Semua Bab CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku : Bab 51 - Bab 60

67 Bab

Bab 51

'Pria ini... aku harus selalu berhati-hati,' ucapnya dalam hati. Setelah acara makan yang penuh kehangatan dan celoteh Galen, suasana mulai mereda. Mika membantu Elia membereskan meja makan, sementara Galen masih sibuk memainkan mobil-mobilan yang baru saja diberikan oleh Edrio. Gaura menghela napas, merasa sedikit lebih rileks setelah melihat Galen begitu bahagia. Namun, saat ia hendak berdiri untuk kembali ke dapur, Edrio tiba-tiba mengeluarkan sebuah kartu dari dalam sakunya dan meletakkannya di meja, tepat di hadapan Gaura. "Apa ini?" tanya Gaura dengan alis berkerut, matanya menatap kartu itu dengan penuh tanda tanya. Edrio menyandarkan punggungnya ke kursi, menatap Gaura dengan ekspresi serius. "Itu kartu rekening khusus untuk Galen. Aku sudah mengisinya dengan dana yang cukup untuk semua kebutuhannya, termasuk sekolah, kesehatan, dan kebutuhan lainnya." Gaura tertegun sejenak sebelum mendesah panjang. Dengan ekspresi tidak senang, ia mendorong kartu itu kembali ke arah Ed
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-08
Baca selengkapnya

Bab 52

"Ah. Aku tidak akan memikirkannya sekarang." Setelah Elia pergi, Gaura pun memutuskan untuk memejamkan matanya. Keesokan harinya. Sinar matahari menerobos masuk melalui jendela besar di ruang makan, memberikan kehangatan yang menyenangkan. Gaura sudah siap dengan pakaian semi-formalnya—blazer putih yang dipadukan dengan celana panjang hitam—sempurna untuk hari yang sibuk di studio desainnya. Namun, sebelum itu, ia harus mengantarkan Galen ke sekolah.Di depan meja makan, Galen duduk dengan seragam sekolahnya yang rapi, mengayun-ayunkan kakinya dengan riang. Anak itu menyantap roti panggang dengan selai stroberi favoritnya, sementara Mika duduk di sampingnya, memastikan bocah kecil itu menghabiskan makanannya sebelum berangkat.“Galen, jangan makan terlalu cepat. Nanti tersedak,” ujar Gaura sambil menuangkan susu ke dalam gelasnya.Galen hanya terkekeh kecil. “Aku nggak mau telat, Bunda! Hari ini ada kelas seni, dan aku mau jadi yang pertama menggambar!”Gaura menggelengkan kepala d
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-08
Baca selengkapnya

Bab 53

“Ini… luar biasa!” serunya, lalu menoleh ke asistennya. “Aku belum pernah secantik ini! Riasannya tampak alami, tapi tetap glamor!” Riasan yang Gaura buat begitu sempurna—tidak berlebihan, tetapi mampu menonjolkan kecantikan alaminya dengan cara yang luar biasa. Para asistennya mengangguk setuju. Salah satu dari mereka bahkan berkata, “Madame, ini yang terbaik yang pernah Anda dapatkan.” Rosaline menoleh kembali ke Gaura, senyum lebar terukir di wajahnya. “Kamu benar-benar berbakat. Aku ingin kamu menjadi make-up artist pribadiku untuk setiap acara penting yang aku hadiri. Dan aku akan merekomendasikan studiommu ke semua rekan sosialitaku.” Gaura nyaris tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Ini lebih dari sekadar keberhasilan—ini adalah lompatan besar bagi kariernya! “Saya merasa sangat terhormat, Madame. Terima kasih banyak atas kepercayaannya,” jawab Gaura dengan sopan. Rosaline mengeluarkan kartu namanya dan memberikannya pada Gaura. “Kirimkan daftar harga eksklu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-09
Baca selengkapnya

Bab 54

"Ah, jika itu terjadi, aku tidak akan membiarkannya." Setelah kepergian Prita, Edrio menghela napas panjang dan kembali duduk di kursi kerjanya. Ia membuka kembali beberapa dokumen yang perlu diselesaikan hari itu. Namun, pikirannya tetap berkecamuk. Bukan karena ancaman Prita, melainkan karena sosok kecil yang telah mengubah dunianya.Galen.Edrio masih teringat bagaimana anak itu dengan polosnya meminta kepastian apakah dia benar-benar Ayahnya. Ada sesuatu dalam tatapan Galen yang membuat hatinya bergetar. Anak itu tidak meminta uang, tidak meminta hadiah besar, atau status sosial. Ia hanya menginginkan kasih sayang dari seorang Ayah. Tanpa pikir panjang, Edrio menutup dokumennya dan berdiri. "Jadwalkan ulang pertemuan sore ini," katanya kepada sekretarisnya. Sekretarisnya tampak bingung. "Tuan, ada rapat penting dengan dewan direksi." "Aku akan menanganinya nanti," jawab Edrio singkat, lalu melangkah keluar. Beberapa menit kemudian, ia sudah berada di dalam mobil bersama sopi
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-09
Baca selengkapnya

Bab 55

"Kalau kau mau mengantarnya, pastikan kau juga bertanggung jawab atas semua akibatnya."Semua orang menoleh. Gaura berdiri di sana, menatap Edrio dengan ekspresi rumit. Wanita itu baru saja datang untuk menjemput Galen dan terkejut melihat pria itu ada di sekolah.Edrio menatap Gaura dengan tatapan tajamnya yang khas. "Aku tidak akan melakukan sesuatu yang bisa membahayakan putraku."Gaura mendengus. "Putramu? Kau baru mengakuinya sekarang setelah sekian lama?"Galen yang berada di tengah mereka hanya bisa menatap keduanya dengan bingung.Edrio menghela napas, memilih untuk tidak melanjutkan perdebatan. Ia berjongkok di hadapan Galen dan mengusap kepalanya dengan lembut. "Hari ini, pulanglah bersama Bunda terlebih dahulu. Ayah akan datang lagi lain waktu."Galen tampak sedikit kecewa, tetapi ia mengangguk. "Baik, Ayah. Tapi janji ya, Ayah harus sering datang lagi!"Edrio tersenyum tipis. "Janji."***Saat malam tiba, Gaura yang sedang menidurkan Galen terkejut ketika suara ketukan ter
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-09
Baca selengkapnya

Bab 56

"Kenapa setelah semua ini?" ujarnya terdengar lebih pelan. Edrio menghela napas. "Karena aku terlalu bodoh untuk menyadari lebih awal. Aku pikir aku bisa menjalani hidup tanpa memikirkan apa yang terjadi di masa lalu. Tapi setelah melihat Galen, setelah melihat betapa dia begitu ingin mengenalku sebagai Ayahnya... aku tidak bisa lari lagi." Hening melingkupi mereka. Gaura menatap pria di hadapannya, mencoba mencari kebohongan dalam kata-katanya. Namun, yang ia temukan hanyalah kesungguhan. Edrio, pria yang selama ini ia benci, pria yang ia anggap telah menghancurkan hidupnya, kini duduk di hadapannya dengan ekspresi yang lebih manusiawi dari yang pernah ia lihat sebelumnya. "Aku tidak memintamu untuk langsung menerimaku, Gaura," suara Edrio lebih lembut kali ini. "Aku hanya ingin kau tahu bahwa aku akan ada di sini. Untuk Galen. Untukmu. Aku akan melindungi kalian." Gaura menggigit bibirnya, menahan air mata yang hampir jatuh. Ia tidak ingin terlihat lemah di hadapan pria ini.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-11
Baca selengkapnya

Bab 57

"Tunggu!" ujar Gaura. Namun, saat akan mengatakan sesuatu, bibirnya terasa kelu. Edrio membalikkan tubuhnya dan kembali mendekati Gaura. Tangan besar pria itu juga kembali mencengkram pelan bahu Gaura. "Kau tidak perlu menjawab sekarang," katanya pelan. "Tapi aku berharap, suatu hari nanti, kau akan percaya padaku lagi."Gaura merasakan seluruh tubuhnya menegang. Sentuhan tangan Edrio di bahunya terasa begitu nyata, terlalu nyata. Kata-kata pria itu masih bergema di telinganya, menghidupkan kembali kenangan yang telah lama ia pendam dalam-dalam.Ia mencoba menahan napasnya, mencoba menyangkal bahwa trauma yang selama ini ia tekan telah kembali muncul ke permukaan. Namun, tubuhnya tak bisa berbohong. Matanya mulai berkaca-kaca, bibirnya bergetar, dan sebelum ia bisa menghentikannya, air matanya jatuh perlahan, membasahi pipinya.Edrio melihatnya.Pria itu terkejut, matanya membulat saat menyadari perubahan ekspresi Gaura. Ia tidak pernah melihat wanita ini dalam keadaan seperti ini—b
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-14
Baca selengkapnya

Bab 58

“Apa sekarang aku bisa punya Ayah dan Bunda seperti anak-anak lain?” Suaranya lirih, hampir tidak terdengar, tapi cukup bagi dirinya sendiri untuk merasakan betapa besar harapan yang terselip dalam kata-kata itu. Galen menggigit bibirnya, menahan rasa gembira yang hampir meledak dalam dirinya. Jantungnya berdebar cepat, seolah ia baru saja menemukan hadiah yang telah lama ia impikan. “Apa kita bisa tinggal bersama?” gumamnya lagi, kali ini lebih pelan, seakan takut pertanyaannya akan buyar jika diucapkan terlalu keras. Ia ingin berlari dan memeluk mereka, ingin bertanya apakah benar mereka sudah tidak bertengkar lagi, ingin memastikan apakah mulai sekarang ia bisa hidup bersama mereka berdua. Namun, sesuatu menahannya. Entah kenapa, ia merasa ini bukan saat yang tepat. Ia tidak ingin merusak momen yang sedang terjadi di antara mereka. Maka, dengan langkah hati-hati, Galen membalikkan badan dan berjalan kembali ke kamarnya. Senyum kecil terukir di wajahnya. Ia ingin berbagi keb
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-14
Baca selengkapnya

Bab 59

“Aku ingin Gaura dihancurkan.” Prita memainkan gelas anggurnya, lalu berbisik dengan suara penuh kebencian. Ketiga pria itu bertukar pandang. “Hancurkan dalam arti apa?” tanya pria yang duduk di tengah. Prita menatap mereka dengan tajam. “Aku ingin dia kehilangan segalanya. Bisnisnya, reputasinya, bahkan hidupnya. Aku ingin dia menderita.” Pria berambut hitam itu terkekeh kecil. “Ini bukan tugas yang mudah, tapi bukan berarti tidak mungkin.” Prita meletakkan selembar cek kosong di atas meja. “Isi saja jumlahnya sesuka kalian. Aku tidak peduli.” Salah satu pria itu mengambil cek tersebut, menatapnya sejenak, lalu memasukkannya ke dalam jasnya. “Baiklah. Berikan kami informasi lebih lanjut. Kami akan menyusun rencana.” Prita tersenyum penuh kemenangan. “Aku ingin ini dilakukan dengan sempurna. Tidak boleh ada celah sedikit pun,” katanya dengan suara yang nyaris seperti bisikan beracun. Pria-pria itu mengangguk. “Kami akan menghubungimu begitu rencana sudah matang,”
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-15
Baca selengkapnya

Bab 60

“Silakan periksa,” ujar Prita dengan nada percaya diri setelah ia menekan tombol di ponselnya dan dalam hitungan detik, pintu ruangan itu terbuka. Seorang pria bertubuh kekar dengan jas hitam masuk sambil membawa tiga koper besar.Dengan ekspresi datar, dia meletakkan koper-koper itu di atas meja kaca di hadapan tiga pria yang duduk di sofa kulit berwarna gelap.Ketiga pria itu saling bertukar pandang, sebelum akhirnya pria berambut hitam membuka salah satu koper dengan hati-hati. Begitu tutup koper itu terangkat, tumpukan uang seratus dolar yang tersusun rapi menyambut mata mereka.Mata pria berambut hitam itu membesar, sementara pria dengan luka di pipinya bersiul pelan, kagum. Pria ketiga, yang sejak tadi lebih banyak diam, mengulurkan tangan dan meraba lembaran uang itu seolah ingin memastikan bahwa semua ini bukan ilusi.“Ini…” suaranya terdengar setengah berbisik, “benar-benar nyata.”Prita menyeringai. “Seperti yang kukatakan, aku tidak main-main.”Pria berambut hitam menutup k
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-19
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status