Share

Bab 31

last update Last Updated: 2025-02-02 16:11:35

"Aku ingin kau pergi." Prita mencondongkan tubuhnya ke depan.

Gaura mengangkat alis. "Pergi?"

"Ya," jawab Prita santai. "Aku ingin kau pergi dari hidup Edrio. Pergilah sejauh mungkin, bawa anak itu, dan jangan pernah kembali."

Gaura tertawa dingin. "Dan apa yang membuatmu berpikir aku akan menurut?"

Prita menyandarkan diri ke meja, tatapannya penuh kesombongan. "Karena aku bisa membuat hidupmu berantakan dalam sekejap, Gaura. Aku punya koneksi, aku punya kekuatan, dan aku punya segalanya yang kau tidak miliki."

Gaura mendekat, menatapnya dengan penuh kebencian. "Dengar baik-baik, Prita. Aku tidak butuh Edrio dalam hidupku, apalagi dalam hidup Galen. Jika kau berpikir aku menginginkan pria itu untuk menjadi bagian dari hidupku, kau salah besar."

Prita terkekeh. "Oh, sungguh? Tapi nyatanya, kau telah menyembunyikan anak itu selama ini."

Gaura mengepalkan tangannya. "Bukan menyembunyikan. Aku melindunginya."

Prita menatapnya dengan tajam. "Kau melindunginya? Dari apa? Dar
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 32

    “Aku… aku baik-baik saja.” Gaura menelan ludah, mencoba menenangkan dirinya sendiri. Mika tidak percaya begitu saja. Ia dengan sigap menarik Gaura ke sofa di ruang pribadinya, memaksanya duduk sebelum berlari ke pantry kecil di sudut ruangan. Tak lama kemudian, Mika kembali dengan segelas air dingin dan menyodorkannya kepada Gaura. “Minumlah dulu. Kau terlihat sangat buruk.” Gaura menerima gelas itu dengan tangan sedikit gemetar. Ia meneguk air perlahan, merasakan sensasi dinginnya yang sedikit meredakan kegelisahan di dadanya. Mika duduk di sampingnya, menatapnya dengan penuh perhatian. “Gaura, aku tidak akan memaksa kau bercerita kalau kau tidak mau. Tapi aku bisa lihat kalau sesuatu yang serius baru saja terjadi. Aku tidak pernah melihatmu sekacau ini sebelumnya.” Gaura menggigit bibirnya, menatap kosong ke depan. Sejujurnya, ia ingin menceritakan semuanya pada Mika. Namun, semakin banyak orang yang tahu, semakin besar risiko yang harus ia tanggung. “Mika… aku hanya mer

    Last Updated : 2025-02-02
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 33

    “Kau tidak perlu dan berhak datang ke sini dan menuntut hal yang kau inginkan, Edrio.” Edrio terkekeh sinis. “Tidak berhak? Aku adalah Ayah dari anak yang kau sembunyikan selama ini, Gaura! Dan Galen berhak tahu siapa Ayahnya.” Gaura menggigit bibirnya, hatinya berkecamuk. “Kau tidak tahu apa pun, Edrio. Kau bahkan tidak tahu bagaimana rasanya saat aku sendirian mengandung Galen.” Edrio mendekat, tatapannya penuh kemarahan yang tertahan. “Lalu kenapa kau tidak memberitahuku? Kau pikir aku tidak akan bertanggung jawab?” Gaura tertawa sinis. “Oh, aku tidak tahu, Edrio. Mungkin karena saat itu kau lebih sibuk mengurusi bisnis dan pekerjaanmu.” Mata Edrio menyipit. ”Itu tidak dapat dijadikan sebuah alasan.” “Tapi itu tetap saja! Kau tak pernah memikirkanku yang hanya bodyguard-mu, Edrio. Malam itu… hanya kesalahan. Dan aku memutuskan untuk pergi karena aku tahu, aku dan Galen tidak akan pernah menjadi bagian dari hidupmu.” Sejenak, keheningan menyelimuti ruangan. Tatapan mere

    Last Updated : 2025-02-03
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 34

    "Tuan harus sering datang ke rumah, ya!" seru Galen dengan riang, tangannya menarik jas Edrio dengan semangat. Kini, Edrio berdiri di depan pintu rumah Gaura dan telah mengenakan jasnya kembali dengan rapi. Senyum tipisnya masih terpatri, sesuatu yang jarang terjadi, tetapi kali ini, ia tidak bisa menyembunyikannya. Di sampingnya, Galen berdiri dengan mata berbinar, seolah baru saja melewati hari terbaik dalam hidupnya. Gaura, yang berdiri di belakang Galen, menegang mendengar permintaan anaknya. Ia menggigit bibir, berusaha menyembunyikan kegelisahannya. Edrio menatap anak itu dengan ekspresi yang sulit diartikan. Sesuatu dalam dirinya menghangat, tetapi ia juga sadar bahwa ini tidak sesederhana keinginan seorang anak. "Mungkin aku bisa mampir lagi. Tapi, apakah boleh?" jawab Edrio sekaligus bertanya, suaranya terdengar lebih lembut dari biasanya. Galen segera menoleh ke Gaura, matanya penuh harap. "Boleh, kan, Bunda? Tuan Edrio bermain lagi bersamaku?" Gaura tersentak. Ia

    Last Updated : 2025-02-03
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 35

    "Suara ini..." gumam Mika sangat pelan. Mika membeku. Ia perlahan menoleh, dan di sana, berdiri Prita dengan tatapan menilai ke arah Galen. Galen memandang Prita dengan rasa penasaran, tapi tidak merasa terancam. "Halo, Tante! Aku Galen!" ucapnya dengan ceria. Prita tersenyum tipis. "Halo, sayang. Aku teman Bundamu." Mika segera berdiri dan menarik Galen ke belakangnya. "Maaf, tapi kami harus pergi." Namun, Prita tetap tersenyum, tatapannya penuh dengan arti yang sulit dibaca. "Santai saja. Aku hanya ingin melihat bocah ini lebih dekat. Lucu sekali… wajahnya benar-benar mirip dengan... seseorang yang sangat aku kenal." Mika menggenggam tangan Galen erat, lalu menatap Prita dengan waspada. "Saya tidak tahu apa yang anda inginkan, tapi sebaiknya Anda pergi sekarang." Prita tertawa kecil. "Aku hanya ingin mengenal calon keluargaku lebih dekat. Tidak ada yang salah dengan itu, kan?" Mika semakin merasakan ketegangan yang semakin meningkat. Ia tahu ini bukan pertemuan biasa

    Last Updated : 2025-02-03
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 36

    "Apa?!" Suara Gaura meninggi saat mendengar kabar dari Mika. Ponsel di tangannya hampir terjatuh karena tubuhnya tiba-tiba melemas. "Mika, jangan bercanda! Dimana Galen?!" Di seberang telepon, suara Mika terdengar tersengal dan kacau. "Aku tidak tahu! Aku hanya meninggalkannya sebentar, dan ketika aku kembali, dia sudah tidak ada!" Jantung Gaura berdetak kencang, rasa takut dan panik bercampur menjadi satu. "Cari dia! Cari di setiap sudut sekolah! Aku akan segera ke sana!" Tanpa menunggu lebih lama, Gaura langsung mengambil kunci mobilnya dan berlari keluar rumah. Namun, saat sampai di pintu, ia hampir bertabrakan dengan Elia, yang baru saja keluar dari dapur. "Gaura, apa yang terjadi?" tanya Elia khawatir, melihat ekspresi putrinya yang begitu ketakutan. Gaura menatap ibunya dengan mata yang mulai berkaca-kaca. "Bu… Galen... Galen hilang!" Mata Elia membesar, napasnya tercekat. "Apa?!" "Aku harus ke sekolahnya sekarang!" Gaura bergegas keluar, tapi Elia dengan sigap

    Last Updated : 2025-02-04
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 37

    BOOM! Semua orang menahan napas. Plat nomor mobil itu buram. Tidak terbaca sama sekali. Seolah-olah memang sudah direncanakan agar tak terlacak. Gaura mengepalkan tangan. "Tidak… ini tidak mungkin!" Mika memegang mulutnya dengan tangan gemetar. "Mereka… sepertinya sudah merencanakan ini." Elia menarik napas panjang, mencoba menahan emosinya. "Siapa pun mereka, mereka tahu cara menghilangkan jejak." Kepala sekolah tampak khawatir. "Kami akan segera melaporkan ini ke polisi, dan mereka mungkin bisa membantu melacak mobil itu dengan metode lain." Tapi Gaura tak bisa menunggu. Ia berdiri dengan tubuh bergetar. "Aku tidak bisa diam saja. Aku akan menemukan Galen, bagaimanapun caranya!" Matanya bersinar penuh tekad. Siapa pun penculiknya, mereka tidak akan bisa lari dari Gaura. Di tempat lain… Prita duduk dengan tenang di dalam ruangan gelap, menatap layar laptopnya yang menampilkan rekaman penculikan itu. Ia tersenyum puas. "Permainan baru saja dimulai, Gaura." Pri

    Last Updated : 2025-02-04
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 38

    "Ini tidak menakutkan sama sekali, tidak seperti di film yang aku lihat," celotehnya sendiri, merasa bosan. Perutnya berbunyi lagi membuatnya menghela napas panjang dan merapatkan jaketnya. "Aku ingin makan kue coklat buatan Bunda," ucapnya lirih. Ia memejamkan mata sejenak, mencoba mengabaikan rasa laparnya. Dalam hati, ia berharap seseorang akan segera datang. "Tuan Edrio pasti datang," gumamnya pelan. Entah kenapa, keyakinan itu begitu kuat dalam benaknya. Ia memang belum lama mengenal pria itu, tapi hatinya merasa bahwa Edrio tidak akan membiarkannya sendirian di tempat seperti ini. Sambil menunggu, Galen membaringkan tubuhnya di ranjang. Matanya tetap terbuka, memandang langit-langit kusam dengan lampu redup. "Mungkin kalau aku tidur, waktu akan terasa lebih cepat," pikirnya. Ia menarik selimut tipis di ujung ranjang dan menutup tubuhnya, meskipun baunya apek. "Ih, ini bau sekali," keluhnya, tapi tetap membiarkannya menyelimuti tubuh mungilnya. Sebelum benar-benar te

    Last Updated : 2025-02-04
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 39

    ”Sayang, dengarkan kami. Ini bukan tentang siapa yang lebih kuat atau siapa yang lebih benar. Ini tentang menyelamatkan Galen sebelum terlambat,” ucap Elia sambil meletakkan tangannya di bahu Gaura, mencoba menenangkannya. “ Gaura memejamkan mata erat-erat. Bayangan Edrio muncul di benaknya—pria itu yang selama ini ia coba hindari, pria yang pernah membuatnya terpuruk hingga memilih pergi jauh. Ia tidak ingin memberikan Edrio alasan untuk merasa punya hak lebih atas hidup mereka. Namun, saat itu juga, bayangan Galen terlintas di pikirannya. Anak kecil itu… sendirian, mungkin ketakutan, mungkin kelaparan, mungkin dalam bahaya… Tangannya mengepal lebih erat hingga buku jarinya memutih. Mika mendesah putus asa. “Baiklah, kalau kau tidak mau melakukannya, aku sendiri yang akan menghubungi Edrio.” Gaura sontak menoleh dengan tatapan tajam. “Jangan!” “Terserah! Aku tidak peduli kau marah padaku atau tidak, tapi aku tidak akan duduk diam sementara anakmu—anak kita semua—berada da

    Last Updated : 2025-02-05

Latest chapter

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 52

    "Ah. Aku tidak akan memikirkannya sekarang." Setelah Elia pergi, Gaura pun memutuskan untuk memejamkan matanya. Keesokan harinya. Sinar matahari menerobos masuk melalui jendela besar di ruang makan, memberikan kehangatan yang menyenangkan. Gaura sudah siap dengan pakaian semi-formalnya—blazer putih yang dipadukan dengan celana panjang hitam—sempurna untuk hari yang sibuk di studio desainnya. Namun, sebelum itu, ia harus mengantarkan Galen ke sekolah.Di depan meja makan, Galen duduk dengan seragam sekolahnya yang rapi, mengayun-ayunkan kakinya dengan riang. Anak itu menyantap roti panggang dengan selai stroberi favoritnya, sementara Mika duduk di sampingnya, memastikan bocah kecil itu menghabiskan makanannya sebelum berangkat.“Galen, jangan makan terlalu cepat. Nanti tersedak,” ujar Gaura sambil menuangkan susu ke dalam gelasnya.Galen hanya terkekeh kecil. “Aku nggak mau telat, Bunda! Hari ini ada kelas seni, dan aku mau jadi yang pertama menggambar!”Gaura menggelengkan kepala d

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 51

    'Pria ini... aku harus selalu berhati-hati,' ucapnya dalam hati. Setelah acara makan yang penuh kehangatan dan celoteh Galen, suasana mulai mereda. Mika membantu Elia membereskan meja makan, sementara Galen masih sibuk memainkan mobil-mobilan yang baru saja diberikan oleh Edrio. Gaura menghela napas, merasa sedikit lebih rileks setelah melihat Galen begitu bahagia. Namun, saat ia hendak berdiri untuk kembali ke dapur, Edrio tiba-tiba mengeluarkan sebuah kartu dari dalam sakunya dan meletakkannya di meja, tepat di hadapan Gaura. "Apa ini?" tanya Gaura dengan alis berkerut, matanya menatap kartu itu dengan penuh tanda tanya. Edrio menyandarkan punggungnya ke kursi, menatap Gaura dengan ekspresi serius. "Itu kartu rekening khusus untuk Galen. Aku sudah mengisinya dengan dana yang cukup untuk semua kebutuhannya, termasuk sekolah, kesehatan, dan kebutuhan lainnya." Gaura tertegun sejenak sebelum mendesah panjang. Dengan ekspresi tidak senang, ia mendorong kartu itu kembali ke arah Ed

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 50

    "Bunda ngomongin Ayah, ya?" Gaura masih sibuk mengaduk adonan kue saat tiba-tiba suara kecil yang ceria terdengar dari belakangnya. Gaura nyaris tersedak udara sendiri. Dengan cepat, ia menoleh dan mendapati Galen berdiri di ambang pintu dapur dengan mata berbinar penuh rasa ingin tahu. "H-hah? Apa maksudmu?" Gaura mencoba bersikap biasa, tapi jelas-jelas nada suaranya terdengar gugup. Galen menaikkan alisnya dengan ekspresi penuh selidik. "Aku dengar Bunda menyebut nama Ayah dengan nada kesal. Kenapa? Dan siapa yang lebih berbahaya daripada monster?" Gaura membuka mulutnya, hendak menyangkal, tapi urung. Menggelengkan kepalanya cepat, ia meraih sebuah mangkuk berisi tepung dan mengalihkan pembicaraan. "Sudah, jangan banyak tanya. Bantu Bunda saja buat kue, ya?" Mata Galen langsung berbinar. "Boleh? Aku mau bantu!" Tanpa menunggu jawaban, anak itu segera mengambil bangku kecil dan memanjatnya agar bisa mencapai meja dapur. Gaura tersenyum kecil, menghela napas lega karen

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 49

    "Apa yang harus aku lakukan setelah ini?" Kini di dalam dapur, aroma kaldu yang mendidih menghangatkan ruangan. Gaura berdiri di depan meja dapur, memotong wortel dengan pisau tajam. Di sebelahnya, Elia sedang mengaduk sup dalam panci, sesekali melirik putrinya yang terlihat sedikit berbeda. “Kau melamun, Gaura,” komentar Elia dengan nada lembut. Gaura menghentikan gerakannya sejenak, menatap potongan wortel yang hampir tidak rapi. Ia menghela napas. “Aku hanya… merasa gundah, Bu. Edrio semakin sering berada di dekat Galen. Aku tahu anak itu bahagia, tapi…” Elia menatap putrinya dengan penuh pengertian. “Kau takut Edrio akan merebut Galen darimu?” Gaura menggigit bibirnya, tidak langsung menjawab. “Aku tidak tahu, Bu. Aku hanya takut. Aku takut jika Galen lebih memilihnya, atau jika Edrio tiba-tiba memutuskan untuk membawa Galen pergi dariku.” Elia menghela napas pelan, lalu menyentuh bahu Gaura dengan lembut. “Gaura, aku mengerti perasaanmu. Tapi kau harus ingat satu hal—Galen

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 48

    “Aku tidak suka wanita itu. Dia jahat.” Galen berpikir sejenak sebelum mengerucutkan bibirnya. Gaura tersenyum tipis. “Yang penting sekarang kamu selamat, itu yang paling utama.” Anak itu lalu menggenggam tangan Gaura erat. “Bunda, aku senang Ayah Edrio telah menolongku. Dia kuat banget, ya?” Gaura sedikit tersentak, tapi tetap berusaha tersenyum. “Iya, dia kuat.” Galen kembali menguap, matanya mulai menutup perlahan. Namun sebelum benar-benar tertidur, dia berbisik pelan, “Aku mau tidur sama Bunda dan Ayah suatu hari nanti… pasti seru…” Gaura terdiam, hatinya berdesir. Ia menatap wajah kecil Galen yang sudah terlelap. Tidur bersama Edrio? Sebuah impian sederhana dari anaknya, namun begitu berat baginya. Ia menghela napas panjang dan mengelus kepala Galen sekali lagi. Mungkin suatu hari nanti… tapi entah kapan.Pagi harinya, rumah terasa lebih hangat dari biasanya. Gaura telah memutuskan untuk mengambil cuti sementara dari pekerjaannya demi menemani Galen yang izin libur untuk

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 47

    "Dengar–kali ini aku akan melepaskanmu. Tapi jangan pernah berpikir kau bisa bermain-main denganku lagi." Prita mengusap pergelangan tangannya yang merah akibat ikatan, menatap Edrio dengan penuh kebencian, tetapi ia tidak berani berkata apa-apa lagi. Satu hal yang ia tahu pasti, Edrio memang bukan seseorang yang bisa dia permainkan sesuka hati. Tanpa sepatah kata lagi, Edrio berbalik dan keluar dari ruangan itu, meninggalkan Prita yang masih duduk diam dengan ekspresi penuh kekalahan. "Edrio! Kau akan menyesal!" teriaknya sebelum akhirnya diseret keluar ruangan. Edrio menghela napas panjang, lalu mengusap wajahnya. Ia tahu ini belum selesai. Ia paham betul Prita bukankah sosok yang mudah menyerah. ***Prita berjalan dengan langkah terburu-buru menuju kamarnya setelah melajukan mobilnya dari tempat ia di tahan oleh Edrio. Wajahnya merah padam karena amarah yang meluap-luap. Begitu memasuki kamar, ia menghempaskan tasnya ke lantai, lalu dengan geram menendang meja kecil di sa

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 46

    "Aku akan menempatkan beberapa orang kepercayaanku untuk menjaga Galen. Mereka akan mengawasi dari jauh, tanpa mengganggu kesehariannya. Aku tidak mau kejadian penculikan itu terulang lagi." Edrio menatap Gaura tanpa ragu. Gaura mendengus. "Jadi kau pikir aku tidak bisa menjaga anakku sendiri?" Edrio menghela napas panjang. "Bukan begitu, Gaura. Aku tahu kau selalu melakukan yang terbaik untuk Galen. Tapi musuh kita bukan orang sembarangan. Kita tidak tahu siapa lagi yang akan mencoba mencelakai Galen. Aku hanya ingin memastikan dia aman." Mika yang sejak tadi memperhatikan akhirnya ikut bicara. "Menurutku, ini bukan ide buruk, Gaura. Kita memang harus lebih waspada." Elia mengangguk setuju. "Apalagi setelah apa yang dilakukan oleh Prita. Kita tidak bisa meremehkan kemungkinan ancaman lain." Gaura terdiam. Di satu sisi, ia tidak ingin Edrio terlalu ikut campur dalam hidupnya dan Galen. Tapi di sisi lain, ia tidak bisa menyangkal bahwa perlindungan tambahan memang dibutuhkan.

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 45

    "Apakah kita bisa tinggal bersama setelah ini?" Deg. Semua orang saling menatap kecuali Edrio yang tetap terdiam. Gaura lagi-lagi menghela napas berat ketika pertanyaan Galen kembali mengusik hatinya. "Nanti kita bicarakan, ya sayang," jawab Gaura dengan senyum paksa. Mau tak mau, akhirnya Galen menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Setelah makan malam usai, Galen masih belum puas. Anak itu terus menarik tangan Edrio dengan penuh semangat. "Tuan–maksudku, Ayah, kita main dulu, yuk! Aku ingin bermain di taman yang ada di belakang restoran!" serunya dengan mata berbinar. Gaura hendak menolak, tetapi sebelum ia bisa bicara, Edrio sudah lebih dulu mengangguk. "Tentu, ayo kita main!" Galen bersorak girang, langsung berlari keluar restoran menuju taman kecil di belakang. Edrio menyusulnya dengan langkah santai, sementara Gaura, Mika, dan Elia ikut berjalan di belakang, mengawasi dari jauh. Saat mereka tiba di taman, Galen langsung berlari menuju ayunan dan memanjatnya denga

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 44

    "Menjelaskan tentang apa?" Edrio tetap tenang, mengunyah makanannya seolah tak merasa terganggu sedikitpun. Gaura mengepalkan tangannya. "Jangan berpura-pura bodoh, Edrio! Kau tahu betul apa yang kumaksud. Prita! Wanita itu adalah tunanganmu! Dan dia menculik anakku! Bagaimana bisa kau tidak tahu apa pun tentang rencananya?!" Elia dan Mika menatap mereka dengan tegang. Galen yang sedang menikmati makanannya pun ikut memperhatikan dengan kepala miring, meskipun ia belum sepenuhnya mengerti. Edrio akhirnya meletakkan pisaunya, menatap Gaura dengan mata tajam. "Aku tidak tahu apa yang dia lakukan. Aku sama sekali tidak menyangka dia akan sejauh ini." "Omong kosong!" Gaura membantah. "Bagaimana mungkin kau tidak tahu apa-apa?! Kau adalah CEO besar! Kau punya mata-mata di mana-mana! Bagaimana mungkin kau tidak mengetahui gerak-gerik tunanganmu sendiri?!" Edrio menghela napas. "Aku memang selalu mengawasi setiap orang di sekitarku, tetapi aku tidak menyangka Prita akan seberani i

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status