Share

Bab 48

last update Last Updated: 2025-02-07 14:26:07

“Aku tidak suka wanita itu. Dia jahat.” Galen berpikir sejenak sebelum mengerucutkan bibirnya.

Gaura tersenyum tipis. “Yang penting sekarang kamu selamat, itu yang paling utama.”

Anak itu lalu menggenggam tangan Gaura erat. “Bunda, aku senang Ayah Edrio telah menolongku. Dia kuat banget, ya?”

Gaura sedikit tersentak, tapi tetap berusaha tersenyum. “Iya, dia kuat.”

Galen kembali menguap, matanya mulai menutup perlahan. Namun sebelum benar-benar tertidur, dia berbisik pelan, “Aku mau tidur sama Bunda dan Ayah suatu hari nanti… pasti seru…”

Gaura terdiam, hatinya berdesir. Ia menatap wajah kecil Galen yang sudah terlelap.

Tidur bersama Edrio? Sebuah impian sederhana dari anaknya, namun begitu berat baginya.

Ia menghela napas panjang dan mengelus kepala Galen sekali lagi. Mungkin suatu hari nanti… tapi entah kapan.

Pagi harinya, rumah terasa lebih hangat dari biasanya. Gaura telah memutuskan untuk mengambil cuti sementara dari pekerjaannya demi menemani Galen yang izin libur untuk
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 49

    "Apa yang harus aku lakukan setelah ini?" Kini di dalam dapur, aroma kaldu yang mendidih menghangatkan ruangan. Gaura berdiri di depan meja dapur, memotong wortel dengan pisau tajam. Di sebelahnya, Elia sedang mengaduk sup dalam panci, sesekali melirik putrinya yang terlihat sedikit berbeda. “Kau melamun, Gaura,” komentar Elia dengan nada lembut. Gaura menghentikan gerakannya sejenak, menatap potongan wortel yang hampir tidak rapi. Ia menghela napas. “Aku hanya… merasa gundah, Bu. Edrio semakin sering berada di dekat Galen. Aku tahu anak itu bahagia, tapi…” Elia menatap putrinya dengan penuh pengertian. “Kau takut Edrio akan merebut Galen darimu?” Gaura menggigit bibirnya, tidak langsung menjawab. “Aku tidak tahu, Bu. Aku hanya takut. Aku takut jika Galen lebih memilihnya, atau jika Edrio tiba-tiba memutuskan untuk membawa Galen pergi dariku.” Elia menghela napas pelan, lalu menyentuh bahu Gaura dengan lembut. “Gaura, aku mengerti perasaanmu. Tapi kau harus ingat satu hal—Galen

    Last Updated : 2025-02-07
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 50

    "Bunda ngomongin Ayah, ya?" Gaura masih sibuk mengaduk adonan kue saat tiba-tiba suara kecil yang ceria terdengar dari belakangnya. Gaura nyaris tersedak udara sendiri. Dengan cepat, ia menoleh dan mendapati Galen berdiri di ambang pintu dapur dengan mata berbinar penuh rasa ingin tahu. "H-hah? Apa maksudmu?" Gaura mencoba bersikap biasa, tapi jelas-jelas nada suaranya terdengar gugup. Galen menaikkan alisnya dengan ekspresi penuh selidik. "Aku dengar Bunda menyebut nama Ayah dengan nada kesal. Kenapa? Dan siapa yang lebih berbahaya daripada monster?" Gaura membuka mulutnya, hendak menyangkal, tapi urung. Menggelengkan kepalanya cepat, ia meraih sebuah mangkuk berisi tepung dan mengalihkan pembicaraan. "Sudah, jangan banyak tanya. Bantu Bunda saja buat kue, ya?" Mata Galen langsung berbinar. "Boleh? Aku mau bantu!" Tanpa menunggu jawaban, anak itu segera mengambil bangku kecil dan memanjatnya agar bisa mencapai meja dapur. Gaura tersenyum kecil, menghela napas lega karen

    Last Updated : 2025-02-08
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 51

    'Pria ini... aku harus selalu berhati-hati,' ucapnya dalam hati. Setelah acara makan yang penuh kehangatan dan celoteh Galen, suasana mulai mereda. Mika membantu Elia membereskan meja makan, sementara Galen masih sibuk memainkan mobil-mobilan yang baru saja diberikan oleh Edrio. Gaura menghela napas, merasa sedikit lebih rileks setelah melihat Galen begitu bahagia. Namun, saat ia hendak berdiri untuk kembali ke dapur, Edrio tiba-tiba mengeluarkan sebuah kartu dari dalam sakunya dan meletakkannya di meja, tepat di hadapan Gaura. "Apa ini?" tanya Gaura dengan alis berkerut, matanya menatap kartu itu dengan penuh tanda tanya. Edrio menyandarkan punggungnya ke kursi, menatap Gaura dengan ekspresi serius. "Itu kartu rekening khusus untuk Galen. Aku sudah mengisinya dengan dana yang cukup untuk semua kebutuhannya, termasuk sekolah, kesehatan, dan kebutuhan lainnya." Gaura tertegun sejenak sebelum mendesah panjang. Dengan ekspresi tidak senang, ia mendorong kartu itu kembali ke arah Ed

    Last Updated : 2025-02-08
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 52

    "Ah. Aku tidak akan memikirkannya sekarang." Setelah Elia pergi, Gaura pun memutuskan untuk memejamkan matanya. Keesokan harinya. Sinar matahari menerobos masuk melalui jendela besar di ruang makan, memberikan kehangatan yang menyenangkan. Gaura sudah siap dengan pakaian semi-formalnya—blazer putih yang dipadukan dengan celana panjang hitam—sempurna untuk hari yang sibuk di studio desainnya. Namun, sebelum itu, ia harus mengantarkan Galen ke sekolah.Di depan meja makan, Galen duduk dengan seragam sekolahnya yang rapi, mengayun-ayunkan kakinya dengan riang. Anak itu menyantap roti panggang dengan selai stroberi favoritnya, sementara Mika duduk di sampingnya, memastikan bocah kecil itu menghabiskan makanannya sebelum berangkat.“Galen, jangan makan terlalu cepat. Nanti tersedak,” ujar Gaura sambil menuangkan susu ke dalam gelasnya.Galen hanya terkekeh kecil. “Aku nggak mau telat, Bunda! Hari ini ada kelas seni, dan aku mau jadi yang pertama menggambar!”Gaura menggelengkan kepala d

    Last Updated : 2025-02-08
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 53

    “Ini… luar biasa!” serunya, lalu menoleh ke asistennya. “Aku belum pernah secantik ini! Riasannya tampak alami, tapi tetap glamor!” Riasan yang Gaura buat begitu sempurna—tidak berlebihan, tetapi mampu menonjolkan kecantikan alaminya dengan cara yang luar biasa. Para asistennya mengangguk setuju. Salah satu dari mereka bahkan berkata, “Madame, ini yang terbaik yang pernah Anda dapatkan.” Rosaline menoleh kembali ke Gaura, senyum lebar terukir di wajahnya. “Kamu benar-benar berbakat. Aku ingin kamu menjadi make-up artist pribadiku untuk setiap acara penting yang aku hadiri. Dan aku akan merekomendasikan studiommu ke semua rekan sosialitaku.” Gaura nyaris tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Ini lebih dari sekadar keberhasilan—ini adalah lompatan besar bagi kariernya! “Saya merasa sangat terhormat, Madame. Terima kasih banyak atas kepercayaannya,” jawab Gaura dengan sopan. Rosaline mengeluarkan kartu namanya dan memberikannya pada Gaura. “Kirimkan daftar harga eksklu

    Last Updated : 2025-02-09
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 54

    "Ah, jika itu terjadi, aku tidak akan membiarkannya." Setelah kepergian Prita, Edrio menghela napas panjang dan kembali duduk di kursi kerjanya. Ia membuka kembali beberapa dokumen yang perlu diselesaikan hari itu. Namun, pikirannya tetap berkecamuk. Bukan karena ancaman Prita, melainkan karena sosok kecil yang telah mengubah dunianya.Galen.Edrio masih teringat bagaimana anak itu dengan polosnya meminta kepastian apakah dia benar-benar Ayahnya. Ada sesuatu dalam tatapan Galen yang membuat hatinya bergetar. Anak itu tidak meminta uang, tidak meminta hadiah besar, atau status sosial. Ia hanya menginginkan kasih sayang dari seorang Ayah. Tanpa pikir panjang, Edrio menutup dokumennya dan berdiri. "Jadwalkan ulang pertemuan sore ini," katanya kepada sekretarisnya. Sekretarisnya tampak bingung. "Tuan, ada rapat penting dengan dewan direksi." "Aku akan menanganinya nanti," jawab Edrio singkat, lalu melangkah keluar. Beberapa menit kemudian, ia sudah berada di dalam mobil bersama sopi

    Last Updated : 2025-02-09
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 55

    "Kalau kau mau mengantarnya, pastikan kau juga bertanggung jawab atas semua akibatnya."Semua orang menoleh. Gaura berdiri di sana, menatap Edrio dengan ekspresi rumit. Wanita itu baru saja datang untuk menjemput Galen dan terkejut melihat pria itu ada di sekolah.Edrio menatap Gaura dengan tatapan tajamnya yang khas. "Aku tidak akan melakukan sesuatu yang bisa membahayakan putraku."Gaura mendengus. "Putramu? Kau baru mengakuinya sekarang setelah sekian lama?"Galen yang berada di tengah mereka hanya bisa menatap keduanya dengan bingung.Edrio menghela napas, memilih untuk tidak melanjutkan perdebatan. Ia berjongkok di hadapan Galen dan mengusap kepalanya dengan lembut. "Hari ini, pulanglah bersama Bunda terlebih dahulu. Ayah akan datang lagi lain waktu."Galen tampak sedikit kecewa, tetapi ia mengangguk. "Baik, Ayah. Tapi janji ya, Ayah harus sering datang lagi!"Edrio tersenyum tipis. "Janji."***Saat malam tiba, Gaura yang sedang menidurkan Galen terkejut ketika suara ketukan ter

    Last Updated : 2025-02-09
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 56

    "Kenapa setelah semua ini?" ujarnya terdengar lebih pelan. Edrio menghela napas. "Karena aku terlalu bodoh untuk menyadari lebih awal. Aku pikir aku bisa menjalani hidup tanpa memikirkan apa yang terjadi di masa lalu. Tapi setelah melihat Galen, setelah melihat betapa dia begitu ingin mengenalku sebagai Ayahnya... aku tidak bisa lari lagi." Hening melingkupi mereka. Gaura menatap pria di hadapannya, mencoba mencari kebohongan dalam kata-katanya. Namun, yang ia temukan hanyalah kesungguhan. Edrio, pria yang selama ini ia benci, pria yang ia anggap telah menghancurkan hidupnya, kini duduk di hadapannya dengan ekspresi yang lebih manusiawi dari yang pernah ia lihat sebelumnya. "Aku tidak memintamu untuk langsung menerimaku, Gaura," suara Edrio lebih lembut kali ini. "Aku hanya ingin kau tahu bahwa aku akan ada di sini. Untuk Galen. Untukmu. Aku akan melindungi kalian." Gaura menggigit bibirnya, menahan air mata yang hampir jatuh. Ia tidak ingin terlihat lemah di hadapan pria ini.

    Last Updated : 2025-02-11

Latest chapter

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 101

    “Aku tidak menggombal. Aku sedang menyatakan fakta.” Edrio tertawa pelan lalu menarik selimut itu perlahan, memperlihatkan wajah istrinya lagi.Gaura menatapnya dengan senyum malu. Ia menggeliat kecil, lalu menyandarkan kepala di dada Edrio yang hangat.“Semalam… terasa seperti mimpi,” bisiknya.Edrio membalas dengan mengecup ubun-ubunnya. “Tapi ini nyata. Kamu istriku sekarang. Dan aku… milikmu sepenuhnya.”Mereka terdiam beberapa saat, membiarkan suara detak jantung dan tarikan napas menjadi satu-satunya irama di kamar itu.Lalu Gaura menatapnya dan bertanya, “Apa kau pernah membayangkan kita akan sampai di titik ini, setelah semua kekacauan yang kita alami?”Edrio menggeleng pelan. “Tidak. Tapi aku bersyukur kita bertahan. Dan lebih dari itu—aku bersyukur kamu memilih tetap bersamaku.”Gaura menyentuh wajahnya dengan penuh kelembutan. “Kita sama-sama bertahan, Edrio. Kau juga tidak menyerah padaku.”Mereka saling menatap sejenak sebelum akhirnya bibir mereka bersentuhan lagi—kali

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 100

    "Hmhh.." lenguh Gaura menahan semua sensasi yang tubuhnya rasakan. Edrio menarik napasnya dalam-dalam dan menghembuskannya dengan perlahan, kemudian memulai aksinya untuk 'bertarung' dengan Gaura. Di saat mereka berdua tengah saling bertarung di dalam kamar, di sebuah kamar lain tepatnya kamar tidur milik Galen, terdapat bocah itu bersama neneknya. Kamar Galen dihiasi cahaya lampu malam berbentuk bintang-bintang yang memantul di langit-langit. Bocah itu sudah mengenakan piyama bergambar dinosaurus, tapi matanya masih terbuka lebar, tak kunjung mengantuk.Di sebelahnya, Elia—nenek tercintanya—sedang duduk di tempat tidur, membacakan buku dongeng dengan suara lembut. Namun, Galen tampaknya lebih sibuk berpikir daripada mendengarkan cerita.“Nenek…” Galen memanggil dengan suara pelan namun penuh rasa ingin tahu.“Iya, sayang?” Elia menutup buku dan menoleh penuh perhatian.Galen duduk bersila di tempat tidurnya, alisnya mengernyit lucu. “Kenapa Bunda sama Ayah tidur di hotel? Kenap

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 99

    “Karena aku takut akan kehilanganmu kalau kau tahu siapa aku dulu… Tapi sekarang, aku lebih takut kehilanganmu kalau aku tetap diam.” Gaura menarik napas dalam, lalu mengangguk perlahan. “Kau seharusnya percaya bahwa aku cukup kuat untuk berdiri di sampingmu, bahkan saat yang terburuk sekalipun.” Edrio tersenyum. Untuk pertama kalinya sejak kejadian itu, ekspresi damai kembali menghiasi wajahnya. “Maafkan aku, Gaura.” Ia memeluk Gaura erat di hadapan semua tamu. Suasana kembali hangat, bahkan lebih dari sebelumnya. Galen berlari ke arah mereka, memeluk kaki kedua orang tuanya dengan senyum polos dan bahagia. Beberapa detik kemudian, pendeta yang masih berdiri terpaku akhirnya berkata sambil tertawa kecil, “Kalau begitu… bolehkah saya melanjutkan? Saya pikir kita masih punya satu bagian yang tertunda…” Para tamu tertawa dan bersorak. Musik lembut kembali diputar. Edrio dan Gaura berdiri berhadapan lagi, dan kali ini, saat pendeta menyuruh mereka mengucapkan “I do,” keduanya menga

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 98

    “Matikan itu!" perintahnya ke tim teknis. Tapi layar tidak bergeming. Wanita itu sudah meng-hack sistem sepenuhnya. Gambar berikutnya menunjukkan Edrio sedang berada dalam pertemuan gelap bersama pria-pria bersenjata, membawa koper uang dan dokumen. Kemudian, rekaman suara mulai terdengar—diskusi mengenai distribusi logistik “tak terdaftar” dari pelabuhan. “Jadi… semua ini cuma kedok?” bisik salah satu pejabat tamu yang hadir. Gaura berdiri kaku. Senyumnya lenyap. Matanya tak percaya melihat Edrio di layar. Ia menoleh ke suaminya yang kini menatap layar dengan rahang mengeras. “Edrio…” bisiknya nyaris tak terdengar. “Apa maksud semua ini?” Edrio menatap Gaura dengan ekspresi bersalah, namun tak gentar. Ia meraih tangannya, tapi Gaura menariknya pelan. “Aku bisa jelaskan.” “Kapan?” suara Gaura kini bergetar. “Kapan kau akan memberitahuku tentang masa lalu ini? Galen... aku harus melindungi dia.” Edrio menarik napas dalam. “Itu sudah lama berlalu. Dan aku keluar dari itu semua s

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 97

    Langit biru membentang sempurna di atas gedung berarsitektur klasik yang berdiri megah di pinggir kota. Udara pagi itu sejuk, diselimuti semilir angin yang membawa wangi bunga mawar putih dan lili yang menghiasi setiap sudut halaman. Musik lembut dari gesekan biola mengalun indah, berpadu dengan tawa riang para tamu yang berdatangan dari berbagai penjuru negeri.Di dalam ruang rias, Gaura duduk di hadapan cermin besar dengan bingkai emas. Gaun putih gading yang membalut tubuhnya begitu anggun, memancarkan keanggunan dan kekuatan seorang wanita yang telah melewati badai dan tetap berdiri tegak.Dari belakang, salah satu asistennya membetulkan veil panjang yang menjuntai dengan indah.“Gaura… kau tampak luar biasa,” bisiknya sambil tersenyum haru.Gaura menoleh sedikit dan membalas dengan senyum yang tenang. “Terima kasih. Aku... sempat berpikir hari ini tak akan pernah datang.”Wanita itu menggenggam tangannya. “Tapi kau di sini sekarang. Kau pantas mendapat kebahagiaan ini.”Sementara

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 96

    Dengan tangan terangkat, Edrio memberi isyarat pada anak buahnya. Beberapa dari mereka membawa ke depan bukti-bukti kejahatan Jonathan. Transfer uang ilegal, dokumen palsu, bahkan rekaman percakapan dengan para pihak yang terlibat dalam pengaturan saham. Namun, di saat yang sama, sesuatu yang lebih menegangkan terjadi. Jonathan menyeringai. Ia meraih mikrofon, dan matanya menyala dengan keputusasaan yang membara. "Kalian pikir bisa menjatuhkan saya dengan cara ini?! Kalian tidak tahu siapa saya sebenarnya! Para investor ini adalah milikku, dan mereka tidak akan pernah percaya pada fitnah kalian!" Tiba-tiba, pintu besar konferensi terbuka dengan keras, dan sejumlah pengawal Jonathan berlari masuk, dengan senjata terhunus. Mereka menuju Edrio dan pasukannya, membentuk formasi pertahanan yang rapat.Sontak, semua yang hadir pun terkejut dan beberapa mulai merasa takut. Sedetik kemudian, para investor ataupun para tamu berlarian untuk menyelamatkan diri. “Lindungi saya!” teriak Jona

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 95

    "Di sini, di tengah keheningan ini, aku merasa terlindungi.” Edrio menoleh padanya, menatap mata wanita yang kini tak hanya menjadi pasangannya dalam medan pertempuran yang belum usai. “Aku akan melindungimu. Tidak hanya sebagai pasangan, tapi sebagai seseorang yang melindungimu sepenuh hati.” Gaura mengangguk pelan, matanya mulai basah. Malam itu, meskipun dunia di luar masih dipenuhi dengan bahaya, rumah kecil itu menjadi tempat paling hangat di bumi. Di tengah perang rahasia, konspirasi, dan teror, mereka masih bisa tertawa, berpelukan, dan percaya bahwa mereka masih memiliki sesuatu yang tak bisa disentuh oleh kekuatan jahat sekalipun. Cinta, keberanian, dan harapan. Dan Edrio, di dalam hatinya, bersumpah bahwa ia akan menuntaskan semua ini. Untuk Gaura. Untuk Galen. Untuk rumah yang ingin ia lindungi… selamanya.****Langit mendung menggantung pekat di atas gedung tua yang kini dijadikan markas darurat oleh Edrio. Tak ada papan nama. Tak ada sinyal ponsel yang kuat. Di te

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 94

    “Itu simbol unit pengawasan pribadi milik Jonathan. 09-17 adalah sandi untuk proyek ‘September Black’—operasi bayangan miliknya dulu saat masih jadi bagian dari jaringan intel investasi gelap di Asia Tenggara.” Gaura menegang. “Kau serius? Jadi dia bukan cuma musuh bisnis biasa?” “Dia lebih dari itu,” kata Edrio. “Dia pernah jadi sekutuku. Salah satu orang terbaik di tim. Sampai akhirnya dia mengkhianati kita semua. Menjual informasi ke pihak asing, memanipulasi laporan keuangan, dan mencoba mencuri investor besar dariku.” Gaura menggeleng pelan, dadanya terasa sesak. “Kenapa aku baru dengar ini sekarang?” “Aku ingin menjauhkanmu dari bahaya,” jawab Edrio. “Tapi sekarang aku sadar, menyembunyikannya darimu malah membuatmu jadi target yang lebih mudah.” Gaura menarik napas dalam. “Lalu apa rencanamu?” Edrio berjalan ke arah jendela, menatap malam yang mulai gelap sempurna. “Kita akan memancingnya keluar. Tapi kali ini, kau tidak akan sendirian.” Ia menoleh ke arah Gaura. “Aku a

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 93

    Terdengar suara dentuman keras dari halaman belakang. Gaura tersentak. Dengan gerakan cepat dan senyap, ia merunduk dan bergerak menuju sumber suara. Ia mengintip dari celah tirai. Sebuah kursi terjatuh di teras belakang, namun tidak ada siapa pun di sana. Tapi Gaura tahu lebih baik daripada menganggap ini hanya kebetulan. Ia menahan napas dan merapatkan punggungnya ke dinding, mendengarkan dengan saksama. Ada suara langkah kaki yang hampir tak terdengar, seperti seseorang berusaha bergerak dalam bayangan. Jantungnya berdegup lebih cepat. Ini bukan pencuri biasa. Ini peringatan, pikirnya. Gaura melirik ke cermin yang terletak di sudut ruangan. Cermin itu memantulkan bayangan dari jendela lain—dan di sanalah ia melihatnya. Seseorang berdiri di kebun belakang, mengenakan mantel hitam panjang, wajahnya tersembunyi dalam kegelapan. Orang itu tidak bergerak. Hanya berdiri di sana. Mengawasi. Dan orang itu, penampilannya mirip dengan sosok mereka temui di sekolah Galen beberapa har

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status