Share

Bab 24

Penulis: SaljuHitam1505
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-30 16:06:22

“Ada sesuatu di antara mereka,” gumam Prita setelah keluar dari restoran, Prita masuk ke dalam mobilnya dengan ekspresi wajah yang sulit ditebak. Jemarinya mencengkeram erat setir, napasnya berat, dadanya terasa sesak. Tatapan Edrio yang penuh emosi saat menatap Gaura dan Galen tadi terus terngiang di benaknya.

Prita tidak bodoh. Selama bertahun-tahun mengenal Edrio, pria itu selalu memiliki kendali atas emosinya. Tapi malam ini? Tidak. Prita bisa melihat ada sesuatu yang Edrio sembunyikan. Sesuatu yang besar.

Ia mengeluarkan ponselnya, mencari sebuah kontak, lalu menekan tombol panggil.

“Ya, ada apa?” Suara seorang pria di ujung telepon terdengar dalam dan tenang.

“Aku butuh bantuanmu,” kata Prita tanpa basa-basi.

“Hm? Apa yang terjadi?”

Prita menggigit bibirnya sejenak, mencoba menyusun kata-kata. “Aku ingin kau menyelidiki sesuatu. Tentang Edrio... dan seorang wanita bernama Gaura. Juga anak kecil bernama Galen."

Ada jeda sejenak di telepon sebelum seseorang itu menja
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 1

    “Ah! Pak! Lepaskan saya!” Dengan gerakan cepat, Edrio menarik pergelangan tangan Gaura, membuat wanita itu terkejut dan berusaha melepaskan diri. Gaura, yang selama ini dikenal sebagai bodyguard tangguh, tidak pernah membayangkan dirinya berada dalam situasi seperti ini—ditawan oleh pria yang seharusnya ia lindungi. “Pak Edrio, sadarlah! Anda bukan diri Anda sendiri!” teriak Gaura, mencoba meronta dari cengkeraman pria itu. Namun, Edrio tidak mendengarkan. Matanya yang biasanya penuh kendali kini memancarkan sesuatu yang liar dan gelap. “Diam, Gaura. Aku tidak butuh nasihatmu sekarang,” desisnya, mendorong tubuh Gaura ke dinding dengan kasar. Suaranya terdengar sangat berat dengan napas yang tidak beraturan karena gairah yang tertahan. “Jangan sentuh saya!” Gaura berusaha menendang Edrio untuk mempertahankan diri, tetapi pria itu terlalu cepat. Tangan besar pria itu dengan sigap menahan gerakannya, membuat Gaura semakin terpojok. “Kamu tidak bisa kabur dariku,” gumam Edrio s

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 2

    “Saya di sana karena tugas, Pak. Anda mabuk dan menahan saya untuk tidak meninggalkan Anda.” Edrio duduk di kursi kebesarannya, tangannya mengetuk-ngetuk meja dengan ritme tak beraturan. Pikirannya terus berputar pada kejadian semalam. Mata tajamnya melihat ke depan dimana Gaura berada. Pagi tadi, saat dia terkejut melihat keberadaan Gaura di dalam kamar mandi, wanita itu langsung pergi tanpa mengatakan sepatah katapun. Maka dari itu, kini ia meminta kejelasan. Edrio menyandarkan tubuhnya ke kursi, matanya tidak lepas dari Gaura. “Tugas? Apakah itu termasuk tinggal semalaman di kamarku?” “Saya mencoba pergi, tapi anda tidak mengizinkan. Saya hanya menjalankan perintah anda, Pak,” jawab Gaura dengan nada tegas, namun tetap sopan. Edrio mendengus. “Jadi, kamu hanya mengikuti perintahku? Tidak lebih dari itu?” “Tidak lebih, Pak.” Hening melingkupi ruangan. Edrio menatap Gaura dengan intens, mencoba membaca pikirannya. Tapi Gaura tidak menunjukkan celah sedikit pun. Pria itu y

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 3

    “Ya, ini ada hubungannya dengan Gaura. Kau, cari tahu siapa yang berusaha menjebakku semalam di bar," perintah Edrio pada Brian. Brian menyadari ada sesuatu yang tidak beres. Pria itu dengan cepat menganggukkan kepalanya. "Baik, Pak. Saya akan menyelidikinya sekarang," balasnya sambil membuka ponsel miliknya kemudian mengutak-atiknya. Beberapa saat kemudian, Brian begitu terkejut melihat hasilnya. "Pak, saya sudah mengirimkan hasil penyelidikannya pada anda," ucapnya. Edrio segera membuka laptopnya, kemudian melihat semua hasil penyelidikan Brian. Tangannya mengepal dengan rahang yang mengeras. “Singkirkan semuanya tikus-tikus itu!“ ***Satu bulan telah berlalu. Kini, Gaura tengah berdiri tegak di lapangan tembak, matanya fokus pada target yang terletak beberapa meter di depannya. Udara pagi yang sejuk terasa menyegarkan, namun tubuhnya yang sudah mulai lelah tak dapat menyembunyikan rasa nyeri yang menjalar ke seluruh tubuh. Beberapa minggu terakhir, Gaura merasa semakin lelah, b

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 4

    Di ruang klinik besar yang sunyi, Gaura terlihat berjalan perlahan dengan langkah yang goyah. Perawat yang menemaninya membantu menguatkan tubuhnya, tetapi wajah Gaura tetap tampak kosong, jauh di dalam pikirannya. Sejak kembali dari pemeriksaan, hatinya terasa begitu berat. Kehamilannya, yang tak pernah terpikirkan olehnya, kini terpampang nyata. Setiap langkahnya, setiap tarikan napasnya, seakan menjadi beban yang semakin tak tertahankan. Gaura, yang terbiasa menjaga jarak dan tegar sebagai seorang bodyguard, kini harus menghadapi kenyataan pahit yang mengancam hidupnya. Kehamilan ini—yang tidak diinginkan—adalah bencana yang tidak bisa ia hindari. Hatinya bergejolak saat memikirkan bagaimana ibunya akan merespons. Sebagai seorang bodyguard, Gaura dilatih untuk menghadapi berbagai ancaman fisik, namun ancaman yang datang kali ini berasal dari dalam dirinya sendiri. Sesampainya di rumah, Gaura disambut dengan omelan Elia yang khawatir. Wajah ibunya yang sudah tak muda lagi terlihat

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 5

    "Kamu ingin mengundurkan diri? Kenapa? Kita harus berbicara tentang beberapa tugas besar yang harus kamu tangani setelah kamu tinggalkan." Gaura menatapnya dengan mata yang tidak bisa menyembunyikan sedikit pun keraguan. "Pak Edrio, saya merasa kesehatan saya semakin memburuk. Dokter menyarankan saya untuk beristirahat, fokus pada pengobatan dan pemulihan," jawab Gaura dengan suara yang sedikit gemetar, berusaha meyakinkan Edrio. Edrio menatapnya tajam, ragu. Sejak pertama kali bertemu Gaura, ia tahu wanita ini bukan tipe orang yang mudah mengeluh atau menyerah. Gaura selalu tampak kuat, tidak pernah menunjukkan kelemahan. "Tapi kamu tampak sehat-sehat saja, Gaura. Sepertinya tidak ada yang salah denganmu. Apa ini benar-benar alasanmu mengundurkan diri?" tanya Edrio, nada suaranya mulai berubah.Gaura menunduk, berusaha menahan perasaan yang mulai mencemaskan hati. Ia tahu bahwa kebohongannya ini harus tampak meyakinkan. "Sebenarnya, saya sudah merasa tidak enak badan sejak lama, Pa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 6

    Gaura berusaha menyembunyikan kegelisahannya. Tangannya gemetar saat menyentuh alat rias, tetapi ia mencoba tersenyum setenang mungkin. Edrio tampak terpaku di tempatnya, matanya masih menatap Gaura dengan ekspresi yang sulit diartikan—ada keterkejutan, rasa bersalah, dan sesuatu yang lebih dalam. Sementara itu, Galen, yang tak menyadari ketegangan di antara mereka, menatap pria itu dengan penuh rasa ingin tahu. "Tuan, apakah sakit? Apa aku menabrak terlalu keras?" Edrio akhirnya tersadar, mengalihkan pandangan dari Gaura, lalu menunduk ke arah Galen. Suaranya serak saat berbicara. "Tidak apa-apa." Wanita yang sedang dirias oleh Gaura tersenyum sambil menoleh ke arah Edrio. "Sayang, kenapa diam di sana? Mendekatlah. Lihat, Gaura sudah hampir selesai. Sebentar lagi kita siap untuk acara ini." Gaura menelan ludah. Pikirannya berputar cepat. 'Sayang... jadi benar, dia pria itu. Edrio adalah calon tunangan wanita ini.' Edrio berjalan mendekat, langkahnya berat, seperti menahan be

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 7

    Aula penuh dengan tawa dan obrolan hangat. Prita, yang merupakan tunangan Edrio, berdiri di tengah ruangan, tersenyum lebar sambil menerima ucapan selamat dari tamu-tamu yang mengelilinginya. Gaun panjangnya berkilauan, dan tangannya yang mengenakan cincin pertunangan memegang lengan Edrio dengan posesif. Namun, Edrio tidak sepenuhnya peduli. Tatapannya, meski diarahkan ke tamu-tamu yang berbicara, sesekali melirik ke sudut ruangan tempat Gaura dan Galen berdiri. Ada sesuatu yang tidak bisa ia abaikan—sesuatu yang mengganggu pikirannya sejak pertama kali ia melihat anak kecil itu. Entah mengapa, dia merasa dekat dengan anak itu. Prita menyadari sikap tunangannya yang tidak biasa. “Sayang,” ujarnya pelan sambil memiringkan kepala. “Apa kau baik-baik saja? Kau terlihat… tidak fokus.” Edrio menoleh, wajahnya datar seperti biasa. “Tidak ada.” “Benarkah?” Priska menatapnya dengan penuh rasa ingin tahu. “Kau kenapa? Kau biasanya tidak begini.” Edrio menghela napas kecil, mencoba

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 8

    Pagi itu, rutinitas berjalan seperti biasa. Gaura menyiapkan sarapan sambil memastikan Galen tidak lupa membawa semua perlengkapannya ke sekolah. Namun, pikirannya masih dipenuhi kekhawatiran tentang Edrio. Pertemuan mereka telah mengguncang ketentraman hidupnya. “Bunda, aku sudah siap!” seru Galen sambil berlari ke meja makan. Gaura menoleh, tersenyum lembut meskipun hatinya gelisah. “Baiklah, habiskan sarapanmu dulu. Setelah itu kita berangkat.” Seperti biasa, ia mengantar Galen ke gerbang sekolah dan memastikan anaknya masuk dengan aman. Setelah melambaikan tangan, Gaura pergi menuju tempat kerjanya, mencoba mengabaikan perasaan ganjil yang tidak mau hilang dari benaknya. Namun, di balik pagar sekolah, seseorang memperhatikan Galen dengan seksama. *** Saat jam istirahat tiba, Galen duduk di taman sekolah. Ia memakan bekalnya dengan santai. Anak-anak lain bermain di sekitar, tetapi Galen memilih duduk sendirian, memperhatikan bunga-bunga yang bermekaran di taman kecil

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21

Bab terbaru

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 24

    “Ada sesuatu di antara mereka,” gumam Prita setelah keluar dari restoran, Prita masuk ke dalam mobilnya dengan ekspresi wajah yang sulit ditebak. Jemarinya mencengkeram erat setir, napasnya berat, dadanya terasa sesak. Tatapan Edrio yang penuh emosi saat menatap Gaura dan Galen tadi terus terngiang di benaknya. Prita tidak bodoh. Selama bertahun-tahun mengenal Edrio, pria itu selalu memiliki kendali atas emosinya. Tapi malam ini? Tidak. Prita bisa melihat ada sesuatu yang Edrio sembunyikan. Sesuatu yang besar. Ia mengeluarkan ponselnya, mencari sebuah kontak, lalu menekan tombol panggil. “Ya, ada apa?” Suara seorang pria di ujung telepon terdengar dalam dan tenang. “Aku butuh bantuanmu,” kata Prita tanpa basa-basi. “Hm? Apa yang terjadi?” Prita menggigit bibirnya sejenak, mencoba menyusun kata-kata. “Aku ingin kau menyelidiki sesuatu. Tentang Edrio... dan seorang wanita bernama Gaura. Juga anak kecil bernama Galen." Ada jeda sejenak di telepon sebelum seseorang itu menja

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 23

    “Entah kenapa, aku merasa Galen itu mirip sekali denganmu! Lucu, kan?” Deg! Edrio, yang awalnya terdiam, tiba-tiba mengangkat wajahnya. Matanya yang gelap menatap tajam ke arah Prita. Ia tidak mengatakan apa-apa, tapi rahangnya mengeras. Prita, yang tidak menyadari ketegangan yang muncul, melanjutkan dengan nada candaan. “Kau tahu, wajah anak itu benar-benar seperti miniatur dirimu! Kalau aku tidak tahu kau hanya pernah bersamaku selama ini, aku pasti sudah bertanya apakah dia anakmu!” “Prita,” Edrio akhirnya membuka mulut. Suaranya datar, namun ada nada peringatan yang jelas. “Hentikan.” Prita tersentak mendengar nada suaranya yang dingin. Ia menatap Edrio dengan bingung, senyumnya mulai memudar. “Kenapa? Aku hanya bercanda. Apa aku mengatakan sesuatu yang salah?” Namun, Edrio tidak menjawab. Ia hanya mengalihkan pandangannya, matanya kembali mencari sosok Gaura dan Galen yang kini sudah tidak terlihat di dalam restoran. Napasnya berat, seperti sedang menahan sesuatu. “Edrio,

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 22

    "Ada apa?" jawab Edrio dengan nada datar. Ternyata, Prita mengabari suatu hal yang membuat pria itu harus segera menemuinya. Mau tak mau, akhirnya Edrio pun meninggalkan ruang pribadi milik Gaura tersebut. Beberapa hari kemudian, di sebuah restoran. Restoran mewah itu dipenuhi dengan aroma makanan lezat dan gemerincing suara peralatan makan. Gaura duduk bersama Galen di meja dekat jendela besar yang menghadap ke taman luar. Mereka menikmati makan malam sederhana, meskipun suasana hati Gaura tampak sedikit gelisah. Sejak kejadian terakhir dengan Edrio, pikirannya terus dipenuhi berbagai kemungkinan yang membuatnya resah. Namun, ia berusaha sekuat tenaga untuk tetap tersenyum di depan Galen. “Bunda, lihat! Ini gambar yang aku buat di sekolah tadi.” Galen dengan bangga menunjukkan sebuah gambar di kertas kepada Gaura. Gambar itu menunjukkan seorang pria, wanita, dan seorang anak kecil yang saling bergandengan tangan. Gaura tersenyum, meskipun hatinya terasa sesak. “Gambar yang

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 20

    "Tunggu!" Edrio kembali mengejar langkah Gaura, rasa putus asa meliputi dirinya. Dengan satu gerakan cepat, ia meraih lengan Gaura sekali lagi, lebih kuat dari sebelumnya. "Kamu tidak bisa terus seperti ini, Gaura! Kamu tidak bisa mengambil semuanya dariku, termasuk Galen. Aku punya hak untuk bertemu anakku!" suaranya bergetar, penuh emosi yang tertahan. Gaura menoleh, kemarahan dan rasa sakit yang tak terperi terpancar dari matanya. "Kamu kehilangan hak itu malam itu, saat kamu menghancurkan hidupku! Kamu tidak pantas menjadi Ayah bagi Galen, sama seperti kamu tidak pantas untuk mendapatkan maaf dariku!" Edrio menggertakkan rahangnya, napasnya memburu. "Galen adalah anakku juga, Gaura! Aku tahu aku salah, aku tahu aku telah menyakitimu, tapi aku tidak bisa membiarkan kamu menjauhkan dia dariku. Aku ingin bertanggung jawab sebagai ayahnya! Aku berhak atas itu!" Gaura tertawa sinis, lalu menggeleng perlahan, air mata terus mengalir di pipinya. "Tanggung jawab? Kamu pikir aku perca

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 20

    Gaura melangkah mendekat, jarak mereka semakin dekat. "Tidak ada yang bisa mengubah kenyataan yang sudah terjadi. Kamu mengambil segalanya dari aku malam itu. Aku bahkan tak tahu harus bagaimana menghadapi diriku sendiri setelah itu. Kamu ingin tahu mengapa aku pergi? Karena aku takut, Edrio. Takut kamu akan kembali untuk mengambil lebih banyak lagi!" Edrio menggertakkan giginya, perasaan bersalah dan frustrasi melanda dirinya. Ia mendekat, mencoba menahan emosi yang mulai meledak. “Aku tidak tahu, Gaura! Aku tidak tahu bahwa itu akan jadi seperti ini! Aku bahkan tidak tahu kalau itu mempengaruhi kamu seperti ini. Itu terjadi begitu saja!” Gaura menatap Edrio dengan tatapan yang penuh kekecewaan. “Kamu pikir itu 'terjadi begitu saja'? Kamu pikir itu hanya sebuah kecelakaan? Tidak, Edrio, itu adalah pilihanmu! Kamu memaksaku untuk melakukan hal yang aku tidak ingin lakukan! Aku tidak pernah ingin berada dalam posisi itu!” Edrio merasa ada sebuah ketegangan yang menyesakkan dada.

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 19

    "Gaura, aku...” Edrio terdiam sejenak, kaget mendengar Gaura meluapkan kemarahan seperti itu. Wajahnya yang dingin mulai menunjukkan raut kebingungannya. Gaura mendekat, suaranya semakin keras dan penuh ketegangan. "Kamu tidak tahu, Edrio? Kamu tidak tahu betapa kamu merusak hidupku? Betapa malam itu menghancurkan segalanya? Kamu menjadi perusak dalam hidupku, tanpa izin dan tanpa perasaan, kamu mengambil sesuatu yang telah aku jaga. Kamu… kamu merenggut kesucianku dengan paksa dan memperlakukanku seperti seorang pelacur!" Edrio hanya bisa menatap Gaura dengan tatapan kosong, meskipun hatinya terasa teriris mendengar kata-kata Gaura. "Gaura, aku... aku mengerti... aku tidak tahu harus bagaimana untuk menebus semuanya. Tapi aku hanya ingin semuanya baik-baik saja setelah kita bertemu kembali. Aku hanya ingin..." "Sudah cukup, Edrio!" Gaura mengangkat tangannya, menahan pria itu untuk tidak melanjutkan kata-katanya. “Tidak ada yang bisa baik-baik saja setelah apa yang terjadi. Se

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 18

    Gaura bisa merasakan air mata yang hampir muncul di matanya, namun ia berusaha menahannya. “Ya. Saya sangat tahu anda seperti apa. Tapi kini, anda bukan siapa-siapa saya. Jadi tolong, tak perlu membicarakan hak anda.” Edrio menggeleng pelan, mencoba memahami kata-kata Gaura. “Tapi aku memang berhak Gaura. Aku berhak mengetahui apa yang terjadi. Kenapa kamu memutuskan untuk pergi dan menyembunyikan segalanya?” Gaura berdiri, langkahnya cepat dan tegas. “Aku tidak akan memberi anda jawaban, Tuan. Aku sudah membuat keputusan dan itu tidak bisa diubah.” Kemudian, Edrio berdiri di depan Gaura, menatap wanita itu dengan mata yang penuh ketegasan. Hatinya masih bergejolak dengan berbagai perasaan—kecewa, marah, dan entah apa lagi. Ia tahu Gaura ingin menghindarinya, namun kali ini ia tidak akan membiarkan wanita itu melarikan diri. Tanpa kata, Edrio dengan cepat melangkah dan menahan bahu Gaura, menariknya sedikit lebih kuat sehingga wanita itu menatapnya. “Tuan, lepaskan Saya!” Ga

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 17

    “Aku tidak tahu. Tapi satu hal yang pasti, aku tidak akan meninggalkan Galen. Apa pun yang terjadi," jawabnya dengan menggeleng pelan. Edwin menggelengkan kepalanya dengan frustrasi. “Kau membuat semuanya lebih rumit, Edrio. Tapi jika itu keputusanmu, kami tidak bisa menghentikanmu. Tapi jangan harap semuanya akan berjalan mulus.” Ayara menghela napas panjang, lalu menatap Edrio dengan tatapan penuh kasih sayang meski masih ada sedikit kekecewaan. “Kami tidak akan menghalangimu, Edrio. Tapi pikirkan baik-baik. Jangan sampai kau menyesali keputusan ini nanti.” Edrio mengangguk pelan, menatap kedua orang tuanya dengan penuh tekad. “Terima kasih. Aku tahu ini tidak mudah untuk kita semua, tapi aku harus melakukan ini.” Ayara dan Edwin saling berpandangan, mencoba mencerna keputusan putra mereka. Di dalam hati Edrio, ia tahu bahwa jalan di depannya akan penuh dengan rintangan. Tapi ia juga tahu bahwa ia tidak akan mundur. Tidak sekarang, tidak setelah mengetahui kebenaran tentan

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 16

    “Edrio, jangan bicara seperti itu pada Mommy-mu!” Edwin membentak. Ayara menghela napas panjang, mencoba menenangkan dirinya. “Kami tidak hanya memikirkan reputasi, Edrio. Tapi ini tentang tanggung jawab. Kalau benar Galen adalah anakmu, kau harus mengambil tanggung jawab atas hidupnya.” “Itulah yang akan kulakukan,” jawab Edrio dengan tegas. “Aku datang ke sini bukan untuk dihakimi. Aku datang karena aku butuh bantuan.” Keduanya terdiam. Suasana di ruang itu terasa mencekam. Edwin akhirnya duduk kembali, wajahnya serius. “Baiklah. Kalau begitu, ceritakan semuanya. Apa yang sebenarnya terjadi dengan... Gaura? Kenapa dia menyembunyikan ini darimu?” Edrio menarik napas dalam. “Aku belum tahu sepenuhnya. Tapi yang aku tahu, Gaura mengundurkan diri dariku dengan alasan kesehatan, lalu pergi ke luar kota. Aku tidak pernah tahu dia hamil, Daddy. Kalau aku tahu, aku pasti akan—” “Melakukan apa?” potong Edwin tajam. “Kau mungkin akan tetap fokus pada kariermu dan melupakan semuany

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status