Home / Romansa / CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku : Chapter 21 - Chapter 30

67 Chapters

Bab 21

"Tunggu!" Edrio kembali mengejar langkah Gaura, rasa putus asa meliputi dirinya. Dengan satu gerakan cepat, ia meraih lengan Gaura sekali lagi, lebih kuat dari sebelumnya. "Kamu tidak bisa terus seperti ini, Gaura! Kamu tidak bisa mengambil semuanya dariku, termasuk Galen. Aku punya hak untuk bertemu anakku!" suaranya bergetar, penuh emosi yang tertahan. Gaura menoleh, kemarahan dan rasa sakit yang tak terperi terpancar dari matanya. "Kamu kehilangan hak itu malam itu, saat kamu menghancurkan hidupku! Kamu tidak pantas menjadi Ayah bagi Galen, sama seperti kamu tidak pantas untuk mendapatkan maaf dariku!" Edrio menggertakkan rahangnya, napasnya memburu. "Galen adalah anakku juga, Gaura! Aku tahu aku salah, aku tahu aku telah menyakitimu, tapi aku tidak bisa membiarkan kamu menjauhkan dia dariku. Aku ingin bertanggung jawab sebagai ayahnya! Aku berhak atas itu!" Gaura tertawa sinis, lalu menggeleng perlahan, air mata terus mengalir di pipinya. "Tanggung jawab? Kamu pikir aku pe
last updateLast Updated : 2025-01-28
Read more

Bab 22

"Ada apa?" jawab Edrio dengan nada datar. Ternyata, Prita mengabari suatu hal yang membuat pria itu harus segera menemuinya. Mau tak mau, akhirnya Edrio pun meninggalkan ruang pribadi milik Gaura tersebut. Beberapa hari kemudian, di sebuah restoran. Restoran mewah itu dipenuhi dengan aroma makanan lezat dan gemerincing suara peralatan makan. Gaura duduk bersama Galen di meja dekat jendela besar yang menghadap ke taman luar. Mereka menikmati makan malam sederhana, meskipun suasana hati Gaura tampak sedikit gelisah. Sejak kejadian terakhir dengan Edrio, pikirannya terus dipenuhi berbagai kemungkinan yang membuatnya resah. Namun, ia berusaha sekuat tenaga untuk tetap tersenyum di depan Galen. “Bunda, lihat! Ini gambar yang aku buat di sekolah tadi.” Galen dengan bangga menunjukkan sebuah gambar di kertas kepada Gaura. Gambar itu menunjukkan seorang pria, wanita, dan seorang anak kecil yang saling bergandengan tangan. Gaura tersenyum, meskipun hatinya terasa sesak. “Gambar yang
last updateLast Updated : 2025-01-29
Read more

Bab 23

“Entah kenapa, aku merasa Galen itu mirip sekali denganmu! Lucu, kan?” Deg! Edrio, yang awalnya terdiam, tiba-tiba mengangkat wajahnya. Matanya yang gelap menatap tajam ke arah Prita. Ia tidak mengatakan apa-apa, tapi rahangnya mengeras. Prita, yang tidak menyadari ketegangan yang muncul, melanjutkan dengan nada candaan. “Kau tahu, wajah anak itu benar-benar seperti miniatur dirimu! Kalau aku tidak tahu kau hanya pernah bersamaku selama ini, aku pasti sudah bertanya apakah dia anakmu!” “Prita,” Edrio akhirnya membuka mulut. Suaranya datar, namun ada nada peringatan yang jelas. “Hentikan.” Prita tersentak mendengar nada suaranya yang dingin. Ia menatap Edrio dengan bingung, senyumnya mulai memudar. “Kenapa? Aku hanya bercanda. Apa aku mengatakan sesuatu yang salah?” Namun, Edrio tidak menjawab. Ia hanya mengalihkan pandangannya, matanya kembali mencari sosok Gaura dan Galen yang kini sudah tidak terlihat di dalam restoran. Napasnya berat, seperti sedang menahan sesuatu. “Edrio,
last updateLast Updated : 2025-01-30
Read more

Bab 24

“Ada sesuatu di antara mereka,” gumam Prita setelah keluar dari restoran, Prita masuk ke dalam mobilnya dengan ekspresi wajah yang sulit ditebak. Jemarinya mencengkeram erat setir, napasnya berat, dadanya terasa sesak. Tatapan Edrio yang penuh emosi saat menatap Gaura dan Galen tadi terus terngiang di benaknya. Prita tidak bodoh. Selama bertahun-tahun mengenal Edrio, pria itu selalu memiliki kendali atas emosinya. Tapi malam ini? Tidak. Prita bisa melihat ada sesuatu yang Edrio sembunyikan. Sesuatu yang besar. Ia mengeluarkan ponselnya, mencari sebuah kontak, lalu menekan tombol panggil. “Ya, ada apa?” Suara seorang pria di ujung telepon terdengar dalam dan tenang. “Aku butuh bantuanmu,” kata Prita tanpa basa-basi. “Hm? Apa yang terjadi?” Prita menggigit bibirnya sejenak, mencoba menyusun kata-kata. “Aku ingin kau menyelidiki sesuatu. Tentang Edrio... dan seorang wanita bernama Gaura. Juga anak kecil bernama Galen." Ada jeda sejenak di telepon sebelum seseorang itu menja
last updateLast Updated : 2025-01-30
Read more

Bab 25

"Atau Bunda menyembunyikan sesuatu dariku?" Gaura tersentak. Kata-kata itu begitu tajam, seolah menyayat pertahanannya yang selama ini ia bangun. Tanpa menunggu jawaban, Galen meraih gambarnya yang belum selesai dan berlari menuju kamarnya sendiri, membanting pintu di belakangnya. Gaura terdiam di tempat, merasakan hatinya semakin berat. Ia memijat pelipisnya, menahan perasaan bersalah yang mulai merayap di dadanya. Ia tahu hari itu akan datang—hari di mana Galen mulai mempertanyakan semuanya. Tapi ia belum siap. Ia belum siap menghadapi kenyataan bahwa suatu saat nanti, Galen mungkin akan membenci dirinya karena telah menyembunyikan kebenaran. Di balik pintu kamar, suara isakan kecil terdengar samar. Dan untuk pertama kalinya sejak kejadian itu, , Gaura kembali merasa benar-benar takut. Gaura duduk di tepi ranjangnya, kepalanya tertunduk, dan bahunya bergetar hebat. Ia menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan isakan yang terus mendesak keluar. Namun, pertahanannya runt
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more

Bab 26

Aku sudah membesarkan Galen sendirian, aku sudah melewati semua penderitaan itu... dan sekarang dia datang begitu saja, menuntut sesuatu yang bahkan tidak pernah dia ketahui!" Elia menatap putrinya dengan penuh kelembutan, lalu meraih bahunya kemudian menariknya ke dalam pelukan. Gaura terisak dalam dekapan Ibunya, membiarkan dirinya kembali menjadi anak kecil yang hanya ingin dipeluk dan diyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja. "Nak, aku tahu ini tidak mudah. Aku tahu betapa kerasnya kamu berjuang selama ini. Aku melihat semua luka dan air matamu," ujar Elia pelan, mengelus punggung Gaura dengan lembut. "Tapi kamu tidak bisa membiarkan ketakutanmu mengendalikanmu. Kamu harus menghadapi ini." Gaura menggigit bibirnya, jemarinya mencengkeram erat lengan ibunya. "Aku takut, Bu... Aku takut kehilangan Galen. Aku takut dia akan lebih memilih Edrio daripada aku." Elia menggeleng pelan. "Dengar, Galen tumbuh dengan kasih sayangmu. Dia mengenalmu lebih dari siapa pun. Seorang a
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more

Bab 27

"Edrio, kau pikir ini permainan?!" suara Edwin menggelegar, memenuhi ruangan. Edrio menghentikan langkahnya sejenak, kemudian berbalik untuk menatap Daddynya dengan ekspresi tajam. "Aku tidak pernah menganggap ini sebagai permainan. Tapi aku tidak akan membiarkan bisnis kalian menentukan hidupku!" "Dan kau pikir hidupmu tidak dipengaruhi oleh bisnis keluarga ini?" Ayara menyela dengan suara penuh sindiran. "Kau hidup dalam kemewahan, kau dibesarkan untuk memimpin perusahaan ini. Sekarang, kau ingin menolak semua itu hanya karena seorang anak yang baru saja kau ketahui keberadaannya?!" "Dia anakku, Mom!" Edrio membalas dengan suara penuh tekanan. "Aku tidak bisa mengabaikannya lebih lama lagi!" Ayara menatapnya dengan tajam. "Gaura tidak akan membiarkanmu begitu saja masuk ke dalam kehidupannya, Edrio! Coba kau pikir baik-baik!" Edrio terdiam. Ia tahu Mommynya benar. Gaura tidak akan menerimanya dengan mudah. Bahkan wanita secara terang-terangan menolaknya mentah-mentah. E
last updateLast Updated : 2025-02-01
Read more

Bab 28

"Aku tidak perlu menjelaskan apa pun padamu." Edrio mengertakkan giginya. Prita tertawa kecil, tetapi ada nada sinis di dalamnya. "Oh, aku rasa kau memang perlu. Karena kalau kau tidak menjelaskan sekarang, aku akan mencari tahu dengan caraku sendiri." Tatapan mereka bertemu, dan untuk pertama kalinya, Edrio merasa bahwa Prita bukan hanya masalah kecil yang bisa diabaikan. Dia adalah ancaman nyata. Prita melipat tangan di depan dada, menatap ketiga orang di hadapannya dengan ekspresi penuh selidik. Matanya yang tajam menyapu wajah Edrio, lalu bergeser ke Edwin dan Ayara yang tampak tegang. "Baiklah," Prita akhirnya berkata, suaranya terdengar manis, tetapi ada nada tajam yang terselip di dalamnya. "Aku mengerti kalau kalian semua berusaha menyembunyikan sesuatu. Tapi lucu sekali, ya? Sepertinya aku adalah satu-satunya yang tidak diizinkan tahu." Tidak ada yang menjawab. Prita menghela napas, lalu tersenyum kecil—senyum yang jelas mengandung ejekan. "Kupikir kita sudah bertunan
last updateLast Updated : 2025-02-01
Read more

Bab 29

Sementara itu, di dalam dapur yang hangat dan penuh aroma manis, Gaura tengah sibuk mengaduk adonan kue coklat di sebuah mangkuk besar. Galen berdiri di sampingnya dengan celemek kecil bergambar kartun favoritnya. Wajah anak itu masih sedikit murung, tetapi tangannya tetap sibuk menuangkan tepung dengan hati-hati. Di sudut lain, Elia yang mulai menua tersenyum lembut sambil mengawasi mereka. Ia tahu bahwa putrinya sedang berusaha mengalihkan pikiran Galen dari Edrio, meskipun itu tidak akan semudah yang mereka kira. "Oke, Galen sayang, sekarang kita tuang coklat lelehnya, ya," kata Gaura dengan suara ceria, berusaha membuat suasana tetap ringan. Galen mengangguk, tetapi ia hanya mengaduk perlahan tanpa semangat. Elia melihat itu dan memutuskan untuk ikut berbicara. "Nak, kau tahu tidak? Waktu Bunda masih kecil, Bunda juga sering membantu Nenek membuat kue seperti ini," ucap Elia, mencoba menghangatkan suasana. Galen menatapnya dengan sedikit lebih tertarik. "Benarkah, Nek?
last updateLast Updated : 2025-02-01
Read more

Bab 30

"Ah, aku harus secepatnya melakukan sesuatu." *** Kini, di sebuah sudut kota, di dalam restoran mewah yang sepi pelanggan pada malam hari, seorang pria berpakaian rapi dengan wajah dingin duduk di depan meja, menunggu seseorang. Tak lama kemudian, seorang wanita bergaun merah anggun memasuki ruangan. Prita melangkah dengan percaya diri, bibirnya melengkung dalam senyuman tipis yang menyiratkan kemenangan. Pria di depannya, yang telah ia tugaskan untuk menyelidiki Gaura dan Galen, menganggukkan kepala dengan hormat sebelum menyerahkan sebuah amplop tebal. "Pekerjaan sudah selesai," katanya datar. "Dan saya yakin informasi ini akan sangat berguna bagi Anda." Prita mengambil amplop itu dengan antusias. Begitu ia membukanya, matanya membesar saat melihat isinya. Ada foto-foto Gaura yang sedang mengandung, catatan medis yang menunjukkan bahwa dia pernah menjalani pemeriksaan kehamilan bertahun-tahun lalu. Tangannya mengepal. Napasnya memburu. "Jadi… benar-benar anaknya?" gumamnya,
last updateLast Updated : 2025-02-02
Read more
PREV
1234567
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status