Share

Bab 22

last update Last Updated: 2025-01-29 18:35:12

"Ada apa?" jawab Edrio dengan nada datar.

Ternyata, Prita mengabari suatu hal yang membuat pria itu harus segera menemuinya. Mau tak mau, akhirnya Edrio pun meninggalkan ruang pribadi milik Gaura tersebut.

Beberapa hari kemudian, di sebuah restoran.

Restoran mewah itu dipenuhi dengan aroma makanan lezat dan gemerincing suara peralatan makan. Gaura duduk bersama Galen di meja dekat jendela besar yang menghadap ke taman luar. Mereka menikmati makan malam sederhana, meskipun suasana hati Gaura tampak sedikit gelisah. Sejak kejadian terakhir dengan Edrio, pikirannya terus dipenuhi berbagai kemungkinan yang membuatnya resah. Namun, ia berusaha sekuat tenaga untuk tetap tersenyum di depan Galen.

“Bunda, lihat! Ini gambar yang aku buat di sekolah tadi.” Galen dengan bangga menunjukkan sebuah gambar di kertas kepada Gaura. Gambar itu menunjukkan seorang pria, wanita, dan seorang anak kecil yang saling bergandengan tangan.

Gaura tersenyum, meskipun hatinya terasa sesak. “Gambar yang
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 23

    “Entah kenapa, aku merasa Galen itu mirip sekali denganmu! Lucu, kan?” Deg! Edrio, yang awalnya terdiam, tiba-tiba mengangkat wajahnya. Matanya yang gelap menatap tajam ke arah Prita. Ia tidak mengatakan apa-apa, tapi rahangnya mengeras. Prita, yang tidak menyadari ketegangan yang muncul, melanjutkan dengan nada candaan. “Kau tahu, wajah anak itu benar-benar seperti miniatur dirimu! Kalau aku tidak tahu kau hanya pernah bersamaku selama ini, aku pasti sudah bertanya apakah dia anakmu!” “Prita,” Edrio akhirnya membuka mulut. Suaranya datar, namun ada nada peringatan yang jelas. “Hentikan.” Prita tersentak mendengar nada suaranya yang dingin. Ia menatap Edrio dengan bingung, senyumnya mulai memudar. “Kenapa? Aku hanya bercanda. Apa aku mengatakan sesuatu yang salah?” Namun, Edrio tidak menjawab. Ia hanya mengalihkan pandangannya, matanya kembali mencari sosok Gaura dan Galen yang kini sudah tidak terlihat di dalam restoran. Napasnya berat, seperti sedang menahan sesuatu. “Edrio,

    Last Updated : 2025-01-30
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 24

    “Ada sesuatu di antara mereka,” gumam Prita setelah keluar dari restoran, Prita masuk ke dalam mobilnya dengan ekspresi wajah yang sulit ditebak. Jemarinya mencengkeram erat setir, napasnya berat, dadanya terasa sesak. Tatapan Edrio yang penuh emosi saat menatap Gaura dan Galen tadi terus terngiang di benaknya. Prita tidak bodoh. Selama bertahun-tahun mengenal Edrio, pria itu selalu memiliki kendali atas emosinya. Tapi malam ini? Tidak. Prita bisa melihat ada sesuatu yang Edrio sembunyikan. Sesuatu yang besar. Ia mengeluarkan ponselnya, mencari sebuah kontak, lalu menekan tombol panggil. “Ya, ada apa?” Suara seorang pria di ujung telepon terdengar dalam dan tenang. “Aku butuh bantuanmu,” kata Prita tanpa basa-basi. “Hm? Apa yang terjadi?” Prita menggigit bibirnya sejenak, mencoba menyusun kata-kata. “Aku ingin kau menyelidiki sesuatu. Tentang Edrio... dan seorang wanita bernama Gaura. Juga anak kecil bernama Galen." Ada jeda sejenak di telepon sebelum seseorang itu menja

    Last Updated : 2025-01-30
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 25

    "Atau Bunda menyembunyikan sesuatu dariku?" Gaura tersentak. Kata-kata itu begitu tajam, seolah menyayat pertahanannya yang selama ini ia bangun. Tanpa menunggu jawaban, Galen meraih gambarnya yang belum selesai dan berlari menuju kamarnya sendiri, membanting pintu di belakangnya. Gaura terdiam di tempat, merasakan hatinya semakin berat. Ia memijat pelipisnya, menahan perasaan bersalah yang mulai merayap di dadanya. Ia tahu hari itu akan datang—hari di mana Galen mulai mempertanyakan semuanya. Tapi ia belum siap. Ia belum siap menghadapi kenyataan bahwa suatu saat nanti, Galen mungkin akan membenci dirinya karena telah menyembunyikan kebenaran. Di balik pintu kamar, suara isakan kecil terdengar samar. Dan untuk pertama kalinya sejak kejadian itu, , Gaura kembali merasa benar-benar takut. Gaura duduk di tepi ranjangnya, kepalanya tertunduk, dan bahunya bergetar hebat. Ia menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan isakan yang terus mendesak keluar. Namun, pertahanannya runt

    Last Updated : 2025-01-31
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 26

    Aku sudah membesarkan Galen sendirian, aku sudah melewati semua penderitaan itu... dan sekarang dia datang begitu saja, menuntut sesuatu yang bahkan tidak pernah dia ketahui!" Elia menatap putrinya dengan penuh kelembutan, lalu meraih bahunya kemudian menariknya ke dalam pelukan. Gaura terisak dalam dekapan Ibunya, membiarkan dirinya kembali menjadi anak kecil yang hanya ingin dipeluk dan diyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja. "Nak, aku tahu ini tidak mudah. Aku tahu betapa kerasnya kamu berjuang selama ini. Aku melihat semua luka dan air matamu," ujar Elia pelan, mengelus punggung Gaura dengan lembut. "Tapi kamu tidak bisa membiarkan ketakutanmu mengendalikanmu. Kamu harus menghadapi ini." Gaura menggigit bibirnya, jemarinya mencengkeram erat lengan ibunya. "Aku takut, Bu... Aku takut kehilangan Galen. Aku takut dia akan lebih memilih Edrio daripada aku." Elia menggeleng pelan. "Dengar, Galen tumbuh dengan kasih sayangmu. Dia mengenalmu lebih dari siapa pun. Seorang a

    Last Updated : 2025-01-31
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 27

    "Edrio, kau pikir ini permainan?!" suara Edwin menggelegar, memenuhi ruangan. Edrio menghentikan langkahnya sejenak, kemudian berbalik untuk menatap Daddynya dengan ekspresi tajam. "Aku tidak pernah menganggap ini sebagai permainan. Tapi aku tidak akan membiarkan bisnis kalian menentukan hidupku!" "Dan kau pikir hidupmu tidak dipengaruhi oleh bisnis keluarga ini?" Ayara menyela dengan suara penuh sindiran. "Kau hidup dalam kemewahan, kau dibesarkan untuk memimpin perusahaan ini. Sekarang, kau ingin menolak semua itu hanya karena seorang anak yang baru saja kau ketahui keberadaannya?!" "Dia anakku, Mom!" Edrio membalas dengan suara penuh tekanan. "Aku tidak bisa mengabaikannya lebih lama lagi!" Ayara menatapnya dengan tajam. "Gaura tidak akan membiarkanmu begitu saja masuk ke dalam kehidupannya, Edrio! Coba kau pikir baik-baik!" Edrio terdiam. Ia tahu Mommynya benar. Gaura tidak akan menerimanya dengan mudah. Bahkan wanita secara terang-terangan menolaknya mentah-mentah. E

    Last Updated : 2025-02-01
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 28

    "Aku tidak perlu menjelaskan apa pun padamu." Edrio mengertakkan giginya. Prita tertawa kecil, tetapi ada nada sinis di dalamnya. "Oh, aku rasa kau memang perlu. Karena kalau kau tidak menjelaskan sekarang, aku akan mencari tahu dengan caraku sendiri." Tatapan mereka bertemu, dan untuk pertama kalinya, Edrio merasa bahwa Prita bukan hanya masalah kecil yang bisa diabaikan. Dia adalah ancaman nyata. Prita melipat tangan di depan dada, menatap ketiga orang di hadapannya dengan ekspresi penuh selidik. Matanya yang tajam menyapu wajah Edrio, lalu bergeser ke Edwin dan Ayara yang tampak tegang. "Baiklah," Prita akhirnya berkata, suaranya terdengar manis, tetapi ada nada tajam yang terselip di dalamnya. "Aku mengerti kalau kalian semua berusaha menyembunyikan sesuatu. Tapi lucu sekali, ya? Sepertinya aku adalah satu-satunya yang tidak diizinkan tahu." Tidak ada yang menjawab. Prita menghela napas, lalu tersenyum kecil—senyum yang jelas mengandung ejekan. "Kupikir kita sudah bertunan

    Last Updated : 2025-02-01
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 29

    Sementara itu, di dalam dapur yang hangat dan penuh aroma manis, Gaura tengah sibuk mengaduk adonan kue coklat di sebuah mangkuk besar. Galen berdiri di sampingnya dengan celemek kecil bergambar kartun favoritnya. Wajah anak itu masih sedikit murung, tetapi tangannya tetap sibuk menuangkan tepung dengan hati-hati. Di sudut lain, Elia yang mulai menua tersenyum lembut sambil mengawasi mereka. Ia tahu bahwa putrinya sedang berusaha mengalihkan pikiran Galen dari Edrio, meskipun itu tidak akan semudah yang mereka kira. "Oke, Galen sayang, sekarang kita tuang coklat lelehnya, ya," kata Gaura dengan suara ceria, berusaha membuat suasana tetap ringan. Galen mengangguk, tetapi ia hanya mengaduk perlahan tanpa semangat. Elia melihat itu dan memutuskan untuk ikut berbicara. "Nak, kau tahu tidak? Waktu Bunda masih kecil, Bunda juga sering membantu Nenek membuat kue seperti ini," ucap Elia, mencoba menghangatkan suasana. Galen menatapnya dengan sedikit lebih tertarik. "Benarkah, Nek?

    Last Updated : 2025-02-01
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 30

    "Ah, aku harus secepatnya melakukan sesuatu." *** Kini, di sebuah sudut kota, di dalam restoran mewah yang sepi pelanggan pada malam hari, seorang pria berpakaian rapi dengan wajah dingin duduk di depan meja, menunggu seseorang. Tak lama kemudian, seorang wanita bergaun merah anggun memasuki ruangan. Prita melangkah dengan percaya diri, bibirnya melengkung dalam senyuman tipis yang menyiratkan kemenangan. Pria di depannya, yang telah ia tugaskan untuk menyelidiki Gaura dan Galen, menganggukkan kepala dengan hormat sebelum menyerahkan sebuah amplop tebal. "Pekerjaan sudah selesai," katanya datar. "Dan saya yakin informasi ini akan sangat berguna bagi Anda." Prita mengambil amplop itu dengan antusias. Begitu ia membukanya, matanya membesar saat melihat isinya. Ada foto-foto Gaura yang sedang mengandung, catatan medis yang menunjukkan bahwa dia pernah menjalani pemeriksaan kehamilan bertahun-tahun lalu. Tangannya mengepal. Napasnya memburu. "Jadi… benar-benar anaknya?" gumamnya,

    Last Updated : 2025-02-02

Latest chapter

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 82

    Brak! Galen yang sedang bermain di lantai langsung tersentak dan berlari ke arah Gaura. Semua orang menoleh ke arah jendela, Edrio pun langsung berdiri, wajahnya berubah serius. “Ada apa itu?” Ayara bertanya panik. Elia juga terlihat cemas, tangannya refleks menggenggam lengan Gaura. Edrio berjalan ke arah pintu dengan langkah waspada, sementara Edwin mengikutinya dari belakang. “Jangan buka pintunya dulu,” perintah Edwin, nada suaranya penuh kewaspadaan. Gaura bangkit berdiri, hatinya mulai dipenuhi rasa tak nyaman. Ia segera membawa Galen lebih dekat padanya, melindungi anak itu di belakang tubuhnya. Edrio melirik ke arah luar dari celah jendela, matanya menyipit tajam. “Ada mobil hitam asing yang terparkir di depan pagar…” gumamnya rendah. Edwin mengernyit. “Mobil siapa?” Belum sempat ada yang menjawab, tiba-tiba terdengar suara derap langkah tergesa-gesa di luar rumah. Lalu, seseorang mulai mengetuk pintu—bukan ketukan biasa, tapi lebih seperti gedoran keras. Dug! Dug!

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 81

    "Aku berharap..." Gaura hampir menyelesaikan kalimatnya ketika tiba-tiba terdengar suara keras dari dapur. Brak! Semua orang tersentak. Ayara langsung menaruh tangannya di dada, terkejut. “Astaga, suara apa itu?” Elia segera berdiri. “Mungkin kucing liar. Aku akan lihat.”Namun sebelum ia bisa melangkah, seorang pria berbaju hitam muncul dari arah dapur, wajahnya penuh keringat. Ia adalah salah satu pelayan yang bekerja untuk keluarga Edrio. "Maafkan saya, Tuan, Nyonya... saya... saya hanya tidak sengaja menjatuhkan nampan," katanya gugup. Gaura menatap tajam ke arah dapur. “Apa yang kau lakukan di sana?“ Pria itu terlihat semakin gelisah, matanya melirik ke kanan dan ke kiri, seperti sedang mencari jalan keluar. Edrio yang peka terhadap gerak-gerik orang langsung berdiri. “Siapa yang menyuruhmu kemari?” Pria itu menelan ludah. "Aku hanya... hanya ingin memastikan keadaan rumah ini aman..." "Jangan berbohong," suara Edrio kini terdengar jauh lebih dingin. “Aku tida

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 80

    ”Aku akan melakukannya,“ ucap Edrio tegas. **** Kini, Gaura sedang duduk di ruang tamu, menyesap teh hangat sembari memeriksa beberapa berkas yang berkaitan dengan studionya. Setelah kejadian kemarin, ia masih perlu waktu untuk memulihkan reputasi bisnisnya, dan itu bukan hal yang mudah. Ponselnya tiba-tiba bergetar di atas meja. Ia melihat nama yang tertera di layar—Edrio. Gaura menghela napas sebelum mengangkatnya. “Ada apa?” tanyanya langsung. Di seberang telepon, suara Edrio terdengar tenang seperti biasa. “Apa kau ada waktu untuk bicara?” Gaura melirik jam di dinding. “Aku sedang istirahat sebentar. Jadi, cepatlah bicara.” Hening sejenak sebelum Edrio berkata, “Aku akan datang ke rumah bersama kedua orang tuaku.” Gaura tertegun. “Apa?” “Aku ingin melamarmu, Gaura,” lanjut Edrio, suaranya tegas dan tak terbantahkan. “Dan aku ingin melakukannya secara resmi, di hadapan orang tuaku dan Ibumu.” Jantung Gaura seakan berhenti berdetak sesaat. Lamaran? Ia bangkit d

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 79

    Hari-hari berikutnya, Edrio membuktikan kata-katanya dengan tindakan nyata. Meskipun kesibukannya sebagai CEO menuntut banyak waktu, pria itu selalu menyempatkan diri untuk hadir dalam kehidupan Galen dan Gaura. Pagi hari, sebelum berangkat ke kantor, ia akan mampir ke rumah Gaura untuk memastikan Galen siap berangkat ke sekolah. Jika Gaura terlalu sibuk dengan urusannya sendiri, Edrio akan mengantar Galen secara langsung. Seperti pagi ini, Gaura sedang sibuk mengurus dokumen untuk kembali membuka studionya. “Bunda, aku berangkat!” seru Galen dengan penuh semangat, tas kecilnya sudah tergantung di punggung. Gaura berbalik dan hendak menghampirinya, tapi sebelum ia bisa bergerak, seseorang telah lebih dulu membungkuk di hadapan Galen. “Sudah siap?” Galen mengangkat wajahnya dan tersenyum lebar. “Ayah!” Gaura memandang Edrio yang sudah siap dengan kemeja putih dan jas hitamnya. “Kau mau mengantarnya?” Edrio mengangguk. “Ya. Aku ada rapat nanti pagi, tapi aku masih punya

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 78

    Setelah membawa belanjaan masuk ke dalam rumah, Gaura menghela napas panjang. Ia memandangi Galen yang masih tertidur di pelukannya, kemudian perlahan membaringkannya di sofa dengan hati-hati agar tidak membangunkannya. Di sisi lain, Edrio sibuk merapikan belanjaan mereka ke meja. Meskipun ia seorang CEO yang terbiasa menyuruh orang lain, pria itu tidak segan untuk turun tangan sendiri. Gaura memperhatikannya dengan tatapan yang sulit diartikan. Ketika akhirnya mereka duduk di ruang tamu, keheningan menyelimuti mereka untuk beberapa saat. Gaura menggigit bibirnya, berusaha mencari kata-kata yang tepat untuk membuka pembicaraan. “Aku masih belum terbiasa dengan ini,” katanya akhirnya, suaranya sedikit pelan. Edrio menatapnya. “Maksudmu?” “Kau yang tiba-tiba ada di sini, menghabiskan waktu bersama kami… Mengajak Galen berbelanja dan makan siang… Rasanya tidak nyata,” Gaura mengakui. Edrio menyandarkan punggungnya ke sofa, menatap Gaura tanpa terburu-buru. “Kau masih berpikir

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 77

    Sementara mereka berjalan menuju gerbang sekolah, beberapa orang tua murid yang mengenal Gaura menatapnya dengan berbagai ekspresi. Ada yang simpati, ada yang penasaran, bahkan ada yang berbisik-bisik. “Dia itu, kan, pemilik studio yang kemarin sempat kena skandal…” “Tapi katanya sudah terbukti tidak bersalah.” “Iya, dan ternyata Ayah dari Galen itu… CEO besar yang terkenal itu.” Gaura menundukkan kepalanya, menahan napas. Ia sudah terbiasa menghadapi berbagai omongan orang, tapi kali ini berbeda. Kali ini, semuanya berhubungan dengan dirinya dan Edrio. “Bunda?” suara Galen menariknya kembali ke realitas. Gaura tersenyum dan mengusap kepala putranya. “Tidak apa-apa, Sayang. Sana masuk, ya. Belajar yang rajin.” Galen mengangguk. “Baik, Bunda!” Anak itu berlari masuk ke dalam sekolah, bergabung dengan teman-temannya. Gaura masih berdiri di tempatnya, memperhatikan putranya dengan tatapan lembut.Beberapa jam kemudian, akhirnya Galen keluar dari gerbang sekolah dengan wajah ceria

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 76

    Setelah konferensi pers yang mengguncang dunia, Gaura akhirnya tiba di rumahnya dengan kepala penuh dengan berbagai macam pikiran. Ia masih tidak percaya bahwa Edrio telah mengungkapkan semuanya di depan publik—tentang Galen, tentang mereka, dan… tentang pernikahan.Ia menghempaskan tubuhnya di sofa, mencoba mengatur napas dan pikirannya yang masih berantakan. Namun, ketenangan itu tidak berlangsung lama karena ibunya, Elia, muncul dari dapur dengan ekspresi serius.“Gaura…” suara lembut Elia memanggilnya.Gaura mengangkat wajahnya, menatap sang ibu yang kini berjalan mendekat dan duduk di sampingnya.“Kau baik-baik saja?” tanya Elia dengan nada penuh kekhawatiran.Gaura menghela napas panjang. "Aku… tidak tahu, Bu."Elia mengamati wajah putrinya yang terlihat lelah dan penuh kebingungan. “Aku melihat konferensi pers tadi di televisi. Itu… kejutan besar, Nak.”Gaura memijat pelipisnya. “Aku juga tidak menyangka Edrio akan melakukan hal itu, Bu. Dia mengatakannya begitu saja, di depan

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 75

    Edrio melirik ke arah Gaura sejenak, lalu kembali menatap ke depan. "Selama ini, banyak yang berspekulasi tentang hubungan antara aku dan Gaura," lanjutnya. "Hari ini, aku akan mengungkapkan kebenarannya." Gaura semakin bingung. Ia tidak tahu apa yang akan dikatakan Edrio, tetapi dari cara pria itu berbicara, ia bisa merasakan sesuatu yang besar akan terjadi. Edrio menatap langsung ke arah kamera, memastikan bahwa setiap kata yang keluar dari mulutnya akan terdengar jelas oleh seluruh dunia. "Aku dan Gaura tidak hanya memiliki hubungan bisnis," katanya, suaranya terdengar semakin tegas. "Kami memiliki hubungan yang jauh lebih dalam dari itu. Kami telah memiliki seorang anak bersama." DEG! Gaura merasa jantungnya berhenti sesaat. Apa yang baru saja dia katakan?! Refleks, kepalanya menoleh cepat menatap pria itu yang hanya menampilkan wajah tegas. Ruangan pun langsung meledak dalam kehebohan. Wartawan berteriak-teriak, suara kamera yang memotret semakin riuh, dan bebera

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 74

    "Selain pengakuan wanita yang menjadi korban, kami juga telah mengumpulkan bukti forensik bahwa tidak ada kandungan berbahaya dalam kosmetik dari Studio Gaura. Semua tuduhan yang telah beredar di media adalah hasil manipulasi." Sebuah dokumen resmi dari lembaga uji klinis ditampilkan di layar, memperkuat pernyataan Edrio. Gaura menghela napas dalam diam. Ini adalah bukti kuat yang akan membersihkan namanya. Namun, kejutan terbesar belum datang. Edrio menoleh padanya, lalu berkata, "Gaura, sekarang giliranmu." Gaura menegang. Ia telah mempersiapkan pidatonya, tetapi tetap saja, berbicara di hadapan ratusan orang bukanlah hal yang mudah. Namun, ini adalah momen yang ia tunggu-tunggu. Dengan mantap, Gaura melangkah ke depan dan menatap langsung ke arah kamera. "Saya, Gaura, pemilik Studio Gaura, ingin menyampaikan sesuatu kepada semua pelanggan dan pendukung saya. Saya tidak pernah, sekalipun, menjual produk berbahaya. Saya telah bekerja keras untuk membangun bisnis i

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status