Share

Bab 41

last update Last Updated: 2025-02-05 20:13:15

"Ada apa ini sebenarnya!?" tanya seorang pria namun tak ada yang mengurusinya.

Beberapa penghuni mulai mengintip dari balik jendela, sementara yang lain berdiri di lorong, bertanya-tanya apa yang sedang terjadi. Namun, tak satu pun dari pasukan Edrio yang menggubris mereka.

Gaura keluar dari dalam mobil dengan jantung berdebar kencang. Kedua tangannya mengepal erat, tubuhnya tegang karena ketakutan. Elia dan Mika berada di belakangnya, wajah mereka sama-sama pucat.

Edrio menoleh sekilas ke arah Gaura, lalu berbicara dengan nada tegas. "Kita tidak punya banyak waktu. Semakin lama kita di sini, semakin besar risiko mereka memindahkan Galen."

Gaura mengangguk, berusaha mengendalikan emosinya.

Seorang anak buah Edrio datang dengan langkah cepat, berbisik di telinganya. "Kami sudah memastikan unit apartemen tempat Galen dikurung. Target berada di lantai tiga, unit 306. Kami juga telah mendeteksi adanya dua orang penjaga di sekitar ruangan itu."

Edrio mengangguk. "Kita bergerak
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 42

    PLAK! Tangan Edrio terangkat cepat dan menjatuhkan setumpuk kertas hasil investigasi ke kaki Prita. Di atas kertas itu, tertulis bukti-bukti yang membongkar segala rencana licik wanita itu. Foto-foto CCTV, catatan transaksi yang menunjukkan bahwa Prita membayar para penculik, hingga pesan-pesan yang dikirimnya kepada mereka. Prita membelalak. Wajahnya pucat pasi. "I-ini..." Edrio menyeringai kecil, tapi tak ada sedikit pun humor di matanya. "Apa lagi yang ingin kau katakan, Prita?" Wanita itu terdiam. Mulutnya terbuka, tapi tak ada suara yang keluar. Gaura yang sejak tadi menahan emosinya akhirnya berdiri. Matanya menyala penuh kebencian. "Kau menyentuh anakku," katanya dengan suara bergetar. "Kau pikir aku akan membiarkanmu lolos begitu saja?" Galen, yang masih dalam pelukan Gaura, menatap Prita dengan sorot mata polos tapi tajam. "Orang ini jahat," katanya tiba-tiba, suaranya tenang namun menghunjam. "Orang ingin memisahkan aku dari Bunda. Bahkan membiar

    Last Updated : 2025-02-05
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 43

    "Bunda, apakah benar Tuan Edrio Ayahku?" Deg. Pertanyaan itu terdengar begitu polos, begitu tulus, namun dampaknya seperti ledakan yang mengguncang ruangan itu. Semua orang langsung membeku. Gaura yang masih memeluk Galen seketika merasa tubuhnya kaku, tenggorokannya tercekat. Mika dan Elia yang berdiri di dekatnya pun membelalakkan mata, terkejut dengan pertanyaan tak terduga dari anak kecil itu. Bahkan Prita, yang sedari tadi penuh percaya diri, kini menegang. Galen menatap Bundanya dengan mata besar penuh harap, mencari jawaban. Ia adalah anak cerdas. Ia mungkin belum sepenuhnya memahami situasi yang terjadi, tetapi dari semua kata-kata yang dilemparkan di ruangan ini, ia mulai menyusun sendiri teka-teki di dalam kepalanya. "Bunda?" suara Galen kembali terdengar, kini dengan nada lebih lembut, lebih bertanya-tanya. Gaura menutup matanya, mencoba menenangkan diri. Hatinya bergetar. Ini adalah momen yang selalu ia hindari, momen yang tidak pernah ingin ia hadapi. Namun, ia

    Last Updated : 2025-02-06
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 44

    "Menjelaskan tentang apa?" Edrio tetap tenang, mengunyah makanannya seolah tak merasa terganggu sedikitpun. Gaura mengepalkan tangannya. "Jangan berpura-pura bodoh, Edrio! Kau tahu betul apa yang kumaksud. Prita! Wanita itu adalah tunanganmu! Dan dia menculik anakku! Bagaimana bisa kau tidak tahu apa pun tentang rencananya?!" Elia dan Mika menatap mereka dengan tegang. Galen yang sedang menikmati makanannya pun ikut memperhatikan dengan kepala miring, meskipun ia belum sepenuhnya mengerti. Edrio akhirnya meletakkan pisaunya, menatap Gaura dengan mata tajam. "Aku tidak tahu apa yang dia lakukan. Aku sama sekali tidak menyangka dia akan sejauh ini." "Omong kosong!" Gaura membantah. "Bagaimana mungkin kau tidak tahu apa-apa?! Kau adalah CEO besar! Kau punya mata-mata di mana-mana! Bagaimana mungkin kau tidak mengetahui gerak-gerik tunanganmu sendiri?!" Edrio menghela napas. "Aku memang selalu mengawasi setiap orang di sekitarku, tetapi aku tidak menyangka Prita akan seberani i

    Last Updated : 2025-02-06
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 45

    "Apakah kita bisa tinggal bersama setelah ini?" Deg. Semua orang saling menatap kecuali Edrio yang tetap terdiam. Gaura lagi-lagi menghela napas berat ketika pertanyaan Galen kembali mengusik hatinya. "Nanti kita bicarakan, ya sayang," jawab Gaura dengan senyum paksa. Mau tak mau, akhirnya Galen menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Setelah makan malam usai, Galen masih belum puas. Anak itu terus menarik tangan Edrio dengan penuh semangat. "Tuan–maksudku, Ayah, kita main dulu, yuk! Aku ingin bermain di taman yang ada di belakang restoran!" serunya dengan mata berbinar. Gaura hendak menolak, tetapi sebelum ia bisa bicara, Edrio sudah lebih dulu mengangguk. "Tentu, ayo kita main!" Galen bersorak girang, langsung berlari keluar restoran menuju taman kecil di belakang. Edrio menyusulnya dengan langkah santai, sementara Gaura, Mika, dan Elia ikut berjalan di belakang, mengawasi dari jauh. Saat mereka tiba di taman, Galen langsung berlari menuju ayunan dan memanjatnya denga

    Last Updated : 2025-02-06
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 46

    "Aku akan menempatkan beberapa orang kepercayaanku untuk menjaga Galen. Mereka akan mengawasi dari jauh, tanpa mengganggu kesehariannya. Aku tidak mau kejadian penculikan itu terulang lagi." Edrio menatap Gaura tanpa ragu. Gaura mendengus. "Jadi kau pikir aku tidak bisa menjaga anakku sendiri?" Edrio menghela napas panjang. "Bukan begitu, Gaura. Aku tahu kau selalu melakukan yang terbaik untuk Galen. Tapi musuh kita bukan orang sembarangan. Kita tidak tahu siapa lagi yang akan mencoba mencelakai Galen. Aku hanya ingin memastikan dia aman." Mika yang sejak tadi memperhatikan akhirnya ikut bicara. "Menurutku, ini bukan ide buruk, Gaura. Kita memang harus lebih waspada." Elia mengangguk setuju. "Apalagi setelah apa yang dilakukan oleh Prita. Kita tidak bisa meremehkan kemungkinan ancaman lain." Gaura terdiam. Di satu sisi, ia tidak ingin Edrio terlalu ikut campur dalam hidupnya dan Galen. Tapi di sisi lain, ia tidak bisa menyangkal bahwa perlindungan tambahan memang dibutuhkan.

    Last Updated : 2025-02-07
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 47

    "Dengar–kali ini aku akan melepaskanmu. Tapi jangan pernah berpikir kau bisa bermain-main denganku lagi." Prita mengusap pergelangan tangannya yang merah akibat ikatan, menatap Edrio dengan penuh kebencian, tetapi ia tidak berani berkata apa-apa lagi. Satu hal yang ia tahu pasti, Edrio memang bukan seseorang yang bisa dia permainkan sesuka hati. Tanpa sepatah kata lagi, Edrio berbalik dan keluar dari ruangan itu, meninggalkan Prita yang masih duduk diam dengan ekspresi penuh kekalahan. "Edrio! Kau akan menyesal!" teriaknya sebelum akhirnya diseret keluar ruangan. Edrio menghela napas panjang, lalu mengusap wajahnya. Ia tahu ini belum selesai. Ia paham betul Prita bukankah sosok yang mudah menyerah. ***Prita berjalan dengan langkah terburu-buru menuju kamarnya setelah melajukan mobilnya dari tempat ia di tahan oleh Edrio. Wajahnya merah padam karena amarah yang meluap-luap. Begitu memasuki kamar, ia menghempaskan tasnya ke lantai, lalu dengan geram menendang meja kecil di sa

    Last Updated : 2025-02-07
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 48

    “Aku tidak suka wanita itu. Dia jahat.” Galen berpikir sejenak sebelum mengerucutkan bibirnya. Gaura tersenyum tipis. “Yang penting sekarang kamu selamat, itu yang paling utama.” Anak itu lalu menggenggam tangan Gaura erat. “Bunda, aku senang Ayah Edrio telah menolongku. Dia kuat banget, ya?” Gaura sedikit tersentak, tapi tetap berusaha tersenyum. “Iya, dia kuat.” Galen kembali menguap, matanya mulai menutup perlahan. Namun sebelum benar-benar tertidur, dia berbisik pelan, “Aku mau tidur sama Bunda dan Ayah suatu hari nanti… pasti seru…” Gaura terdiam, hatinya berdesir. Ia menatap wajah kecil Galen yang sudah terlelap. Tidur bersama Edrio? Sebuah impian sederhana dari anaknya, namun begitu berat baginya. Ia menghela napas panjang dan mengelus kepala Galen sekali lagi. Mungkin suatu hari nanti… tapi entah kapan.Pagi harinya, rumah terasa lebih hangat dari biasanya. Gaura telah memutuskan untuk mengambil cuti sementara dari pekerjaannya demi menemani Galen yang izin libur untuk

    Last Updated : 2025-02-07
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 49

    "Apa yang harus aku lakukan setelah ini?" Kini di dalam dapur, aroma kaldu yang mendidih menghangatkan ruangan. Gaura berdiri di depan meja dapur, memotong wortel dengan pisau tajam. Di sebelahnya, Elia sedang mengaduk sup dalam panci, sesekali melirik putrinya yang terlihat sedikit berbeda. “Kau melamun, Gaura,” komentar Elia dengan nada lembut. Gaura menghentikan gerakannya sejenak, menatap potongan wortel yang hampir tidak rapi. Ia menghela napas. “Aku hanya… merasa gundah, Bu. Edrio semakin sering berada di dekat Galen. Aku tahu anak itu bahagia, tapi…” Elia menatap putrinya dengan penuh pengertian. “Kau takut Edrio akan merebut Galen darimu?” Gaura menggigit bibirnya, tidak langsung menjawab. “Aku tidak tahu, Bu. Aku hanya takut. Aku takut jika Galen lebih memilihnya, atau jika Edrio tiba-tiba memutuskan untuk membawa Galen pergi dariku.” Elia menghela napas pelan, lalu menyentuh bahu Gaura dengan lembut. “Gaura, aku mengerti perasaanmu. Tapi kau harus ingat satu hal—Galen

    Last Updated : 2025-02-07

Latest chapter

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 100

    "Hmhh.." lenguh Gaura menahan semua sensasi yang tubuhnya rasakan. Edrio menarik napasnya dalam-dalam dan menghembuskannya dengan perlahan, kemudian memulai aksinya untuk 'bertarung' dengan Gaura. Di saat mereka berdua tengah saling bertarung di dalam kamar, di sebuah kamar lain tepatnya kamar tidur milik Galen, terdapat bocah itu bersama neneknya. Kamar Galen dihiasi cahaya lampu malam berbentuk bintang-bintang yang memantul di langit-langit. Bocah itu sudah mengenakan piyama bergambar dinosaurus, tapi matanya masih terbuka lebar, tak kunjung mengantuk.Di sebelahnya, Elia—nenek tercintanya—sedang duduk di tempat tidur, membacakan buku dongeng dengan suara lembut. Namun, Galen tampaknya lebih sibuk berpikir daripada mendengarkan cerita.“Nenek…” Galen memanggil dengan suara pelan namun penuh rasa ingin tahu.“Iya, sayang?” Elia menutup buku dan menoleh penuh perhatian.Galen duduk bersila di tempat tidurnya, alisnya mengernyit lucu. “Kenapa Bunda sama Ayah tidur di hotel? Kenap

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 99

    “Karena aku takut akan kehilanganmu kalau kau tahu siapa aku dulu… Tapi sekarang, aku lebih takut kehilanganmu kalau aku tetap diam.” Gaura menarik napas dalam, lalu mengangguk perlahan. “Kau seharusnya percaya bahwa aku cukup kuat untuk berdiri di sampingmu, bahkan saat yang terburuk sekalipun.” Edrio tersenyum. Untuk pertama kalinya sejak kejadian itu, ekspresi damai kembali menghiasi wajahnya. “Maafkan aku, Gaura.” Ia memeluk Gaura erat di hadapan semua tamu. Suasana kembali hangat, bahkan lebih dari sebelumnya. Galen berlari ke arah mereka, memeluk kaki kedua orang tuanya dengan senyum polos dan bahagia. Beberapa detik kemudian, pendeta yang masih berdiri terpaku akhirnya berkata sambil tertawa kecil, “Kalau begitu… bolehkah saya melanjutkan? Saya pikir kita masih punya satu bagian yang tertunda…” Para tamu tertawa dan bersorak. Musik lembut kembali diputar. Edrio dan Gaura berdiri berhadapan lagi, dan kali ini, saat pendeta menyuruh mereka mengucapkan “I do,” keduanya menga

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 98

    “Matikan itu!" perintahnya ke tim teknis. Tapi layar tidak bergeming. Wanita itu sudah meng-hack sistem sepenuhnya. Gambar berikutnya menunjukkan Edrio sedang berada dalam pertemuan gelap bersama pria-pria bersenjata, membawa koper uang dan dokumen. Kemudian, rekaman suara mulai terdengar—diskusi mengenai distribusi logistik “tak terdaftar” dari pelabuhan. “Jadi… semua ini cuma kedok?” bisik salah satu pejabat tamu yang hadir. Gaura berdiri kaku. Senyumnya lenyap. Matanya tak percaya melihat Edrio di layar. Ia menoleh ke suaminya yang kini menatap layar dengan rahang mengeras. “Edrio…” bisiknya nyaris tak terdengar. “Apa maksud semua ini?” Edrio menatap Gaura dengan ekspresi bersalah, namun tak gentar. Ia meraih tangannya, tapi Gaura menariknya pelan. “Aku bisa jelaskan.” “Kapan?” suara Gaura kini bergetar. “Kapan kau akan memberitahuku tentang masa lalu ini? Galen... aku harus melindungi dia.” Edrio menarik napas dalam. “Itu sudah lama berlalu. Dan aku keluar dari itu semua s

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 97

    Langit biru membentang sempurna di atas gedung berarsitektur klasik yang berdiri megah di pinggir kota. Udara pagi itu sejuk, diselimuti semilir angin yang membawa wangi bunga mawar putih dan lili yang menghiasi setiap sudut halaman. Musik lembut dari gesekan biola mengalun indah, berpadu dengan tawa riang para tamu yang berdatangan dari berbagai penjuru negeri.Di dalam ruang rias, Gaura duduk di hadapan cermin besar dengan bingkai emas. Gaun putih gading yang membalut tubuhnya begitu anggun, memancarkan keanggunan dan kekuatan seorang wanita yang telah melewati badai dan tetap berdiri tegak.Dari belakang, salah satu asistennya membetulkan veil panjang yang menjuntai dengan indah.“Gaura… kau tampak luar biasa,” bisiknya sambil tersenyum haru.Gaura menoleh sedikit dan membalas dengan senyum yang tenang. “Terima kasih. Aku... sempat berpikir hari ini tak akan pernah datang.”Wanita itu menggenggam tangannya. “Tapi kau di sini sekarang. Kau pantas mendapat kebahagiaan ini.”Sementara

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 96

    Dengan tangan terangkat, Edrio memberi isyarat pada anak buahnya. Beberapa dari mereka membawa ke depan bukti-bukti kejahatan Jonathan. Transfer uang ilegal, dokumen palsu, bahkan rekaman percakapan dengan para pihak yang terlibat dalam pengaturan saham. Namun, di saat yang sama, sesuatu yang lebih menegangkan terjadi. Jonathan menyeringai. Ia meraih mikrofon, dan matanya menyala dengan keputusasaan yang membara. "Kalian pikir bisa menjatuhkan saya dengan cara ini?! Kalian tidak tahu siapa saya sebenarnya! Para investor ini adalah milikku, dan mereka tidak akan pernah percaya pada fitnah kalian!" Tiba-tiba, pintu besar konferensi terbuka dengan keras, dan sejumlah pengawal Jonathan berlari masuk, dengan senjata terhunus. Mereka menuju Edrio dan pasukannya, membentuk formasi pertahanan yang rapat.Sontak, semua yang hadir pun terkejut dan beberapa mulai merasa takut. Sedetik kemudian, para investor ataupun para tamu berlarian untuk menyelamatkan diri. “Lindungi saya!” teriak Jona

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 95

    "Di sini, di tengah keheningan ini, aku merasa terlindungi.” Edrio menoleh padanya, menatap mata wanita yang kini tak hanya menjadi pasangannya dalam medan pertempuran yang belum usai. “Aku akan melindungimu. Tidak hanya sebagai pasangan, tapi sebagai seseorang yang melindungimu sepenuh hati.” Gaura mengangguk pelan, matanya mulai basah. Malam itu, meskipun dunia di luar masih dipenuhi dengan bahaya, rumah kecil itu menjadi tempat paling hangat di bumi. Di tengah perang rahasia, konspirasi, dan teror, mereka masih bisa tertawa, berpelukan, dan percaya bahwa mereka masih memiliki sesuatu yang tak bisa disentuh oleh kekuatan jahat sekalipun. Cinta, keberanian, dan harapan. Dan Edrio, di dalam hatinya, bersumpah bahwa ia akan menuntaskan semua ini. Untuk Gaura. Untuk Galen. Untuk rumah yang ingin ia lindungi… selamanya.****Langit mendung menggantung pekat di atas gedung tua yang kini dijadikan markas darurat oleh Edrio. Tak ada papan nama. Tak ada sinyal ponsel yang kuat. Di te

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 94

    “Itu simbol unit pengawasan pribadi milik Jonathan. 09-17 adalah sandi untuk proyek ‘September Black’—operasi bayangan miliknya dulu saat masih jadi bagian dari jaringan intel investasi gelap di Asia Tenggara.” Gaura menegang. “Kau serius? Jadi dia bukan cuma musuh bisnis biasa?” “Dia lebih dari itu,” kata Edrio. “Dia pernah jadi sekutuku. Salah satu orang terbaik di tim. Sampai akhirnya dia mengkhianati kita semua. Menjual informasi ke pihak asing, memanipulasi laporan keuangan, dan mencoba mencuri investor besar dariku.” Gaura menggeleng pelan, dadanya terasa sesak. “Kenapa aku baru dengar ini sekarang?” “Aku ingin menjauhkanmu dari bahaya,” jawab Edrio. “Tapi sekarang aku sadar, menyembunyikannya darimu malah membuatmu jadi target yang lebih mudah.” Gaura menarik napas dalam. “Lalu apa rencanamu?” Edrio berjalan ke arah jendela, menatap malam yang mulai gelap sempurna. “Kita akan memancingnya keluar. Tapi kali ini, kau tidak akan sendirian.” Ia menoleh ke arah Gaura. “Aku a

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 93

    Terdengar suara dentuman keras dari halaman belakang. Gaura tersentak. Dengan gerakan cepat dan senyap, ia merunduk dan bergerak menuju sumber suara. Ia mengintip dari celah tirai. Sebuah kursi terjatuh di teras belakang, namun tidak ada siapa pun di sana. Tapi Gaura tahu lebih baik daripada menganggap ini hanya kebetulan. Ia menahan napas dan merapatkan punggungnya ke dinding, mendengarkan dengan saksama. Ada suara langkah kaki yang hampir tak terdengar, seperti seseorang berusaha bergerak dalam bayangan. Jantungnya berdegup lebih cepat. Ini bukan pencuri biasa. Ini peringatan, pikirnya. Gaura melirik ke cermin yang terletak di sudut ruangan. Cermin itu memantulkan bayangan dari jendela lain—dan di sanalah ia melihatnya. Seseorang berdiri di kebun belakang, mengenakan mantel hitam panjang, wajahnya tersembunyi dalam kegelapan. Orang itu tidak bergerak. Hanya berdiri di sana. Mengawasi. Dan orang itu, penampilannya mirip dengan sosok mereka temui di sekolah Galen beberapa har

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 92

    "Sama-sama, Gaura, kapanpun kau butuh bantuanku, aku selalu bersedia," balas sosok itu hingga membuat Gaura tersenyum. **** Beberapa hari kemudian ketika malam hari, ruangan bawah tanah itu hanya diterangi oleh lampu LED redup di langit-langit. Aroma besi dan keringat memenuhi udara. Gaura berdiri tegap di depan papan sasaran, matanya tajam, penuh fokus. Di tangannya, pistol semi-otomatis yang baru saja ia isi pelurunya. Ia menarik napas dalam, lalu mengangkat pistolnya dengan gerakan halus dan percaya diri. Dor! Dor! Dor! Tiga peluru menembus sasaran dalam hitungan detik. Tepat di tengah. Gaura tersenyum tipis. "Tanganku masih setajam dulu," gumamnya. Ia menurunkan pistolnya, melepaskan magazin kosong dan menggantinya dengan yang baru dalam satu gerakan cepat. Setelah bertahun-tahun meninggalkan dunia pertarungan, kini ia kembali menyentuh senjata, mengembalikan naluri yang dulu selalu menjadi bagian dari dirinya. Malam ini, ia tidak hanya berlatih. Ia kembali menjadi Gaur

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status