Semua Bab Hasrat Tuan Muda: Dari Pelayan Jadi Istri Dadakan: Bab 31 - Bab 40

45 Bab

31. Aku Tidak Mau Punya Hutang

“Siapa yang mengijinkanmu bertanya?!” Felix memicing sengit.Pria itu mengikis jarak hingga wanita berpakaian hitam putih itu terpaksa mundur ke belakang.Sambil melonggarkan dasinya dengan kasar, Felix kembali berkata, “lepaskan pakaianmu!”Manik lawan bincangnya berubah lebar. Dia nyaris tak percaya perintah yang baru saja didengarnya, tapi sayangnya raut wajah Felix tak menunjukkan candaan.“Ta-tapi, Tuan Muda—”“Lepas sekarang atau aku akan merobeknya!” sentak Felix seperti orang kesetanan.Ya, entah kenapa dia jadi lebih emosional sejak Richard memandangnya sebelah mata. Padahal kali ini Felix berharap posisi Lucas memburuk, tetapi kesialan malah berbalik padanya.Felix benar-benar melepas dasinya, lalu menggulung benda itu melingkari tangan kirinya.“Aku tidak suka anjing yang lambat!” cecarnya yang sontak membuat Pelayan di hadapannya bergidik.Wanita itu pun membuka kancing atasan seragam pelayannya lebih cepat. Tangannya tampak gemetar, irisnya juga was-was sambil sesekali mel
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-31
Baca selengkapnya

32. Buktikan Kalau Kau Layak

“Benar. Se-sesuai kontrak pernikahan kita. Anda sudah menyetujui syarat dari saya. Jadi tolong, segera berikan ijin agar saya bisa bekerja di galeri seni Baratheon!” tukas Ariella sambil menuatkan tangannya. Tidak buruk juga. Dia tak menyangka, insiden yang nyaris merenggut nyawanya, bisa menjadi peluang untuk menagih janji Lucas. Lucas yang sejak tadi menatapnya dingin, kini menyeringai tipis. Raut wajahnya tampak tak senang. Dan itu membuat Ariella jadi was-was. ‘A-apa permintaanku terlalu tiba-tiba? Bukankah harusnya Tuan Muda mengerti karena sejak awal kita sudah sepakat? Tapi ke-kenapa dia terlihat marah?’ batin wanita tersebut gelisah. Ya, apalagi saat Lucas melangkah ke dekatnya. Aura dominan pria itu seolah menekannya, sungguh membuat Ariella jadi ciut. Namun, sial. Lucas malah terus mengikis jarak bahkan setelah tiba di depan ranjang Ariella. Pria itu mencondongkan tubuhnya, sampai-sampai Ariella terpaksa menarik diri. Wanita tersebut hampir ambruk ke belakang, tapi beru
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-31
Baca selengkapnya

33. Beraninya Kau Memberiku Perintah!

‘Ah? Tuan Muda Lucas!’ batin Ariella saat melihat sang suami dari kejauhan.Terakhir kali saat Ariella diguyur susu oleh Chelsea, Lucas menghentikannya secara terang-terangan. Mungkin kini Ariella juga bisa berharap padanya.Namun, sialnya Chelsea tahu arah tatapan pelayan itu.Dia membelalak seraya mengumpat dalam hati. ‘Sialan! Semuanya bisa kacau kalau Kak Lucas terlibat!’Chelsea langsung menyeret Ariella berbelok ke koridor. Dirinya sengaja mengambil jalan memutar agar tidak berpapasan dengan Lucas. Dan itu membuat Ariella kembali tegang.“Hah! No-nona, sebenarnya Anda mau membawa saya ke mana?” tukas Ariella berupaya memberontak.Hingga akhirnya Chelsea berhenti dan mendorongnya sampai menatap dinding.Wanita itu tak segan menoyor kepala Ariella sembari mencecar geram. “Dasar jalang! Kau pikir aku tidak tahu akal bulusmu? Kau berharap Kak Lucas menolongmu lagi? Jangan bermimpi!”Tangan Chelsea hendak mencekal dagu Ariella, tapi pelayan itu lebih dulu mencengkeramnya.“Nona, tolo
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-01
Baca selengkapnya

34. Layani Aku dan Teman-Temanku Minimal Tiga Jam

Ariella buru-buru memakai kemeja piyamanya, sembari berujar, “tolong matikan. Jangan rekam lagi, Tuan Muda!”Dia pun menyingkur, tak mau tubuhnya jadi sasaran lagi, sebab piyama itu robek di bagian dada dan beberapa lengan karena ulah Chelsea.“Dasar, sialan. Kenapa kau malah menutupinya, hah? Cepat berbalik dan singkirkan tanganmu!” tukas Matthias memerintah.Dia melirik Chelsea, lalu mendengus kesal. “Apa yang kau lakukan? Cepat pegangi dia agar aku bisa mendapat video bagus. Teman-temanku pasti suka.”“Hei, kau tidak mendengarku?” sambung Matthias yang kini mendekati mereka, sambil terus mengarahkan ponselnya pada Ariella.Namun, saat tiba di samping Chelsea, wanita itu langsung menginjak kakinya.“Aish, sial!” umpat Matthias sambil mengernyit.Beruntung ponselnya tidak jatuh. Namun, Chelsea yang sebal, langsung merebut benda pipih tersebut. Dia bahkan berbalik, melihat hasil rekaman Ariella. Dan itu memicu senyum miring mendominasi sebelah bibirnya.“Bagus juga. Kalau bisa unggah
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-02
Baca selengkapnya

35. Dia Menipuku Demi Jalang Itu?

“Benar, Nona. Tuan Muda Lucas meminta Anda segera datang ke paviliun!” Peter berkata dengan raut wajah seriusnya.Alih-alih langsung membalas, Chelsea malah menghempaskan cekalannya dari rambut Ariella dengan kasar. Nyaris saja kepala pelayan itu menghantam dinding koridor, tapi beruntung tangannya segera menyangga ke tembok tersebut.Disertai manik binarnya, Chelsea pun berdehem, lalu bergumam pelan. “Kira-kira Kak Lucas ingin membicarakan apa, ya? Apa dia sudah memaafkan aku?”Dirinya menyelipkan anakan rambut ke balik telinga, lalu menatap Peter.“Kenapa Kak Lucas memanggilku ke paviliun? Paviliun kan sangat sepi. Apa Kak Lucas ingin membicarakan hal serius padaku?” tanyanya menyidik penasaran.“Mohon maaf, saya kurang tahu, Nona. Tuan Muda sendiri yang akan memberitahu Anda,” sahut Peter datar.Chelsea mengibaskan rambut panjangnya, lalu membalas, “yah … lebih baik aku segera menemuinya. Aku tidak mau membuat Kak Lucas menunggu lama.”Wanita itu melirik Ariella sekilas. Sambil mem
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-02
Baca selengkapnya

36. Kita Akan Berpesta Malam Ini

“Aku memang ingin menghubungimu, kebetulan kita bertemu di sini. Bisa kita bicara sebentar, Luke?” tutur Belatia saat keluar dari lift. Sejak menghilangnya Giselle, Lucas memang jarang berinteraksi lagi dengan wanita paruh baya itu. Apalagi Lucas malah menikahi wanita lain. “Aku tahu kau pasti sibuk, tapi ini tidak akan lama,” sambung Ibu Giselle itu membujuknya. “Baiklah, kita bisa bicara di restoran depan.” Lucas membalas sopan. Senyum Belatia mengembang. Dia lantas beranjak lebih dulu, lalu Lucas mengikutinya dari belakang. Mereka duduk di salah satu bangku restoran PeterSoul itu. Sementara Peter, kini bersiaga tak jauh dari sana. “Apa yang ingin Bibi bicarakan?” Lucas buka suara setelah duduk di kursinya. Belatia tersenyum getir, lalu bergumam pelan. “Sayang sekali, padahal kau hampir memanggilku Ibu.”“Saya mohon maaf karena belum bisa menemukan Giselle. Tapi Bibi jangan terlalu khawatir. Saya akan terus membantu mencarinya,” ujar Lucas memicu Belatia menatapnya.“Itu bukan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-03
Baca selengkapnya

37. Mangsa Kita Tidak Bisa Kabur

‘Sialan! Kenapa dia muncul di sini?!’ Matthias membatin penuh umpatan. Bodyguard Baraheon di hadapannya menjulurkan wajah, berusaha melihat siapa saja yang ada di dalam mobil. Namun, Matthias langsung menghadangnya, bahkan mendorong dada lelaki tersebut. “Aish, sial! Kenapa kau repot sekali?!” tukas Matthias merapatkan alisnya. “Aku hanya datang meminta uang pada kakakku. Sekarang aku mau pergi minum bersama teman-temanku. Kau puas?!”“Tapi kenapa Anda membawa mobil ke depan rumah kaca, Tuan?” Bodyguard tadi terus menyidik. Matthias yang geram seketika merengkuh kerah bodyguard tersebut dan mencengkeramnya erat. Dengan sorot mata tajamnya, pemuda itu pun mengancam. “Kalau kau terus menghalangiku, aku bisa memukulmu, sialan!”Belum sampai sang bodyguard menjawab, seorang teman Matthias membuka jendela mobil dan menjulurkan kepalanya keluar. “Oi, kacung kolot! Cepat menyingkir! Kenapa kau mau tahu urusan anak muda, hah?!” pekiknya amat geram. Bodyguard tadi memicing ke arah teman
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-04
Baca selengkapnya

38. Aku Suka Permainan yang Lembut

WARNING: Chapter ini mengandung adegan dewasa!“Kau sudah bangun, Sayang?” tutur Pemuda yang masih sibuk mengikat tangan Ariella ke atas ranjang.Dia pun mundur usai memastikan ikatannya kuat. Tangannya bertumpu di sebelah kepala Ariella, hingga posisinya mengungkung wanita itu.“Hah!”Ariella melebarkan irisnya begitu melihat topeng kelinci putih dengan mulut berdarah yang menyeramkan. Bahkan pemuda tersebut hanya memakai celana jeans, hingga membuat dada bidangnya terpampang.“Apa kau sudah siap? Kita akan bersenang-senang.” Pemuda bertopeng kelinci itu berujar.Suara asingnya, sungguh membuat sensasi tegang merayapi tubuh Ariella.Wanita itu bergidik ngeri, seraya berkata dengan terbata. “Mi-minggir, tolong pergi dariku!”Dia hendak bangun, tapi sialnya kedua tangan wanita itu terikat ke atas ranjang dengan tali.‘Hah! Ti-tidak, aku harus bagaimana?’ batin Ariella panik dalam hati.Dirinya semakin buncah saat menyadari bahwa seragam pelayan hitam putihnya, kini berubah menjadi lin
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-04
Baca selengkapnya

39. Puaskan Aku Sebelum yang Lainnya Datang!

 “Brengsek! Apa yang terjadi?!” Matthias memaki geram. Temannya yang berambut pirang melepas topeng kelincinya, lalu menimpali, “apa mungkin ada masalah dengan listriknya?” Dia dan pemuda yang memiliki tindik di bawah bibir itu saling berpandangan. Padahal seingat mereka sudah memastikan listriknya baik-baik saja. “Aish, sialan! Apa karena ini gedung tua, jadi listriknya sering terganggu?” desis si pirang mematikan kameranya. Ya, sebab percuma terus merekam karena ruangan ini jadi gelap. Meski ada jajaran lilin ganja, tapi cahaya yang dihasilkan tidak maksimal. “Harusnya kau pastikan semuanya dengan benar. Kau terlalu ceroboh, jadi semuanya kacau seperti ini!” tukas pemuda bertindik tadi. “Cih, sialan! Kenapa kau malah menyalahkanku, bajingan?! Kau sendiri, apa yang kau kerjakan?!” Teman
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-05
Baca selengkapnya

40. Jangan Salahkan Aku Jika Kasar Padamu

“Kau mau kabur?!” Matthias berkata tajam seiring langkahnya yang memicu Ariella mundur.“Aku sudah susah-susah membawamu ke sini. Mana bisa kau pergi begitu saja!”Pemuda itu langsung melayangkan gamparan tangannya ke wajah Areilla, sampai-sampai wanita tersungkur ke lantai.“Hah ….” Ariella memegangi pipinya yang berdenyut panas.Belum sempat berpaling, tiba-tiba saja Matthias merengkuh rambutnya yang terurai dan lantas menyeret Ariella menuju ranjang.“Ahh … le-lepaskan saya, Tuan Muda!” Wanita itu mengerang kesakitan.Namun, Matthias sama sekali tak menggubrisnya. Dia memicing ke arah temannya yang baru memunguti lilin.Bahkan dengan emosi, Matthias mendengus geram. “Kenapa kau tidak becus menjaga jalang lemah ini, hah?! Kau mau dia kabur dan mengacaukan segalanya?!”“Tapi kau berhasil menangkapnya, ‘kan? Lagi pula dia tidak akan bisa kabur juga,” sahut temannya yang memicu emosi Matthias membengkak.“Brengsek! Kalau dia tidak bisa kabur, kenapa talinya sampai lepas? Apa yang kau l
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-06
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status