All Chapters of Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima: Chapter 111 - Chapter 120

139 Chapters

BAB 111: Tidur di Sofa

"Serius, Kael? Kamu bawa-bawa Kak Gala sekarang?" tanya Zara, suaranya lebih rendah, tapi sorot matanya jelas menunjukkan keterkejutan.Kael hanya mengangkat bahu, ekspresinya tetap tenang. "Kenapa nggak? Kamu marah aku nggak usir Virsha, tapi kamu juga nutupin sesuatu dariku. Apa bedanya?"Tubuh Zara menegang. Dia menggeleng, menatap Kael penuh ketidakpercayaan. "Beda. Aku nggak pernah undang Gala ke rumah kita, nggak pernah kasih dia kesempatan buat bikin kamu ngerasa nggak nyaman. Lagian, alasan aku sama Kak Gala ketemu juga bukan karena sengaja, ‘kan?""Tapi kamu tetap bohong." Kael menyipitkan mata, bibirnya menipis.Zara mengepalkan tangannya di sisi tubuh, rahangnya mengeras. "Dan kamu tetap kasih Virsha tempat di rumah ini.""Jadi kita impas, ‘kan?" Kael mengangkat satu alis, ekspresinya tetap datar, tapi ada ketegangan samar di matanya."Nggak. Kita nggak impas," sahut Zara cepat, napasnya pendek, jelas menunjukkan dia tidak bisa menerima ini begitu saja.Kael melipat tangan d
last updateLast Updated : 2025-03-01
Read more

BAB 112: Bagaimana Caranya?

Pagi harinya, Zara turun ke ruang makan. Matanya masih sedikit berat karena baru bangun tidur, tetapi tubuhnya cukup segar setelah semalam akhirnya bisa tidur tanpa terlalu banyak berpikir. Namun, begitu melangkah masuk, langkahnya langsung terhenti.Matanya menangkap sosok Kael yang sudah duduk di meja, menikmati sarapannya dengan tenang. Namun, bukan itu masalahnya. Yang membuat Zara mendadak kesal adalah Virsha duduk di sebelahnya.Bukan hanya itu, tetapi juga Virsha terlihat nyaman sekali di sana. Tubuhnya sedikit miring ke arah Kael, posturnya santai, seolah mereka sangat akrab.Zara mengepalkan tangan. Dadanya terasa panas. Seharusnya dia tetap tenang, tetapi bagaimana bisa kalau perempuan itu duduk di tempat yang biasanya untuknya?Kael, di sisi lain, tampak tidak terlalu memperhatikan kehadiran Virsha. Dia hanya fokus pada sarapannya, tidak terlibat dalam percakapan apa pun.Tanpa banyak berpikir lagi, Zara melangkah mendekat dengan ekspresi tenang. Saat sampai di belakang Kael
last updateLast Updated : 2025-03-01
Read more

BAB 113: Tertekan

Setelah panggilan berakhir, Zara masih duduk di tempat tidur dengan ponsel tergeletak di pangkuannya. Pandangannya kosong menatap lantai, pikirannya berputar cepat.Zara tahu Riki tidak mungkin meminta jika bukan dalam keadaan mendesak. Omnya itu selalu baik, selalu membelanya di hadapan Sarah, dan tidak pernah sekalipun menuntut balas atas apa yang sudah dia lakukan untuk Zara sejak kecil. Jika sekarang sampai meminta bantuan, berarti situasinya benar-benar buruk.Zara menutup wajahnya dengan kedua tangan, napasnya terasa berat.Opsi pertama, dia bisa menggunakan tabungannya, tapi jelas tidak cukup. Semua uangnya selama ini hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari dan sedikit tabungan untuk masa depan.Opsi kedua, dia bisa mencari pinjaman … tapi di mana? Dia tidak mau berurusan dengan rentenir atau pihak yang bisa menjeratnya lebih jauh.Opsi ketiga … Kael.Zara langsung menepis pemikiran itu. Tidak! Dia tidak mau melibatkan Kael.Pria itu sudah banyak membantunya, bahkan lebih dari y
last updateLast Updated : 2025-03-02
Read more

BAB 114: Lima Ratus Juta

Zara menggigit bibirnya, mencoba mencari alasan, tetapi otaknya terasa kosong.Kael masih menunggu, tatapannya tidak beranjak dari wajah Zara. Udara di dalam kamar terasa semakin berat, seakan menekannya dari segala sisi.Zara tahu tidak ada jalan keluar."Zara." Suara Kael pelan, tetapi cukup untuk membuat Zara tersentak.Suara Kael tidak naik, tidak ada kemarahan yang meledak-ledak. Justru karena itulah, dada Zara semakin sesak."Aku tanya lagi," lanjut Kael, nada suaranya tetap dalam, nyaris tanpa emosi. "Siapa yang butuh lima ratus juta?"Zara menelan ludah, pikirannya berputar cepat mencari cara untuk menghindari situasi ini.Berbohong? Tidak mungkin. Kael terlalu pintar untuk dibohongi.Mengalihkan pembicaraan? Sama saja dengan menunda ledakan bom waktu.Zara mencoba membuka mulut, tetapi tidak ada suara yang keluar.Kael masih menatapnya, matanya tidak beranjak sedikit pun. Dia akhirnya bergerak, perlahan masuk ke kamar dan menutup pintu di belakangnya.Kael mendekat. Langkahnya
last updateLast Updated : 2025-03-02
Read more

BAB 115: Merasa Bersalah

Begitu Zara menuruni anak tangga, aroma makanan hangat menyambutnya. Di meja makan, Kael sudah duduk di sana, lengan terlipat di atas meja, tatapannya langsung tertuju padanya begitu dia muncul."Duduk," perintah Kael singkat.Zara berjalan perlahan, menarik kursi di seberang Kael, lalu duduk dengan hati-hati.Kael tidak berbicara lagi, hanya menatap Zara dengan tajam seolah memberi tahu bahwa dia tidak menerima penolakan.Zara menelan ludah, lalu meraih sendok dengan tangan sedikit gemetar. Dia menyuapkan sesuap nasi ke mulutnya, tetapi rasanya hambar. Bukan karena makanan itu tidak enak, tetapi karena perasaannya masih bercampur aduk.Kael tetap diam, tetapi tatapannya tidak lepas dari Zara. Setiap gerakan kecil yang dia lakukan, Kael memperhatikannya.Setelah beberapa suapan, Zara akhirnya memberanikan diri untuk berbicara. "Aku nggak bermaksud buat kamu marah.""Aku nggak marah," jawab Kael, suaranya datar, tetapi tidak terdengar seperti kebohongan."Serius?" Zara mendongak, menata
last updateLast Updated : 2025-03-03
Read more

BAB 116: Bagaimana Caranya?

“K-Kael, kamu nggak bisa ngomong gitu!” suara Sarah terdengar terengah-engah, seperti berusaha menahan amarahnya.“Saya bisa. Dan saya baru saja melakukannya,” sahut Kael, nada suaranya sarat kebosanan. Pembicaraan ini sudah terlalu melelahkan untuknya.Zara menatap Kael, masih sulit percaya betapa santainya pria itu melemparkan kata-kata tajam tanpa ragu sedikit pun.“Jadi, gimana?” Kael mengulang pertanyaannya, kali ini dengan nada lebih tidak sabar. “Mau terima atau nggak?”Hening.“Baiklah. Kami terima,” jawab Sarah akhirnya. Suaranya terdengar berat, penuh ketidakrelaan, tapi pasrah karena sadar dia tidak punya pilihan lain.“Bagus,” ujar Kael santai. Tanpa banyak bicara lagi, dia menutup telepon dan meletakkan ponsel di nakas. Seolah percakapan barusan tidak lebih dari transaksi bisnis biasa."Kamu … beneran ngasih uang itu?" tanya Zara pelan. Dia masih menatap Kael dengan ekspresi campur aduk. Antara kaget, tak percaya, dan entah kenapa sedikit lega.Kael menoleh, ekspresinya te
last updateLast Updated : 2025-03-03
Read more

BAB 117: Jangan Ikut Campur

Zara duduk di bangku kayu di taman belakang rumah sakit, tangannya mengepal di pangkuannya.Angin sore berhembus lembut, menggoyangkan dedaunan di sekitarnya, tetapi tidak membawa ketenangan sedikit pun.Dadanya terasa sesak, pikirannya penuh. Dia tahu, pertemuan ini tidak akan mudah.Langkah kaki terdengar dari belakang. Pelan, tetapi cukup untuk membuat Zara menoleh.Gala berjalan mendekat.Dia masih mengenakan jas dokternya, dengan lengan kemeja tergulung hingga siku, tanda bahwa dia baru saja menyelesaikan pasien terakhir sebelum istirahat praktik."Oke, Zara, sekarang jelaskan. Sebenarnya ada apa?" tanya Gala tanpa basa-basi, lalu duduk di sebelahnya.Zara menelan ludah. Dia sudah menyiapkan banyak alasan di kepalanya, tapi kini, di bawah tatapan Gala yang tajam, semuanya menguap begitu saja."Aku …" Bibirnya terbuka, tetapi tak ada suara yang keluar.Zara menarik napas dalam, mencoba menguatkan diri."Iya, Kak. Kami bilang aku hamil supaya pernikahan ini direstui orang tuanya." Z
last updateLast Updated : 2025-03-04
Read more

BAB 118: Obrolan di Mobil

"Jelasin."Setelah mereka masuk ke dalam mobil, akhirnya Kael buka suara.Kael menyalakan mesin, tapi tidak langsung menjalankannya. Jari-jarinya mengetuk ringan setir sebelum menoleh, menatap Zara dengan mata tajam.Zara menggigit bibir, merasa pikirannya tiba-tiba kosong."Jelasin apa?" tanya Zara pelan, meski tahu betul apa yang dimaksud Kael.Kael menghela napas pendek, ekspresinya tak berubah. "Kenapa kalian ngobrol di luar ruang praktik? Kenapa harus di taman?"Zara menunduk, mencoba merangkai kata-kata yang masuk akal. "Kak Gala cuma mau ngobrol sebentar."Kael mendengus kecil. "Ngobrol? Soal apa?"Zara menghela napas sebelum akhirnya menjelaskan bahwa Gala hanya ingin mencari kejelasan tentang hasil pemeriksaan kandungannya yang tidak sesuai dengan apa yang dikatakan Maharani.Keheningan seketika menyelimuti mereka. Kael tidak langsung bereaksi, tetapi rahangnya mengeras. Tangannya yang semula santai di setir kini mencengkram lebih kuat."Kita ganti dokter aja," kata Kael akhir
last updateLast Updated : 2025-03-04
Read more

BAB 119: Gathering Restoran

"Kamu nggak boleh ikut gathering itu!" Suara Kael membentur dinding kamar, tajam dan tegas. Dia berdiri di depan Zara dengan kedua tangan bertumpu di pinggang, ekspresinya penuh ketegangan.Restoran The Velvet Spoon memang rutin mengadakan gathering tahunan di resort pinggir pantai, ajang bersenang-senang setelah setahun bekerja. Semua karyawan menantikannya. Semua, kecuali Kael.Dari dulu, Kael tidak pernah sekalipun menghadiri acara itu.Namun Zara? Dia sudah lama ingin ikut. Dan sekarang, ketika akhirnya ada kesempatan, Kael justru melarangnya."Kenapa nggak boleh?" tanya Zara, suaranya terdengar jauh lebih tenang dibanding Kael.Kael menghela napas panjang, ekspresinya tetap mengeras. "Kamu baru aja beres bedrest, sekarang malah maksa ikut?""Tapi aku udah sehat! Kak Gala bilang aku baik-baik aja! Lagian, selama nikah aja kamu nggak sempat ngajak aku ke mana-mana. Mau bulan madu aja kita nggak jadi," protes Zara, nada suaranya mengandung kekecewaan yang tidak bisa disembunyikan.Ka
last updateLast Updated : 2025-03-05
Read more

BAB 120: Tiba-Tiba Datang

Malam semakin larut, tetapi suasana gathering justru semakin panas. Di salah satu meja, sekumpulan orang duduk melingkar, mengelilingi satu botol kosong di tengah. Permainan klasik ‘truth or dare’ sudah memakan banyak korban yang dipaksa menjawab jujur atau melakukan tantangan konyol."Ayo, puter lagi! Jangan mandek di situ, dong!" seru Rizal, manager restoran yang malam ini merangkap sebagai MC dadakan.Zara duduk di antara Andin dan Varen, ikut tertawa setiap kali ada yang mendapatkan tantangan konyol. Namun, di tengah tawa dan sorakan riuh, dia merasakan tatapan yang terlalu tajam menghujam ke arahnya.Kael berdiri di balik kerumunan, wajahnya tersembunyi dalam bayangan, sorot matanya dingin menusuk. Tangan dimasukkan ke dalam saku celana, tapi perhatiannya tidak sekalipun lepas dari Zara. Seolah dia hanya sekadar lewat, padahal sejak awal permainan dimulai, dia tidak bergerak sedikit pun."Loh, Chef! Sini gabung!" Rizal melambai ke arah Kael.Kael tidak langsung merespons. Namun, s
last updateLast Updated : 2025-03-05
Read more
PREV
1
...
91011121314
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status