Kamu harus terus temani Zara," lanjut Maharani sambil memandang putranya yang terlihat sangat kacau.Kael mengangkat wajahnya perlahan, matanya masih menyiratkan ketakutan yang begitu nyata.Maharani tersenyum kecil, lalu mengusap bahu Kael. “Kamu pasti kuat, Kael. Kamu dan Zara pasti bisa melewati semua ini.”Kael menghela napas panjang, tetapi saat dia mencoba menjawab, suaranya tercekat di tenggorokan.Akhirnya, Kael tidak bisa menahannya lagi. Kepalanya jatuh di
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more

BAB 102: Sosok Itu

Kael duduk di tepi ranjang, matanya tidak lepas dari Zara yang masih terlihat lemah. Tanpa berkata apa pun, dia meraih handuk hangat yang sudah disiapkan oleh perawat, lalu dengan hati-hati menyeka kening Zara.Zara mengerjap pelan, merasakan sentuhan hangat itu meresap ke kulitnya. Kelopak matanya terasa berat, tetapi dia bisa melihat bagaimana Kael begitu fokus, begitu telaten. Pemandangan yang janggal, tetapi juga menghangatkan."Aku bisa sendiri, Kael," gumam Zara, suaranya serak.Kael tetap melanjutkannya, menyeka lembut pelipisnya sebelum akhirnya menurunkan handuk."Aku tahu kamu bisa, tapi sekarang biar aku yang lakukan untuk kamu," kata Kael tenang, tetapi tegas.Zara tidak langsung menjawab. Bukan karena tidak ingin membantah, tetapi karena nada suara Kael terlalu serius.Jemari Kael menyentuh rambutnya, menyingkirkan helaian yang menutupi wajah Zara. Lalu tanpa ragu, dia merapikan piyama perempuan itu, mengancingkan bagian yang sedikit terbuka."Kamu yang bawa aku ke sini?"
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more

BAB 103: Siapa Pria Itu?

“Gala Mahendra.”Nama itu terucap dengan nada tenang dan profesional, tetapi bagi Zara, efeknya justru sebaliknya.Jantung Zara berdebar tidak karuan. Pikirannya berputar liar, mencoba mencerna kenyataan bahwa pria yang berdiri di depannya, mengenakan jas dokter dengan clipboard di tangan, adalah seseorang dari masa lalunya."Saya adalah dokter yang ditunjuk langsung oleh keluarga Ashwara untuk menangani kehamilan Ibu Zara," lanjut Gala dengan senyum ramah.Keluarga Ashwara?Zara menegang. Kael sendiri masih diam di sampingnya, tatapan tajamnya terpaku pada pria itu. Rahangnya mengeras, jelas tidak menyukai fakta bahwa seseorang yang baru saja disebut ‘Kak Gala’ oleh istrinya, berdiri di hadapannya sebagai dokter yang bertanggung jawab atas kehamilan Zara.Gala tidak menunjukkan tanda-tanda terganggu dengan tatapan Kael. Sebaliknya, dia tetap bersikap profesional, melirik sekilas ke clipboard-nya sebelum kembali menatap Zara."Saya sudah membaca laporan medisnya," Gala berhenti sejenak
last updateLast Updated : 2025-02-25
Read more

BAB 104: Coklat

"Aku keluar dulu," jawab Kael singkat, nada suaranya datar, seperti biasa.Itu saja. Tidak ada penjelasan lebih lanjut.Zara menegang. Perasaan tidak enak langsung menyelinap ke dadanya. Kael memang tidak suka berbasa-basi, tapi ... tidak bisakah dia menjelaskan sedikit saja?Tanpa sadar, Zara menggigit bibirnya sebelum akhirnya menghembuskan napas panjang."Jangan tinggalin aku sendiri," pinta Zara lirih.Zara berkata dengan nada yang dibuat selembut mungkin. Entah kenapa, ada ketakutan yang tiba-tiba muncul. Bukan karena dia takut ditinggal sendirian di kamar ini, tetapi lebih karena ... apa yang akan Kael lakukan di luar sana?Kael menatapnya sekilas, ekspresinya masih sama, dingin dan sulit ditebak.Zara mencoba berdiri, ingin mengejar, tetapi begitu kakinya menjejak lantai, kepalanya langsung berputar. Tubuhnya limbung, nyaris jatuh jika saja Kael tidak sigap menangkapnya."Bandel. Kamu tidur aja," bisik Kael di telinga Zara.Hembusan napasnya terasa di sisi wajah Zara, dan itu cu
last updateLast Updated : 2025-02-25
Read more

BAB 105: Tamu Tidak Diundang

Genggaman Zara pada selimutnya mengerat tanpa sadar, sementara otaknya berputar mencari alasan. Jangan sampai Andin curiga. Jangan sampai ada sesuatu yang terlepas dari mulutnya."Zara, keadaan lo gimana? Lo sakit apa?" tanya Andin dengan ekspresi penuh kekhawatiran sambil berjalan cepat ke arahnya.Zara menelan ludah, berusaha mengendalikan ekspresi wajahnya yang sedikit tegang."Gue udah baikan, cuma kecapean aja," jawab Zara, mencoba tersenyum.Namun, cengkeram di ujung selimutnya semakin kuat. Andin ada di restoran saat Zara pingsan. Berarti dia pasti melihat langsung kejadian itu.Apakah Andin curiga? Apakah dia sadar ada yang aneh?Perasaan Zara langsung campur aduk, antara kaget, panik, dan sedikit lega. Untunglah Andin tidak datang saat Kael masih di sini. Kalau tidak, situasinya pasti akan jauh lebih rumit."Lo tau dari mana gue dirawat di sini?" tanya Zara, berusaha terdengar santai meskipun jantungnya masih berdetak kencang."Itu Pak Rizal yang ngasih tahu," jawab Andin sant
last updateLast Updated : 2025-02-26
Read more

BAB 106: Pengakuan

Kael tidak langsung menjawab. Dia berjalan mendekat dengan tenang, seolah tidak ada yang perlu dijelaskan.Sementara Zara hanya bisa menatapnya dengan perasaan campur aduk. Lalu, yang lebih mengejutkan lagi, Kael duduk di tepi ranjangnya.Zara nyaris tersedak napasnya sendiri. Tangannya mencengkeram erat selimutniya, sementara Andin menatap mereka dengan ekspresi—antara kaget, bingung, dan curiga."Ada yang salah? Zara ‘kan istri saya." Kael akhirnya berbicara, suaranya datar tapi tegas.Andin membeku di tempatnya. Mulutnya sedikit terbuka, seakan ingin mengatakan sesuatu, tapi tak ada satu kata pun yang keluar. Matanya membesar, bergantian menatap Kael dan Zara yang wajahnya sudah benar-benar pucat."Chef?" suara Andin akhirnya keluar.Zara menunduk, tangannya meremas ujung selimutnya dengan gugup. Habis sudah. Rahasianya terbongkar."Kamu boleh keluar dulu nggak? Aku mau ngobrol berdua sama Andin," kata Zara, suaranya pelan, tetapi cukup tegas.Kael menatapnya sejenak, sebelum akhirn
last updateLast Updated : 2025-02-26
Read more

BAB 107: Bantu Aku, Ya?

Zara terdiam. Bukannya dia tidak pernah mempertimbangkan itu. Siapa juga yang ingin terus bekerja kalau dia sebenarnya bisa hidup nyaman?Namun, bukan itu masalahnya.Zara takut. Dia takut kehilangan kendali atas hidupnya sendiri. Takut jika terlalu bergantung pada Kael, lalu suatu hari pernikahan ini berakhir begitu saja. Bukan berarti dia mengharapkan sesuatu yang buruk terjadi, tapi dia harus siap dengan kemungkinan terburuk.Bekerja memberinya rasa aman, bahkan jika itu hanya ilusi belaka.Namun, tentu saja, ini bukan sesuatu yang bisa dia bicarakan dengan Kael."Hei, malah ngelamun kamu!" Suara Kael membuyarkan pikirannya.Zara cepat-cepat mengangkat kepala. "Maaf, maaf. Kalau kamu izinin sih, aku mau tetap kerja di restoran aja."Kael menatapnya beberapa detik sebelum akhirnya berkata, "Aku nggak mau ngelarang kamu. Aku juga orang yang ambisius dan nggak suka ditentang. Jadi aku paham kenapa kamu masih maksa kerja. Tapi satu hal, jangan sampai ada apa-apa kayak kemarin."Zara ter
last updateLast Updated : 2025-02-27
Read more

BAB 108: Terlalu Perhatian

Setelah membersihkan diri sebisanya, Zara mengganti baju dan mengeringkan rambutnya seadanya. Namun, baru beberapa menit dia duduk di depan cermin, Kael masuk lagi dan langsung mengernyit melihat rambut Zara yang masih basah."Kamu nggak keringin rambut?" tanya Kael, suaranya terdengar santai tapi penuh perhatian.Zara menoleh malas-malasan. "Udah kok."Kael melirik rambut Zara yang masih menetes sedikit di ujungnya."Itu masih basah," ujar Kael datar.Sebelum Zara sempat membantah, Kael sudah berjalan ke laci dan mengambil hair dryer tanpa banyak bicara. Dia menarik kursi, duduk di belakang Zara, lalu menyalakan alat itu dengan tenang."Eh, Kael.""Segini cukup?" tanya Kael, memastikan suhu hair dryer tidak terlalu panas.Zara mengangguk kecil, masih sedikit terkejut.Begitu hembusan hangat mulai menyentuh kulitnya, dia tanpa sadar menggigit bibir. Jemari Kael dengan telaten menyibakkan rambutnya, sesekali menyentuh tengkuknya. Sensasi itu membuatnya menelan ludah, jantungnya berdebar
last updateLast Updated : 2025-02-27
Read more

BAB 109: Terlambat untuk Jujur

Zara menatapnya tanpa berkedip, merasa ucapan Kael seperti hantaman telak di dadanya.Kael mendengus kecil, lalu menatapnya tajam. "Kamu kira aku bakal ngapa-ngapain mantan kamu?"Zara mengerjapkan mata, tidak menyangka arah pembicaraan akan ke sana. "Bukan gitu—""Aku nggak peduli dia siapa atau seperti apa hubungan kalian dulu." Suara Kael tetap datar, tetapi ada sesuatu yang berbeda dalam sorot matanya."Yang aku peduliin cuma kamu. Dan kalau kamu nutupin sesuatu dari aku, itu lebih ganggu daripada siapa pun di masa lalu kamu," lanjut Kael.Zara menelan ludah, jemarinya kembali meremas tisu yang sudah hampir kusut di tangannya. Dia memang tidak seharusnya berbohong, tetapi saat itu, dia hanya takut Kael akan bereaksi berlebihan setelah tahu siapa dokter kandungannya.Namun, semakin dipikirkan, semakin Zara merasa kebodohannya makin jelas. Kenapa dia harus takut? Toh, sekarang dia dan Gala sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi. Tidak ada yang perlu dirahasiakan."Terus ... sekarang k
last updateLast Updated : 2025-02-28
Read more

BAB 110: Kenapa Virsha Datang?

Zara tersenyum tipis, tidak menunjukkan sedikit pun rasa terpengaruh."Oh ya? Setahuku, Kael bukan tipe yang suka makan makanan manis," balas Zara santai. “Lagipula, kamu kasih buat aku, kan? Jadi seharusnya gak ada urusan sama Kael yang suka cake atau ngga, kan?”Kael melirik sekilas ke arah Zara. Sesuatu dalam dirinya hampir saja tertarik untuk tersenyum kecil, tetapi dia menahannya.Sedangkan Virsha, ia menahan diri agar tidak menunjukkan reaksi yang terlalu jelas. Ucapan Zara membuatnya merasa lebih jengkel."Ah iya, bukan begitu maksudku. Aku hanya ingin berbagi informasi," kata Virsha mencoba tetap tenang, matanya meneliti wajah Kael, mencari sesuatu di sana. "Waktu kita masih sama-sama, dia sering makan cake buatan aku sampai habis."Kael yang sedari tadi diam akhirnya meletakkan cangkir tehnya di meja, menimbulkan suara pelan yang terasa lebih tajam di tengah percakapan mereka."Selera orang bisa berubah," ucap Kael datar, tanpa menoleh ke Virsha."Ah ..." Virsha terkesiap, eks
last updateLast Updated : 2025-02-28
Read more
PREV
1
...
91011121314
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status