Share

Bab 36

last update Last Updated: 2025-02-04 14:30:06

"Apa?!"

Suara Gaura meninggi saat mendengar kabar dari Mika. Ponsel di tangannya hampir terjatuh karena tubuhnya tiba-tiba melemas.

"Mika, jangan bercanda! Dimana Galen?!"

Di seberang telepon, suara Mika terdengar tersengal dan kacau. "Aku tidak tahu! Aku hanya meninggalkannya sebentar, dan ketika aku kembali, dia sudah tidak ada!"

Jantung Gaura berdetak kencang, rasa takut dan panik bercampur menjadi satu. "Cari dia! Cari di setiap sudut sekolah! Aku akan segera ke sana!"

Tanpa menunggu lebih lama, Gaura langsung mengambil kunci mobilnya dan berlari keluar rumah. Namun, saat sampai di pintu, ia hampir bertabrakan dengan Elia, yang baru saja keluar dari dapur.

"Gaura, apa yang terjadi?" tanya Elia khawatir, melihat ekspresi putrinya yang begitu ketakutan.

Gaura menatap ibunya dengan mata yang mulai berkaca-kaca. "Bu… Galen... Galen hilang!"

Mata Elia membesar, napasnya tercekat. "Apa?!"

"Aku harus ke sekolahnya sekarang!" Gaura bergegas keluar, tapi Elia dengan sigap
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 37

    BOOM! Semua orang menahan napas. Plat nomor mobil itu buram. Tidak terbaca sama sekali. Seolah-olah memang sudah direncanakan agar tak terlacak. Gaura mengepalkan tangan. "Tidak… ini tidak mungkin!" Mika memegang mulutnya dengan tangan gemetar. "Mereka… sepertinya sudah merencanakan ini." Elia menarik napas panjang, mencoba menahan emosinya. "Siapa pun mereka, mereka tahu cara menghilangkan jejak." Kepala sekolah tampak khawatir. "Kami akan segera melaporkan ini ke polisi, dan mereka mungkin bisa membantu melacak mobil itu dengan metode lain." Tapi Gaura tak bisa menunggu. Ia berdiri dengan tubuh bergetar. "Aku tidak bisa diam saja. Aku akan menemukan Galen, bagaimanapun caranya!" Matanya bersinar penuh tekad. Siapa pun penculiknya, mereka tidak akan bisa lari dari Gaura. Di tempat lain… Prita duduk dengan tenang di dalam ruangan gelap, menatap layar laptopnya yang menampilkan rekaman penculikan itu. Ia tersenyum puas. "Permainan baru saja dimulai, Gaura." Pri

    Last Updated : 2025-02-04
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 38

    "Ini tidak menakutkan sama sekali, tidak seperti di film yang aku lihat," celotehnya sendiri, merasa bosan. Perutnya berbunyi lagi membuatnya menghela napas panjang dan merapatkan jaketnya. "Aku ingin makan kue coklat buatan Bunda," ucapnya lirih. Ia memejamkan mata sejenak, mencoba mengabaikan rasa laparnya. Dalam hati, ia berharap seseorang akan segera datang. "Tuan Edrio pasti datang," gumamnya pelan. Entah kenapa, keyakinan itu begitu kuat dalam benaknya. Ia memang belum lama mengenal pria itu, tapi hatinya merasa bahwa Edrio tidak akan membiarkannya sendirian di tempat seperti ini. Sambil menunggu, Galen membaringkan tubuhnya di ranjang. Matanya tetap terbuka, memandang langit-langit kusam dengan lampu redup. "Mungkin kalau aku tidur, waktu akan terasa lebih cepat," pikirnya. Ia menarik selimut tipis di ujung ranjang dan menutup tubuhnya, meskipun baunya apek. "Ih, ini bau sekali," keluhnya, tapi tetap membiarkannya menyelimuti tubuh mungilnya. Sebelum benar-benar te

    Last Updated : 2025-02-04
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 39

    ”Sayang, dengarkan kami. Ini bukan tentang siapa yang lebih kuat atau siapa yang lebih benar. Ini tentang menyelamatkan Galen sebelum terlambat,” ucap Elia sambil meletakkan tangannya di bahu Gaura, mencoba menenangkannya. “ Gaura memejamkan mata erat-erat. Bayangan Edrio muncul di benaknya—pria itu yang selama ini ia coba hindari, pria yang pernah membuatnya terpuruk hingga memilih pergi jauh. Ia tidak ingin memberikan Edrio alasan untuk merasa punya hak lebih atas hidup mereka. Namun, saat itu juga, bayangan Galen terlintas di pikirannya. Anak kecil itu… sendirian, mungkin ketakutan, mungkin kelaparan, mungkin dalam bahaya… Tangannya mengepal lebih erat hingga buku jarinya memutih. Mika mendesah putus asa. “Baiklah, kalau kau tidak mau melakukannya, aku sendiri yang akan menghubungi Edrio.” Gaura sontak menoleh dengan tatapan tajam. “Jangan!” “Terserah! Aku tidak peduli kau marah padaku atau tidak, tapi aku tidak akan duduk diam sementara anakmu—anak kita semua—berada da

    Last Updated : 2025-02-05
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 40

    Tok! Tok! Tok! Ketukan keras di pintu rumah Gaura menggema, mengusik suasana tegang yang telah menyelimuti ruangan. Gaura, yang duduk gelisah dengan wajah penuh kecemasan, segera bangkit dengan napas tertahan. Tangannya sedikit gemetar saat memutar gagang pintu. Saat pintu terbuka, matanya membelalak melihat siapa yang berdiri di hadapannya. "Edrio?" suaranya bergetar, campuran keterkejutan dan ketegangan. Di depan rumahnya, Edrio berdiri dengan ekspresi tegas, ditemani beberapa pria berbadan tegap—pasukan kepercayaannya. Tatapannya tajam, penuh dengan keseriusan yang tidak bisa dianggap enteng. "Aku sudah menemukan lokasi Galen," katanya tanpa basa-basi, langsung menuju inti permasalahan. Jantung Gaura seperti berhenti berdetak sesaat. Lagi-lagi, ia dibuat terkejut dengan pria ini yang ternyata telah mengetahui jika Galen telah di culik. Mika dan Elia yang mendengar suara itu segera berlari mendekat. "Benarkah? Di mana dia?" tanya Elia dengan suara penuh harapan. Edrio mengan

    Last Updated : 2025-02-05
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 41

    "Ada apa ini sebenarnya!?" tanya seorang pria namun tak ada yang mengurusinya. Beberapa penghuni mulai mengintip dari balik jendela, sementara yang lain berdiri di lorong, bertanya-tanya apa yang sedang terjadi. Namun, tak satu pun dari pasukan Edrio yang menggubris mereka. Gaura keluar dari dalam mobil dengan jantung berdebar kencang. Kedua tangannya mengepal erat, tubuhnya tegang karena ketakutan. Elia dan Mika berada di belakangnya, wajah mereka sama-sama pucat. Edrio menoleh sekilas ke arah Gaura, lalu berbicara dengan nada tegas. "Kita tidak punya banyak waktu. Semakin lama kita di sini, semakin besar risiko mereka memindahkan Galen." Gaura mengangguk, berusaha mengendalikan emosinya. Seorang anak buah Edrio datang dengan langkah cepat, berbisik di telinganya. "Kami sudah memastikan unit apartemen tempat Galen dikurung. Target berada di lantai tiga, unit 306. Kami juga telah mendeteksi adanya dua orang penjaga di sekitar ruangan itu." Edrio mengangguk. "Kita bergerak

    Last Updated : 2025-02-05
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 42

    PLAK! Tangan Edrio terangkat cepat dan menjatuhkan setumpuk kertas hasil investigasi ke kaki Prita. Di atas kertas itu, tertulis bukti-bukti yang membongkar segala rencana licik wanita itu. Foto-foto CCTV, catatan transaksi yang menunjukkan bahwa Prita membayar para penculik, hingga pesan-pesan yang dikirimnya kepada mereka. Prita membelalak. Wajahnya pucat pasi. "I-ini..." Edrio menyeringai kecil, tapi tak ada sedikit pun humor di matanya. "Apa lagi yang ingin kau katakan, Prita?" Wanita itu terdiam. Mulutnya terbuka, tapi tak ada suara yang keluar. Gaura yang sejak tadi menahan emosinya akhirnya berdiri. Matanya menyala penuh kebencian. "Kau menyentuh anakku," katanya dengan suara bergetar. "Kau pikir aku akan membiarkanmu lolos begitu saja?" Galen, yang masih dalam pelukan Gaura, menatap Prita dengan sorot mata polos tapi tajam. "Orang ini jahat," katanya tiba-tiba, suaranya tenang namun menghunjam. "Orang ingin memisahkan aku dari Bunda. Bahkan membiar

    Last Updated : 2025-02-05
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 43

    "Bunda, apakah benar Tuan Edrio Ayahku?" Deg. Pertanyaan itu terdengar begitu polos, begitu tulus, namun dampaknya seperti ledakan yang mengguncang ruangan itu. Semua orang langsung membeku. Gaura yang masih memeluk Galen seketika merasa tubuhnya kaku, tenggorokannya tercekat. Mika dan Elia yang berdiri di dekatnya pun membelalakkan mata, terkejut dengan pertanyaan tak terduga dari anak kecil itu. Bahkan Prita, yang sedari tadi penuh percaya diri, kini menegang. Galen menatap Bundanya dengan mata besar penuh harap, mencari jawaban. Ia adalah anak cerdas. Ia mungkin belum sepenuhnya memahami situasi yang terjadi, tetapi dari semua kata-kata yang dilemparkan di ruangan ini, ia mulai menyusun sendiri teka-teki di dalam kepalanya. "Bunda?" suara Galen kembali terdengar, kini dengan nada lebih lembut, lebih bertanya-tanya. Gaura menutup matanya, mencoba menenangkan diri. Hatinya bergetar. Ini adalah momen yang selalu ia hindari, momen yang tidak pernah ingin ia hadapi. Namun, ia

    Last Updated : 2025-02-06
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 44

    "Menjelaskan tentang apa?" Edrio tetap tenang, mengunyah makanannya seolah tak merasa terganggu sedikitpun. Gaura mengepalkan tangannya. "Jangan berpura-pura bodoh, Edrio! Kau tahu betul apa yang kumaksud. Prita! Wanita itu adalah tunanganmu! Dan dia menculik anakku! Bagaimana bisa kau tidak tahu apa pun tentang rencananya?!" Elia dan Mika menatap mereka dengan tegang. Galen yang sedang menikmati makanannya pun ikut memperhatikan dengan kepala miring, meskipun ia belum sepenuhnya mengerti. Edrio akhirnya meletakkan pisaunya, menatap Gaura dengan mata tajam. "Aku tidak tahu apa yang dia lakukan. Aku sama sekali tidak menyangka dia akan sejauh ini." "Omong kosong!" Gaura membantah. "Bagaimana mungkin kau tidak tahu apa-apa?! Kau adalah CEO besar! Kau punya mata-mata di mana-mana! Bagaimana mungkin kau tidak mengetahui gerak-gerik tunanganmu sendiri?!" Edrio menghela napas. "Aku memang selalu mengawasi setiap orang di sekitarku, tetapi aku tidak menyangka Prita akan seberani i

    Last Updated : 2025-02-06

Latest chapter

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 101

    “Aku tidak menggombal. Aku sedang menyatakan fakta.” Edrio tertawa pelan lalu menarik selimut itu perlahan, memperlihatkan wajah istrinya lagi.Gaura menatapnya dengan senyum malu. Ia menggeliat kecil, lalu menyandarkan kepala di dada Edrio yang hangat.“Semalam… terasa seperti mimpi,” bisiknya.Edrio membalas dengan mengecup ubun-ubunnya. “Tapi ini nyata. Kamu istriku sekarang. Dan aku… milikmu sepenuhnya.”Mereka terdiam beberapa saat, membiarkan suara detak jantung dan tarikan napas menjadi satu-satunya irama di kamar itu.Lalu Gaura menatapnya dan bertanya, “Apa kau pernah membayangkan kita akan sampai di titik ini, setelah semua kekacauan yang kita alami?”Edrio menggeleng pelan. “Tidak. Tapi aku bersyukur kita bertahan. Dan lebih dari itu—aku bersyukur kamu memilih tetap bersamaku.”Gaura menyentuh wajahnya dengan penuh kelembutan. “Kita sama-sama bertahan, Edrio. Kau juga tidak menyerah padaku.”Mereka saling menatap sejenak sebelum akhirnya bibir mereka bersentuhan lagi—kali

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 100

    "Hmhh.." lenguh Gaura menahan semua sensasi yang tubuhnya rasakan. Edrio menarik napasnya dalam-dalam dan menghembuskannya dengan perlahan, kemudian memulai aksinya untuk 'bertarung' dengan Gaura. Di saat mereka berdua tengah saling bertarung di dalam kamar, di sebuah kamar lain tepatnya kamar tidur milik Galen, terdapat bocah itu bersama neneknya. Kamar Galen dihiasi cahaya lampu malam berbentuk bintang-bintang yang memantul di langit-langit. Bocah itu sudah mengenakan piyama bergambar dinosaurus, tapi matanya masih terbuka lebar, tak kunjung mengantuk.Di sebelahnya, Elia—nenek tercintanya—sedang duduk di tempat tidur, membacakan buku dongeng dengan suara lembut. Namun, Galen tampaknya lebih sibuk berpikir daripada mendengarkan cerita.“Nenek…” Galen memanggil dengan suara pelan namun penuh rasa ingin tahu.“Iya, sayang?” Elia menutup buku dan menoleh penuh perhatian.Galen duduk bersila di tempat tidurnya, alisnya mengernyit lucu. “Kenapa Bunda sama Ayah tidur di hotel? Kenap

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 99

    “Karena aku takut akan kehilanganmu kalau kau tahu siapa aku dulu… Tapi sekarang, aku lebih takut kehilanganmu kalau aku tetap diam.” Gaura menarik napas dalam, lalu mengangguk perlahan. “Kau seharusnya percaya bahwa aku cukup kuat untuk berdiri di sampingmu, bahkan saat yang terburuk sekalipun.” Edrio tersenyum. Untuk pertama kalinya sejak kejadian itu, ekspresi damai kembali menghiasi wajahnya. “Maafkan aku, Gaura.” Ia memeluk Gaura erat di hadapan semua tamu. Suasana kembali hangat, bahkan lebih dari sebelumnya. Galen berlari ke arah mereka, memeluk kaki kedua orang tuanya dengan senyum polos dan bahagia. Beberapa detik kemudian, pendeta yang masih berdiri terpaku akhirnya berkata sambil tertawa kecil, “Kalau begitu… bolehkah saya melanjutkan? Saya pikir kita masih punya satu bagian yang tertunda…” Para tamu tertawa dan bersorak. Musik lembut kembali diputar. Edrio dan Gaura berdiri berhadapan lagi, dan kali ini, saat pendeta menyuruh mereka mengucapkan “I do,” keduanya menga

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 98

    “Matikan itu!" perintahnya ke tim teknis. Tapi layar tidak bergeming. Wanita itu sudah meng-hack sistem sepenuhnya. Gambar berikutnya menunjukkan Edrio sedang berada dalam pertemuan gelap bersama pria-pria bersenjata, membawa koper uang dan dokumen. Kemudian, rekaman suara mulai terdengar—diskusi mengenai distribusi logistik “tak terdaftar” dari pelabuhan. “Jadi… semua ini cuma kedok?” bisik salah satu pejabat tamu yang hadir. Gaura berdiri kaku. Senyumnya lenyap. Matanya tak percaya melihat Edrio di layar. Ia menoleh ke suaminya yang kini menatap layar dengan rahang mengeras. “Edrio…” bisiknya nyaris tak terdengar. “Apa maksud semua ini?” Edrio menatap Gaura dengan ekspresi bersalah, namun tak gentar. Ia meraih tangannya, tapi Gaura menariknya pelan. “Aku bisa jelaskan.” “Kapan?” suara Gaura kini bergetar. “Kapan kau akan memberitahuku tentang masa lalu ini? Galen... aku harus melindungi dia.” Edrio menarik napas dalam. “Itu sudah lama berlalu. Dan aku keluar dari itu semua s

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 97

    Langit biru membentang sempurna di atas gedung berarsitektur klasik yang berdiri megah di pinggir kota. Udara pagi itu sejuk, diselimuti semilir angin yang membawa wangi bunga mawar putih dan lili yang menghiasi setiap sudut halaman. Musik lembut dari gesekan biola mengalun indah, berpadu dengan tawa riang para tamu yang berdatangan dari berbagai penjuru negeri.Di dalam ruang rias, Gaura duduk di hadapan cermin besar dengan bingkai emas. Gaun putih gading yang membalut tubuhnya begitu anggun, memancarkan keanggunan dan kekuatan seorang wanita yang telah melewati badai dan tetap berdiri tegak.Dari belakang, salah satu asistennya membetulkan veil panjang yang menjuntai dengan indah.“Gaura… kau tampak luar biasa,” bisiknya sambil tersenyum haru.Gaura menoleh sedikit dan membalas dengan senyum yang tenang. “Terima kasih. Aku... sempat berpikir hari ini tak akan pernah datang.”Wanita itu menggenggam tangannya. “Tapi kau di sini sekarang. Kau pantas mendapat kebahagiaan ini.”Sementara

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 96

    Dengan tangan terangkat, Edrio memberi isyarat pada anak buahnya. Beberapa dari mereka membawa ke depan bukti-bukti kejahatan Jonathan. Transfer uang ilegal, dokumen palsu, bahkan rekaman percakapan dengan para pihak yang terlibat dalam pengaturan saham. Namun, di saat yang sama, sesuatu yang lebih menegangkan terjadi. Jonathan menyeringai. Ia meraih mikrofon, dan matanya menyala dengan keputusasaan yang membara. "Kalian pikir bisa menjatuhkan saya dengan cara ini?! Kalian tidak tahu siapa saya sebenarnya! Para investor ini adalah milikku, dan mereka tidak akan pernah percaya pada fitnah kalian!" Tiba-tiba, pintu besar konferensi terbuka dengan keras, dan sejumlah pengawal Jonathan berlari masuk, dengan senjata terhunus. Mereka menuju Edrio dan pasukannya, membentuk formasi pertahanan yang rapat.Sontak, semua yang hadir pun terkejut dan beberapa mulai merasa takut. Sedetik kemudian, para investor ataupun para tamu berlarian untuk menyelamatkan diri. “Lindungi saya!” teriak Jona

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 95

    "Di sini, di tengah keheningan ini, aku merasa terlindungi.” Edrio menoleh padanya, menatap mata wanita yang kini tak hanya menjadi pasangannya dalam medan pertempuran yang belum usai. “Aku akan melindungimu. Tidak hanya sebagai pasangan, tapi sebagai seseorang yang melindungimu sepenuh hati.” Gaura mengangguk pelan, matanya mulai basah. Malam itu, meskipun dunia di luar masih dipenuhi dengan bahaya, rumah kecil itu menjadi tempat paling hangat di bumi. Di tengah perang rahasia, konspirasi, dan teror, mereka masih bisa tertawa, berpelukan, dan percaya bahwa mereka masih memiliki sesuatu yang tak bisa disentuh oleh kekuatan jahat sekalipun. Cinta, keberanian, dan harapan. Dan Edrio, di dalam hatinya, bersumpah bahwa ia akan menuntaskan semua ini. Untuk Gaura. Untuk Galen. Untuk rumah yang ingin ia lindungi… selamanya.****Langit mendung menggantung pekat di atas gedung tua yang kini dijadikan markas darurat oleh Edrio. Tak ada papan nama. Tak ada sinyal ponsel yang kuat. Di te

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 94

    “Itu simbol unit pengawasan pribadi milik Jonathan. 09-17 adalah sandi untuk proyek ‘September Black’—operasi bayangan miliknya dulu saat masih jadi bagian dari jaringan intel investasi gelap di Asia Tenggara.” Gaura menegang. “Kau serius? Jadi dia bukan cuma musuh bisnis biasa?” “Dia lebih dari itu,” kata Edrio. “Dia pernah jadi sekutuku. Salah satu orang terbaik di tim. Sampai akhirnya dia mengkhianati kita semua. Menjual informasi ke pihak asing, memanipulasi laporan keuangan, dan mencoba mencuri investor besar dariku.” Gaura menggeleng pelan, dadanya terasa sesak. “Kenapa aku baru dengar ini sekarang?” “Aku ingin menjauhkanmu dari bahaya,” jawab Edrio. “Tapi sekarang aku sadar, menyembunyikannya darimu malah membuatmu jadi target yang lebih mudah.” Gaura menarik napas dalam. “Lalu apa rencanamu?” Edrio berjalan ke arah jendela, menatap malam yang mulai gelap sempurna. “Kita akan memancingnya keluar. Tapi kali ini, kau tidak akan sendirian.” Ia menoleh ke arah Gaura. “Aku a

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 93

    Terdengar suara dentuman keras dari halaman belakang. Gaura tersentak. Dengan gerakan cepat dan senyap, ia merunduk dan bergerak menuju sumber suara. Ia mengintip dari celah tirai. Sebuah kursi terjatuh di teras belakang, namun tidak ada siapa pun di sana. Tapi Gaura tahu lebih baik daripada menganggap ini hanya kebetulan. Ia menahan napas dan merapatkan punggungnya ke dinding, mendengarkan dengan saksama. Ada suara langkah kaki yang hampir tak terdengar, seperti seseorang berusaha bergerak dalam bayangan. Jantungnya berdegup lebih cepat. Ini bukan pencuri biasa. Ini peringatan, pikirnya. Gaura melirik ke cermin yang terletak di sudut ruangan. Cermin itu memantulkan bayangan dari jendela lain—dan di sanalah ia melihatnya. Seseorang berdiri di kebun belakang, mengenakan mantel hitam panjang, wajahnya tersembunyi dalam kegelapan. Orang itu tidak bergerak. Hanya berdiri di sana. Mengawasi. Dan orang itu, penampilannya mirip dengan sosok mereka temui di sekolah Galen beberapa har

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status