Share

Bab 38

Penulis: SaljuHitam1505
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-04 21:10:27

"Ini tidak menakutkan sama sekali, tidak seperti di film yang aku lihat," celotehnya sendiri, merasa bosan.

Perutnya berbunyi lagi membuatnya menghela napas panjang dan merapatkan jaketnya. "Aku ingin makan kue coklat buatan Bunda," ucapnya lirih.

Ia memejamkan mata sejenak, mencoba mengabaikan rasa laparnya. Dalam hati, ia berharap seseorang akan segera datang.

"Tuan Edrio pasti datang," gumamnya pelan. Entah kenapa, keyakinan itu begitu kuat dalam benaknya. Ia memang belum lama mengenal pria itu, tapi hatinya merasa bahwa Edrio tidak akan membiarkannya sendirian di tempat seperti ini.

Sambil menunggu, Galen membaringkan tubuhnya di ranjang. Matanya tetap terbuka, memandang langit-langit kusam dengan lampu redup. "Mungkin kalau aku tidur, waktu akan terasa lebih cepat," pikirnya.

Ia menarik selimut tipis di ujung ranjang dan menutup tubuhnya, meskipun baunya apek. "Ih, ini bau sekali," keluhnya, tapi tetap membiarkannya menyelimuti tubuh mungilnya.

Sebelum benar-benar te
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 39

    ”Sayang, dengarkan kami. Ini bukan tentang siapa yang lebih kuat atau siapa yang lebih benar. Ini tentang menyelamatkan Galen sebelum terlambat,” ucap Elia sambil meletakkan tangannya di bahu Gaura, mencoba menenangkannya. “ Gaura memejamkan mata erat-erat. Bayangan Edrio muncul di benaknya—pria itu yang selama ini ia coba hindari, pria yang pernah membuatnya terpuruk hingga memilih pergi jauh. Ia tidak ingin memberikan Edrio alasan untuk merasa punya hak lebih atas hidup mereka. Namun, saat itu juga, bayangan Galen terlintas di pikirannya. Anak kecil itu… sendirian, mungkin ketakutan, mungkin kelaparan, mungkin dalam bahaya… Tangannya mengepal lebih erat hingga buku jarinya memutih. Mika mendesah putus asa. “Baiklah, kalau kau tidak mau melakukannya, aku sendiri yang akan menghubungi Edrio.” Gaura sontak menoleh dengan tatapan tajam. “Jangan!” “Terserah! Aku tidak peduli kau marah padaku atau tidak, tapi aku tidak akan duduk diam sementara anakmu—anak kita semua—berada da

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 40

    Tok! Tok! Tok! Ketukan keras di pintu rumah Gaura menggema, mengusik suasana tegang yang telah menyelimuti ruangan. Gaura, yang duduk gelisah dengan wajah penuh kecemasan, segera bangkit dengan napas tertahan. Tangannya sedikit gemetar saat memutar gagang pintu. Saat pintu terbuka, matanya membelalak melihat siapa yang berdiri di hadapannya. "Edrio?" suaranya bergetar, campuran keterkejutan dan ketegangan. Di depan rumahnya, Edrio berdiri dengan ekspresi tegas, ditemani beberapa pria berbadan tegap—pasukan kepercayaannya. Tatapannya tajam, penuh dengan keseriusan yang tidak bisa dianggap enteng. "Aku sudah menemukan lokasi Galen," katanya tanpa basa-basi, langsung menuju inti permasalahan. Jantung Gaura seperti berhenti berdetak sesaat. Lagi-lagi, ia dibuat terkejut dengan pria ini yang ternyata telah mengetahui jika Galen telah di culik. Mika dan Elia yang mendengar suara itu segera berlari mendekat. "Benarkah? Di mana dia?" tanya Elia dengan suara penuh harapan. Edrio mengan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 41

    "Ada apa ini sebenarnya!?" tanya seorang pria namun tak ada yang mengurusinya. Beberapa penghuni mulai mengintip dari balik jendela, sementara yang lain berdiri di lorong, bertanya-tanya apa yang sedang terjadi. Namun, tak satu pun dari pasukan Edrio yang menggubris mereka. Gaura keluar dari dalam mobil dengan jantung berdebar kencang. Kedua tangannya mengepal erat, tubuhnya tegang karena ketakutan. Elia dan Mika berada di belakangnya, wajah mereka sama-sama pucat. Edrio menoleh sekilas ke arah Gaura, lalu berbicara dengan nada tegas. "Kita tidak punya banyak waktu. Semakin lama kita di sini, semakin besar risiko mereka memindahkan Galen." Gaura mengangguk, berusaha mengendalikan emosinya. Seorang anak buah Edrio datang dengan langkah cepat, berbisik di telinganya. "Kami sudah memastikan unit apartemen tempat Galen dikurung. Target berada di lantai tiga, unit 306. Kami juga telah mendeteksi adanya dua orang penjaga di sekitar ruangan itu." Edrio mengangguk. "Kita bergerak

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 42

    PLAK! Tangan Edrio terangkat cepat dan menjatuhkan setumpuk kertas hasil investigasi ke kaki Prita. Di atas kertas itu, tertulis bukti-bukti yang membongkar segala rencana licik wanita itu. Foto-foto CCTV, catatan transaksi yang menunjukkan bahwa Prita membayar para penculik, hingga pesan-pesan yang dikirimnya kepada mereka. Prita membelalak. Wajahnya pucat pasi. "I-ini..." Edrio menyeringai kecil, tapi tak ada sedikit pun humor di matanya. "Apa lagi yang ingin kau katakan, Prita?" Wanita itu terdiam. Mulutnya terbuka, tapi tak ada suara yang keluar. Gaura yang sejak tadi menahan emosinya akhirnya berdiri. Matanya menyala penuh kebencian. "Kau menyentuh anakku," katanya dengan suara bergetar. "Kau pikir aku akan membiarkanmu lolos begitu saja?" Galen, yang masih dalam pelukan Gaura, menatap Prita dengan sorot mata polos tapi tajam. "Orang ini jahat," katanya tiba-tiba, suaranya tenang namun menghunjam. "Orang ingin memisahkan aku dari Bunda. Bahkan membiar

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 43

    "Bunda, apakah benar Tuan Edrio Ayahku?" Deg. Pertanyaan itu terdengar begitu polos, begitu tulus, namun dampaknya seperti ledakan yang mengguncang ruangan itu. Semua orang langsung membeku. Gaura yang masih memeluk Galen seketika merasa tubuhnya kaku, tenggorokannya tercekat. Mika dan Elia yang berdiri di dekatnya pun membelalakkan mata, terkejut dengan pertanyaan tak terduga dari anak kecil itu. Bahkan Prita, yang sedari tadi penuh percaya diri, kini menegang. Galen menatap Bundanya dengan mata besar penuh harap, mencari jawaban. Ia adalah anak cerdas. Ia mungkin belum sepenuhnya memahami situasi yang terjadi, tetapi dari semua kata-kata yang dilemparkan di ruangan ini, ia mulai menyusun sendiri teka-teki di dalam kepalanya. "Bunda?" suara Galen kembali terdengar, kini dengan nada lebih lembut, lebih bertanya-tanya. Gaura menutup matanya, mencoba menenangkan diri. Hatinya bergetar. Ini adalah momen yang selalu ia hindari, momen yang tidak pernah ingin ia hadapi. Namun, ia

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-06
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 44

    "Menjelaskan tentang apa?" Edrio tetap tenang, mengunyah makanannya seolah tak merasa terganggu sedikitpun. Gaura mengepalkan tangannya. "Jangan berpura-pura bodoh, Edrio! Kau tahu betul apa yang kumaksud. Prita! Wanita itu adalah tunanganmu! Dan dia menculik anakku! Bagaimana bisa kau tidak tahu apa pun tentang rencananya?!" Elia dan Mika menatap mereka dengan tegang. Galen yang sedang menikmati makanannya pun ikut memperhatikan dengan kepala miring, meskipun ia belum sepenuhnya mengerti. Edrio akhirnya meletakkan pisaunya, menatap Gaura dengan mata tajam. "Aku tidak tahu apa yang dia lakukan. Aku sama sekali tidak menyangka dia akan sejauh ini." "Omong kosong!" Gaura membantah. "Bagaimana mungkin kau tidak tahu apa-apa?! Kau adalah CEO besar! Kau punya mata-mata di mana-mana! Bagaimana mungkin kau tidak mengetahui gerak-gerik tunanganmu sendiri?!" Edrio menghela napas. "Aku memang selalu mengawasi setiap orang di sekitarku, tetapi aku tidak menyangka Prita akan seberani i

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-06
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 45

    "Apakah kita bisa tinggal bersama setelah ini?" Deg. Semua orang saling menatap kecuali Edrio yang tetap terdiam. Gaura lagi-lagi menghela napas berat ketika pertanyaan Galen kembali mengusik hatinya. "Nanti kita bicarakan, ya sayang," jawab Gaura dengan senyum paksa. Mau tak mau, akhirnya Galen menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Setelah makan malam usai, Galen masih belum puas. Anak itu terus menarik tangan Edrio dengan penuh semangat. "Tuan–maksudku, Ayah, kita main dulu, yuk! Aku ingin bermain di taman yang ada di belakang restoran!" serunya dengan mata berbinar. Gaura hendak menolak, tetapi sebelum ia bisa bicara, Edrio sudah lebih dulu mengangguk. "Tentu, ayo kita main!" Galen bersorak girang, langsung berlari keluar restoran menuju taman kecil di belakang. Edrio menyusulnya dengan langkah santai, sementara Gaura, Mika, dan Elia ikut berjalan di belakang, mengawasi dari jauh. Saat mereka tiba di taman, Galen langsung berlari menuju ayunan dan memanjatnya denga

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-06
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 46

    "Aku akan menempatkan beberapa orang kepercayaanku untuk menjaga Galen. Mereka akan mengawasi dari jauh, tanpa mengganggu kesehariannya. Aku tidak mau kejadian penculikan itu terulang lagi." Edrio menatap Gaura tanpa ragu. Gaura mendengus. "Jadi kau pikir aku tidak bisa menjaga anakku sendiri?" Edrio menghela napas panjang. "Bukan begitu, Gaura. Aku tahu kau selalu melakukan yang terbaik untuk Galen. Tapi musuh kita bukan orang sembarangan. Kita tidak tahu siapa lagi yang akan mencoba mencelakai Galen. Aku hanya ingin memastikan dia aman." Mika yang sejak tadi memperhatikan akhirnya ikut bicara. "Menurutku, ini bukan ide buruk, Gaura. Kita memang harus lebih waspada." Elia mengangguk setuju. "Apalagi setelah apa yang dilakukan oleh Prita. Kita tidak bisa meremehkan kemungkinan ancaman lain." Gaura terdiam. Di satu sisi, ia tidak ingin Edrio terlalu ikut campur dalam hidupnya dan Galen. Tapi di sisi lain, ia tidak bisa menyangkal bahwa perlindungan tambahan memang dibutuhkan.

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07

Bab terbaru

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 49

    "Apa yang harus aku lakukan setelah ini?" Kini di dalam dapur, aroma kaldu yang mendidih menghangatkan ruangan. Gaura berdiri di depan meja dapur, memotong wortel dengan pisau tajam. Di sebelahnya, Elia sedang mengaduk sup dalam panci, sesekali melirik putrinya yang terlihat sedikit berbeda. “Kau melamun, Gaura,” komentar Elia dengan nada lembut. Gaura menghentikan gerakannya sejenak, menatap potongan wortel yang hampir tidak rapi. Ia menghela napas. “Aku hanya… merasa gundah, Bu. Edrio semakin sering berada di dekat Galen. Aku tahu anak itu bahagia, tapi…” Elia menatap putrinya dengan penuh pengertian. “Kau takut Edrio akan merebut Galen darimu?” Gaura menggigit bibirnya, tidak langsung menjawab. “Aku tidak tahu, Bu. Aku hanya takut. Aku takut jika Galen lebih memilihnya, atau jika Edrio tiba-tiba memutuskan untuk membawa Galen pergi dariku.” Elia menghela napas pelan, lalu menyentuh bahu Gaura dengan lembut. “Gaura, aku mengerti perasaanmu. Tapi kau harus ingat satu hal—Galen

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 48

    “Aku tidak suka wanita itu. Dia jahat.” Galen berpikir sejenak sebelum mengerucutkan bibirnya. Gaura tersenyum tipis. “Yang penting sekarang kamu selamat, itu yang paling utama.” Anak itu lalu menggenggam tangan Gaura erat. “Bunda, aku senang Ayah Edrio telah menolongku. Dia kuat banget, ya?” Gaura sedikit tersentak, tapi tetap berusaha tersenyum. “Iya, dia kuat.” Galen kembali menguap, matanya mulai menutup perlahan. Namun sebelum benar-benar tertidur, dia berbisik pelan, “Aku mau tidur sama Bunda dan Ayah suatu hari nanti… pasti seru…” Gaura terdiam, hatinya berdesir. Ia menatap wajah kecil Galen yang sudah terlelap. Tidur bersama Edrio? Sebuah impian sederhana dari anaknya, namun begitu berat baginya. Ia menghela napas panjang dan mengelus kepala Galen sekali lagi. Mungkin suatu hari nanti… tapi entah kapan.Pagi harinya, rumah terasa lebih hangat dari biasanya. Gaura telah memutuskan untuk mengambil cuti sementara dari pekerjaannya demi menemani Galen yang izin libur untuk

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 47

    "Dengar–kali ini aku akan melepaskanmu. Tapi jangan pernah berpikir kau bisa bermain-main denganku lagi." Prita mengusap pergelangan tangannya yang merah akibat ikatan, menatap Edrio dengan penuh kebencian, tetapi ia tidak berani berkata apa-apa lagi. Satu hal yang ia tahu pasti, Edrio memang bukan seseorang yang bisa dia permainkan sesuka hati. Tanpa sepatah kata lagi, Edrio berbalik dan keluar dari ruangan itu, meninggalkan Prita yang masih duduk diam dengan ekspresi penuh kekalahan. "Edrio! Kau akan menyesal!" teriaknya sebelum akhirnya diseret keluar ruangan. Edrio menghela napas panjang, lalu mengusap wajahnya. Ia tahu ini belum selesai. Ia paham betul Prita bukankah sosok yang mudah menyerah. ***Prita berjalan dengan langkah terburu-buru menuju kamarnya setelah melajukan mobilnya dari tempat ia di tahan oleh Edrio. Wajahnya merah padam karena amarah yang meluap-luap. Begitu memasuki kamar, ia menghempaskan tasnya ke lantai, lalu dengan geram menendang meja kecil di sa

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 46

    "Aku akan menempatkan beberapa orang kepercayaanku untuk menjaga Galen. Mereka akan mengawasi dari jauh, tanpa mengganggu kesehariannya. Aku tidak mau kejadian penculikan itu terulang lagi." Edrio menatap Gaura tanpa ragu. Gaura mendengus. "Jadi kau pikir aku tidak bisa menjaga anakku sendiri?" Edrio menghela napas panjang. "Bukan begitu, Gaura. Aku tahu kau selalu melakukan yang terbaik untuk Galen. Tapi musuh kita bukan orang sembarangan. Kita tidak tahu siapa lagi yang akan mencoba mencelakai Galen. Aku hanya ingin memastikan dia aman." Mika yang sejak tadi memperhatikan akhirnya ikut bicara. "Menurutku, ini bukan ide buruk, Gaura. Kita memang harus lebih waspada." Elia mengangguk setuju. "Apalagi setelah apa yang dilakukan oleh Prita. Kita tidak bisa meremehkan kemungkinan ancaman lain." Gaura terdiam. Di satu sisi, ia tidak ingin Edrio terlalu ikut campur dalam hidupnya dan Galen. Tapi di sisi lain, ia tidak bisa menyangkal bahwa perlindungan tambahan memang dibutuhkan.

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 45

    "Apakah kita bisa tinggal bersama setelah ini?" Deg. Semua orang saling menatap kecuali Edrio yang tetap terdiam. Gaura lagi-lagi menghela napas berat ketika pertanyaan Galen kembali mengusik hatinya. "Nanti kita bicarakan, ya sayang," jawab Gaura dengan senyum paksa. Mau tak mau, akhirnya Galen menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Setelah makan malam usai, Galen masih belum puas. Anak itu terus menarik tangan Edrio dengan penuh semangat. "Tuan–maksudku, Ayah, kita main dulu, yuk! Aku ingin bermain di taman yang ada di belakang restoran!" serunya dengan mata berbinar. Gaura hendak menolak, tetapi sebelum ia bisa bicara, Edrio sudah lebih dulu mengangguk. "Tentu, ayo kita main!" Galen bersorak girang, langsung berlari keluar restoran menuju taman kecil di belakang. Edrio menyusulnya dengan langkah santai, sementara Gaura, Mika, dan Elia ikut berjalan di belakang, mengawasi dari jauh. Saat mereka tiba di taman, Galen langsung berlari menuju ayunan dan memanjatnya denga

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 44

    "Menjelaskan tentang apa?" Edrio tetap tenang, mengunyah makanannya seolah tak merasa terganggu sedikitpun. Gaura mengepalkan tangannya. "Jangan berpura-pura bodoh, Edrio! Kau tahu betul apa yang kumaksud. Prita! Wanita itu adalah tunanganmu! Dan dia menculik anakku! Bagaimana bisa kau tidak tahu apa pun tentang rencananya?!" Elia dan Mika menatap mereka dengan tegang. Galen yang sedang menikmati makanannya pun ikut memperhatikan dengan kepala miring, meskipun ia belum sepenuhnya mengerti. Edrio akhirnya meletakkan pisaunya, menatap Gaura dengan mata tajam. "Aku tidak tahu apa yang dia lakukan. Aku sama sekali tidak menyangka dia akan sejauh ini." "Omong kosong!" Gaura membantah. "Bagaimana mungkin kau tidak tahu apa-apa?! Kau adalah CEO besar! Kau punya mata-mata di mana-mana! Bagaimana mungkin kau tidak mengetahui gerak-gerik tunanganmu sendiri?!" Edrio menghela napas. "Aku memang selalu mengawasi setiap orang di sekitarku, tetapi aku tidak menyangka Prita akan seberani i

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 43

    "Bunda, apakah benar Tuan Edrio Ayahku?" Deg. Pertanyaan itu terdengar begitu polos, begitu tulus, namun dampaknya seperti ledakan yang mengguncang ruangan itu. Semua orang langsung membeku. Gaura yang masih memeluk Galen seketika merasa tubuhnya kaku, tenggorokannya tercekat. Mika dan Elia yang berdiri di dekatnya pun membelalakkan mata, terkejut dengan pertanyaan tak terduga dari anak kecil itu. Bahkan Prita, yang sedari tadi penuh percaya diri, kini menegang. Galen menatap Bundanya dengan mata besar penuh harap, mencari jawaban. Ia adalah anak cerdas. Ia mungkin belum sepenuhnya memahami situasi yang terjadi, tetapi dari semua kata-kata yang dilemparkan di ruangan ini, ia mulai menyusun sendiri teka-teki di dalam kepalanya. "Bunda?" suara Galen kembali terdengar, kini dengan nada lebih lembut, lebih bertanya-tanya. Gaura menutup matanya, mencoba menenangkan diri. Hatinya bergetar. Ini adalah momen yang selalu ia hindari, momen yang tidak pernah ingin ia hadapi. Namun, ia

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 42

    PLAK! Tangan Edrio terangkat cepat dan menjatuhkan setumpuk kertas hasil investigasi ke kaki Prita. Di atas kertas itu, tertulis bukti-bukti yang membongkar segala rencana licik wanita itu. Foto-foto CCTV, catatan transaksi yang menunjukkan bahwa Prita membayar para penculik, hingga pesan-pesan yang dikirimnya kepada mereka. Prita membelalak. Wajahnya pucat pasi. "I-ini..." Edrio menyeringai kecil, tapi tak ada sedikit pun humor di matanya. "Apa lagi yang ingin kau katakan, Prita?" Wanita itu terdiam. Mulutnya terbuka, tapi tak ada suara yang keluar. Gaura yang sejak tadi menahan emosinya akhirnya berdiri. Matanya menyala penuh kebencian. "Kau menyentuh anakku," katanya dengan suara bergetar. "Kau pikir aku akan membiarkanmu lolos begitu saja?" Galen, yang masih dalam pelukan Gaura, menatap Prita dengan sorot mata polos tapi tajam. "Orang ini jahat," katanya tiba-tiba, suaranya tenang namun menghunjam. "Orang ingin memisahkan aku dari Bunda. Bahkan membiar

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 41

    "Ada apa ini sebenarnya!?" tanya seorang pria namun tak ada yang mengurusinya. Beberapa penghuni mulai mengintip dari balik jendela, sementara yang lain berdiri di lorong, bertanya-tanya apa yang sedang terjadi. Namun, tak satu pun dari pasukan Edrio yang menggubris mereka. Gaura keluar dari dalam mobil dengan jantung berdebar kencang. Kedua tangannya mengepal erat, tubuhnya tegang karena ketakutan. Elia dan Mika berada di belakangnya, wajah mereka sama-sama pucat. Edrio menoleh sekilas ke arah Gaura, lalu berbicara dengan nada tegas. "Kita tidak punya banyak waktu. Semakin lama kita di sini, semakin besar risiko mereka memindahkan Galen." Gaura mengangguk, berusaha mengendalikan emosinya. Seorang anak buah Edrio datang dengan langkah cepat, berbisik di telinganya. "Kami sudah memastikan unit apartemen tempat Galen dikurung. Target berada di lantai tiga, unit 306. Kami juga telah mendeteksi adanya dua orang penjaga di sekitar ruangan itu." Edrio mengangguk. "Kita bergerak

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status