Share

Bab 32

Penulis: SaljuHitam1505
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-02 22:53:05

“Aku… aku baik-baik saja.” Gaura menelan ludah, mencoba menenangkan dirinya sendiri.

Mika tidak percaya begitu saja. Ia dengan sigap menarik Gaura ke sofa di ruang pribadinya, memaksanya duduk sebelum berlari ke pantry kecil di sudut ruangan.

Tak lama kemudian, Mika kembali dengan segelas air dingin dan menyodorkannya kepada Gaura. “Minumlah dulu. Kau terlihat sangat buruk.”

Gaura menerima gelas itu dengan tangan sedikit gemetar. Ia meneguk air perlahan, merasakan sensasi dinginnya yang sedikit meredakan kegelisahan di dadanya.

Mika duduk di sampingnya, menatapnya dengan penuh perhatian. “Gaura, aku tidak akan memaksa kau bercerita kalau kau tidak mau. Tapi aku bisa lihat kalau sesuatu yang serius baru saja terjadi. Aku tidak pernah melihatmu sekacau ini sebelumnya.”

Gaura menggigit bibirnya, menatap kosong ke depan. Sejujurnya, ia ingin menceritakan semuanya pada Mika. Namun, semakin banyak orang yang tahu, semakin besar risiko yang harus ia tanggung.

“Mika… aku hanya mer
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 33

    “Kau tidak perlu dan berhak datang ke sini dan menuntut hal yang kau inginkan, Edrio.” Edrio terkekeh sinis. “Tidak berhak? Aku adalah Ayah dari anak yang kau sembunyikan selama ini, Gaura! Dan Galen berhak tahu siapa Ayahnya.” Gaura menggigit bibirnya, hatinya berkecamuk. “Kau tidak tahu apa pun, Edrio. Kau bahkan tidak tahu bagaimana rasanya saat aku sendirian mengandung Galen.” Edrio mendekat, tatapannya penuh kemarahan yang tertahan. “Lalu kenapa kau tidak memberitahuku? Kau pikir aku tidak akan bertanggung jawab?” Gaura tertawa sinis. “Oh, aku tidak tahu, Edrio. Mungkin karena saat itu kau lebih sibuk mengurusi bisnis dan pekerjaanmu.” Mata Edrio menyipit. ”Itu tidak dapat dijadikan sebuah alasan.” “Tapi itu tetap saja! Kau tak pernah memikirkanku yang hanya bodyguard-mu, Edrio. Malam itu… hanya kesalahan. Dan aku memutuskan untuk pergi karena aku tahu, aku dan Galen tidak akan pernah menjadi bagian dari hidupmu.” Sejenak, keheningan menyelimuti ruangan. Tatapan mere

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 34

    "Tuan harus sering datang ke rumah, ya!" seru Galen dengan riang, tangannya menarik jas Edrio dengan semangat. Kini, Edrio berdiri di depan pintu rumah Gaura dan telah mengenakan jasnya kembali dengan rapi. Senyum tipisnya masih terpatri, sesuatu yang jarang terjadi, tetapi kali ini, ia tidak bisa menyembunyikannya. Di sampingnya, Galen berdiri dengan mata berbinar, seolah baru saja melewati hari terbaik dalam hidupnya. Gaura, yang berdiri di belakang Galen, menegang mendengar permintaan anaknya. Ia menggigit bibir, berusaha menyembunyikan kegelisahannya. Edrio menatap anak itu dengan ekspresi yang sulit diartikan. Sesuatu dalam dirinya menghangat, tetapi ia juga sadar bahwa ini tidak sesederhana keinginan seorang anak. "Mungkin aku bisa mampir lagi. Tapi, apakah boleh?" jawab Edrio sekaligus bertanya, suaranya terdengar lebih lembut dari biasanya. Galen segera menoleh ke Gaura, matanya penuh harap. "Boleh, kan, Bunda? Tuan Edrio bermain lagi bersamaku?" Gaura tersentak. Ia

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 35

    "Suara ini..." gumam Mika sangat pelan. Mika membeku. Ia perlahan menoleh, dan di sana, berdiri Prita dengan tatapan menilai ke arah Galen. Galen memandang Prita dengan rasa penasaran, tapi tidak merasa terancam. "Halo, Tante! Aku Galen!" ucapnya dengan ceria. Prita tersenyum tipis. "Halo, sayang. Aku teman Bundamu." Mika segera berdiri dan menarik Galen ke belakangnya. "Maaf, tapi kami harus pergi." Namun, Prita tetap tersenyum, tatapannya penuh dengan arti yang sulit dibaca. "Santai saja. Aku hanya ingin melihat bocah ini lebih dekat. Lucu sekali… wajahnya benar-benar mirip dengan... seseorang yang sangat aku kenal." Mika menggenggam tangan Galen erat, lalu menatap Prita dengan waspada. "Saya tidak tahu apa yang anda inginkan, tapi sebaiknya Anda pergi sekarang." Prita tertawa kecil. "Aku hanya ingin mengenal calon keluargaku lebih dekat. Tidak ada yang salah dengan itu, kan?" Mika semakin merasakan ketegangan yang semakin meningkat. Ia tahu ini bukan pertemuan biasa

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 36

    "Apa?!" Suara Gaura meninggi saat mendengar kabar dari Mika. Ponsel di tangannya hampir terjatuh karena tubuhnya tiba-tiba melemas. "Mika, jangan bercanda! Dimana Galen?!" Di seberang telepon, suara Mika terdengar tersengal dan kacau. "Aku tidak tahu! Aku hanya meninggalkannya sebentar, dan ketika aku kembali, dia sudah tidak ada!" Jantung Gaura berdetak kencang, rasa takut dan panik bercampur menjadi satu. "Cari dia! Cari di setiap sudut sekolah! Aku akan segera ke sana!" Tanpa menunggu lebih lama, Gaura langsung mengambil kunci mobilnya dan berlari keluar rumah. Namun, saat sampai di pintu, ia hampir bertabrakan dengan Elia, yang baru saja keluar dari dapur. "Gaura, apa yang terjadi?" tanya Elia khawatir, melihat ekspresi putrinya yang begitu ketakutan. Gaura menatap ibunya dengan mata yang mulai berkaca-kaca. "Bu… Galen... Galen hilang!" Mata Elia membesar, napasnya tercekat. "Apa?!" "Aku harus ke sekolahnya sekarang!" Gaura bergegas keluar, tapi Elia dengan sigap

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-04
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 37

    BOOM! Semua orang menahan napas. Plat nomor mobil itu buram. Tidak terbaca sama sekali. Seolah-olah memang sudah direncanakan agar tak terlacak. Gaura mengepalkan tangan. "Tidak… ini tidak mungkin!" Mika memegang mulutnya dengan tangan gemetar. "Mereka… sepertinya sudah merencanakan ini." Elia menarik napas panjang, mencoba menahan emosinya. "Siapa pun mereka, mereka tahu cara menghilangkan jejak." Kepala sekolah tampak khawatir. "Kami akan segera melaporkan ini ke polisi, dan mereka mungkin bisa membantu melacak mobil itu dengan metode lain." Tapi Gaura tak bisa menunggu. Ia berdiri dengan tubuh bergetar. "Aku tidak bisa diam saja. Aku akan menemukan Galen, bagaimanapun caranya!" Matanya bersinar penuh tekad. Siapa pun penculiknya, mereka tidak akan bisa lari dari Gaura. Di tempat lain… Prita duduk dengan tenang di dalam ruangan gelap, menatap layar laptopnya yang menampilkan rekaman penculikan itu. Ia tersenyum puas. "Permainan baru saja dimulai, Gaura." Pri

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-04
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 38

    "Ini tidak menakutkan sama sekali, tidak seperti di film yang aku lihat," celotehnya sendiri, merasa bosan. Perutnya berbunyi lagi membuatnya menghela napas panjang dan merapatkan jaketnya. "Aku ingin makan kue coklat buatan Bunda," ucapnya lirih. Ia memejamkan mata sejenak, mencoba mengabaikan rasa laparnya. Dalam hati, ia berharap seseorang akan segera datang. "Tuan Edrio pasti datang," gumamnya pelan. Entah kenapa, keyakinan itu begitu kuat dalam benaknya. Ia memang belum lama mengenal pria itu, tapi hatinya merasa bahwa Edrio tidak akan membiarkannya sendirian di tempat seperti ini. Sambil menunggu, Galen membaringkan tubuhnya di ranjang. Matanya tetap terbuka, memandang langit-langit kusam dengan lampu redup. "Mungkin kalau aku tidur, waktu akan terasa lebih cepat," pikirnya. Ia menarik selimut tipis di ujung ranjang dan menutup tubuhnya, meskipun baunya apek. "Ih, ini bau sekali," keluhnya, tapi tetap membiarkannya menyelimuti tubuh mungilnya. Sebelum benar-benar te

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-04
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 39

    ”Sayang, dengarkan kami. Ini bukan tentang siapa yang lebih kuat atau siapa yang lebih benar. Ini tentang menyelamatkan Galen sebelum terlambat,” ucap Elia sambil meletakkan tangannya di bahu Gaura, mencoba menenangkannya. “ Gaura memejamkan mata erat-erat. Bayangan Edrio muncul di benaknya—pria itu yang selama ini ia coba hindari, pria yang pernah membuatnya terpuruk hingga memilih pergi jauh. Ia tidak ingin memberikan Edrio alasan untuk merasa punya hak lebih atas hidup mereka. Namun, saat itu juga, bayangan Galen terlintas di pikirannya. Anak kecil itu… sendirian, mungkin ketakutan, mungkin kelaparan, mungkin dalam bahaya… Tangannya mengepal lebih erat hingga buku jarinya memutih. Mika mendesah putus asa. “Baiklah, kalau kau tidak mau melakukannya, aku sendiri yang akan menghubungi Edrio.” Gaura sontak menoleh dengan tatapan tajam. “Jangan!” “Terserah! Aku tidak peduli kau marah padaku atau tidak, tapi aku tidak akan duduk diam sementara anakmu—anak kita semua—berada da

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 40

    Tok! Tok! Tok! Ketukan keras di pintu rumah Gaura menggema, mengusik suasana tegang yang telah menyelimuti ruangan. Gaura, yang duduk gelisah dengan wajah penuh kecemasan, segera bangkit dengan napas tertahan. Tangannya sedikit gemetar saat memutar gagang pintu. Saat pintu terbuka, matanya membelalak melihat siapa yang berdiri di hadapannya. "Edrio?" suaranya bergetar, campuran keterkejutan dan ketegangan. Di depan rumahnya, Edrio berdiri dengan ekspresi tegas, ditemani beberapa pria berbadan tegap—pasukan kepercayaannya. Tatapannya tajam, penuh dengan keseriusan yang tidak bisa dianggap enteng. "Aku sudah menemukan lokasi Galen," katanya tanpa basa-basi, langsung menuju inti permasalahan. Jantung Gaura seperti berhenti berdetak sesaat. Lagi-lagi, ia dibuat terkejut dengan pria ini yang ternyata telah mengetahui jika Galen telah di culik. Mika dan Elia yang mendengar suara itu segera berlari mendekat. "Benarkah? Di mana dia?" tanya Elia dengan suara penuh harapan. Edrio mengan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05

Bab terbaru

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 83

    Suasana di dalam rumah berubah drastis setelah Edrio menunjukkan isi pesan itu pada Gaura. Wajah wanita itu menegang, sementara tangan Elia yang menggenggamnya mulai gemetar. “Ini… ancaman,” gumam Elia dengan suara pelan namun penuh ketakutan. Ayara menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri. “Apa kita harus melibatkan aparat?” tanyanya, meski dari suaranya terdengar jelas bahwa ia juga cemas. Edrio meremas kertas itu di tangannya. Matanya dipenuhi ketajaman, seperti elang yang siap memburu mangsanya. “Tidak. Jika kita langsung melibatkan aparat, mereka mungkin akan bersembunyi dan kita tidak akan pernah tahu siapa dalang sebenarnya.” Edwin mengangguk setuju. “Aku setuju dengan Edrio. Kita perlu tahu siapa yang benar-benar menginginkan pernikahan ini gagal. Jika kita gegabah, mereka bisa saja menghilang dan menyerang dengan cara lain.” Gaura menggigit bibirnya. Ia memandangi Galen yang masih berada dalam pelukannya, anak itu tampak kebingungan dengan situasi yang terjadi.

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 82

    Brak! Galen yang sedang bermain di lantai langsung tersentak dan berlari ke arah Gaura. Semua orang menoleh ke arah jendela, Edrio pun langsung berdiri, wajahnya berubah serius. “Ada apa itu?” Ayara bertanya panik. Elia juga terlihat cemas, tangannya refleks menggenggam lengan Gaura. Edrio berjalan ke arah pintu dengan langkah waspada, sementara Edwin mengikutinya dari belakang. “Jangan buka pintunya dulu,” perintah Edwin, nada suaranya penuh kewaspadaan. Gaura bangkit berdiri, hatinya mulai dipenuhi rasa tak nyaman. Ia segera membawa Galen lebih dekat padanya, melindungi anak itu di belakang tubuhnya. Edrio melirik ke arah luar dari celah jendela, matanya menyipit tajam. “Ada mobil hitam asing yang terparkir di depan pagar…” gumamnya rendah. Edwin mengernyit. “Mobil siapa?” Belum sempat ada yang menjawab, tiba-tiba terdengar suara derap langkah tergesa-gesa di luar rumah. Lalu, seseorang mulai mengetuk pintu—bukan ketukan biasa, tapi lebih seperti gedoran keras. Dug! Dug!

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 81

    "Aku berharap..." Gaura hampir menyelesaikan kalimatnya ketika tiba-tiba terdengar suara keras dari dapur. Brak! Semua orang tersentak. Ayara langsung menaruh tangannya di dada, terkejut. “Astaga, suara apa itu?” Elia segera berdiri. “Mungkin kucing liar. Aku akan lihat.”Namun sebelum ia bisa melangkah, seorang pria berbaju hitam muncul dari arah dapur, wajahnya penuh keringat. Ia adalah salah satu pelayan yang bekerja untuk keluarga Edrio. "Maafkan saya, Tuan, Nyonya... saya... saya hanya tidak sengaja menjatuhkan nampan," katanya gugup. Gaura menatap tajam ke arah dapur. “Apa yang kau lakukan di sana?“ Pria itu terlihat semakin gelisah, matanya melirik ke kanan dan ke kiri, seperti sedang mencari jalan keluar. Edrio yang peka terhadap gerak-gerik orang langsung berdiri. “Siapa yang menyuruhmu kemari?” Pria itu menelan ludah. "Aku hanya... hanya ingin memastikan keadaan rumah ini aman..." "Jangan berbohong," suara Edrio kini terdengar jauh lebih dingin. “Aku tida

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 80

    ”Aku akan melakukannya,“ ucap Edrio tegas. **** Kini, Gaura sedang duduk di ruang tamu, menyesap teh hangat sembari memeriksa beberapa berkas yang berkaitan dengan studionya. Setelah kejadian kemarin, ia masih perlu waktu untuk memulihkan reputasi bisnisnya, dan itu bukan hal yang mudah. Ponselnya tiba-tiba bergetar di atas meja. Ia melihat nama yang tertera di layar—Edrio. Gaura menghela napas sebelum mengangkatnya. “Ada apa?” tanyanya langsung. Di seberang telepon, suara Edrio terdengar tenang seperti biasa. “Apa kau ada waktu untuk bicara?” Gaura melirik jam di dinding. “Aku sedang istirahat sebentar. Jadi, cepatlah bicara.” Hening sejenak sebelum Edrio berkata, “Aku akan datang ke rumah bersama kedua orang tuaku.” Gaura tertegun. “Apa?” “Aku ingin melamarmu, Gaura,” lanjut Edrio, suaranya tegas dan tak terbantahkan. “Dan aku ingin melakukannya secara resmi, di hadapan orang tuaku dan Ibumu.” Jantung Gaura seakan berhenti berdetak sesaat. Lamaran? Ia bangkit d

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 79

    Hari-hari berikutnya, Edrio membuktikan kata-katanya dengan tindakan nyata. Meskipun kesibukannya sebagai CEO menuntut banyak waktu, pria itu selalu menyempatkan diri untuk hadir dalam kehidupan Galen dan Gaura. Pagi hari, sebelum berangkat ke kantor, ia akan mampir ke rumah Gaura untuk memastikan Galen siap berangkat ke sekolah. Jika Gaura terlalu sibuk dengan urusannya sendiri, Edrio akan mengantar Galen secara langsung. Seperti pagi ini, Gaura sedang sibuk mengurus dokumen untuk kembali membuka studionya. “Bunda, aku berangkat!” seru Galen dengan penuh semangat, tas kecilnya sudah tergantung di punggung. Gaura berbalik dan hendak menghampirinya, tapi sebelum ia bisa bergerak, seseorang telah lebih dulu membungkuk di hadapan Galen. “Sudah siap?” Galen mengangkat wajahnya dan tersenyum lebar. “Ayah!” Gaura memandang Edrio yang sudah siap dengan kemeja putih dan jas hitamnya. “Kau mau mengantarnya?” Edrio mengangguk. “Ya. Aku ada rapat nanti pagi, tapi aku masih punya

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 78

    Setelah membawa belanjaan masuk ke dalam rumah, Gaura menghela napas panjang. Ia memandangi Galen yang masih tertidur di pelukannya, kemudian perlahan membaringkannya di sofa dengan hati-hati agar tidak membangunkannya. Di sisi lain, Edrio sibuk merapikan belanjaan mereka ke meja. Meskipun ia seorang CEO yang terbiasa menyuruh orang lain, pria itu tidak segan untuk turun tangan sendiri. Gaura memperhatikannya dengan tatapan yang sulit diartikan. Ketika akhirnya mereka duduk di ruang tamu, keheningan menyelimuti mereka untuk beberapa saat. Gaura menggigit bibirnya, berusaha mencari kata-kata yang tepat untuk membuka pembicaraan. “Aku masih belum terbiasa dengan ini,” katanya akhirnya, suaranya sedikit pelan. Edrio menatapnya. “Maksudmu?” “Kau yang tiba-tiba ada di sini, menghabiskan waktu bersama kami… Mengajak Galen berbelanja dan makan siang… Rasanya tidak nyata,” Gaura mengakui. Edrio menyandarkan punggungnya ke sofa, menatap Gaura tanpa terburu-buru. “Kau masih berpikir

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 77

    Sementara mereka berjalan menuju gerbang sekolah, beberapa orang tua murid yang mengenal Gaura menatapnya dengan berbagai ekspresi. Ada yang simpati, ada yang penasaran, bahkan ada yang berbisik-bisik. “Dia itu, kan, pemilik studio yang kemarin sempat kena skandal…” “Tapi katanya sudah terbukti tidak bersalah.” “Iya, dan ternyata Ayah dari Galen itu… CEO besar yang terkenal itu.” Gaura menundukkan kepalanya, menahan napas. Ia sudah terbiasa menghadapi berbagai omongan orang, tapi kali ini berbeda. Kali ini, semuanya berhubungan dengan dirinya dan Edrio. “Bunda?” suara Galen menariknya kembali ke realitas. Gaura tersenyum dan mengusap kepala putranya. “Tidak apa-apa, Sayang. Sana masuk, ya. Belajar yang rajin.” Galen mengangguk. “Baik, Bunda!” Anak itu berlari masuk ke dalam sekolah, bergabung dengan teman-temannya. Gaura masih berdiri di tempatnya, memperhatikan putranya dengan tatapan lembut.Beberapa jam kemudian, akhirnya Galen keluar dari gerbang sekolah dengan wajah ceria

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 76

    Setelah konferensi pers yang mengguncang dunia, Gaura akhirnya tiba di rumahnya dengan kepala penuh dengan berbagai macam pikiran. Ia masih tidak percaya bahwa Edrio telah mengungkapkan semuanya di depan publik—tentang Galen, tentang mereka, dan… tentang pernikahan.Ia menghempaskan tubuhnya di sofa, mencoba mengatur napas dan pikirannya yang masih berantakan. Namun, ketenangan itu tidak berlangsung lama karena ibunya, Elia, muncul dari dapur dengan ekspresi serius.“Gaura…” suara lembut Elia memanggilnya.Gaura mengangkat wajahnya, menatap sang ibu yang kini berjalan mendekat dan duduk di sampingnya.“Kau baik-baik saja?” tanya Elia dengan nada penuh kekhawatiran.Gaura menghela napas panjang. "Aku… tidak tahu, Bu."Elia mengamati wajah putrinya yang terlihat lelah dan penuh kebingungan. “Aku melihat konferensi pers tadi di televisi. Itu… kejutan besar, Nak.”Gaura memijat pelipisnya. “Aku juga tidak menyangka Edrio akan melakukan hal itu, Bu. Dia mengatakannya begitu saja, di depan

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 75

    Edrio melirik ke arah Gaura sejenak, lalu kembali menatap ke depan. "Selama ini, banyak yang berspekulasi tentang hubungan antara aku dan Gaura," lanjutnya. "Hari ini, aku akan mengungkapkan kebenarannya." Gaura semakin bingung. Ia tidak tahu apa yang akan dikatakan Edrio, tetapi dari cara pria itu berbicara, ia bisa merasakan sesuatu yang besar akan terjadi. Edrio menatap langsung ke arah kamera, memastikan bahwa setiap kata yang keluar dari mulutnya akan terdengar jelas oleh seluruh dunia. "Aku dan Gaura tidak hanya memiliki hubungan bisnis," katanya, suaranya terdengar semakin tegas. "Kami memiliki hubungan yang jauh lebih dalam dari itu. Kami telah memiliki seorang anak bersama." DEG! Gaura merasa jantungnya berhenti sesaat. Apa yang baru saja dia katakan?! Refleks, kepalanya menoleh cepat menatap pria itu yang hanya menampilkan wajah tegas. Ruangan pun langsung meledak dalam kehebohan. Wartawan berteriak-teriak, suara kamera yang memotret semakin riuh, dan bebera

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status