Home / Romansa / Rahim Dua Ratus Juta / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Rahim Dua Ratus Juta: Chapter 21 - Chapter 30

185 Chapters

Bab 16. Tukang Selingkuh

"Hm ... bulan lalu, Nyonya." Sangat hati-hati, Sabrina menjawab. Ibu Renata memalingkan wajah ke depan lagi. "Aku harap kamu segera hamil. Sungguh, sudah sangat lama sekali aku ingin memiliki cucu. Cucu yang wajahnya mirip Darren."Keinginan yang terucap dari bibir Ibu Renata membuat Sabrina memegang perutnya. Ia tak tahu, apakah kini di rahimnya sudah ada benih Darren atau belum? Bulan ini dia belum datang bulan. Jika pun dirinya hamil, mungkin baru ketahuan bulan depan. Tapi, entahlah. Perihal kehamilan, manusia hanya mampu berusaha, Allah yang menentukan. Semoga saja Allah mengabulkan keinginan ibu Renata. Namun sisi lain. Sabrina tidak menginginkan itu terjadi sebab ia tak mau diceraikan Darren walau berulang kali Darren meyakini dirinya bahwa Sabrina tidak akan diceraikan Darren. "Semoga segera, Nyonya.""Aamiin." Dengan lirih, ibu Renata mengaminkan kalimat Sabrina. Setelah itu, tak ada lagi perbincangan antara mertua dan menantu sampai tiba di salah satu butik. Sabrina melon
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

Bab 17A. Turun Tangan Langsung

Pak Adyatama bagai tersambar petir di siang hari mendengar ucapan anak kandungnya. Baginta tidak mungkin Darren tidak setia apalagi sampai menikah lagi. Sulit dipercaya. "Kamu jangan berbohong, Lica!" Pak Adyatama masih tak percaya dengan cerita yang disampaikan Angelica. Selama ini, Darren selalu diam saja ketika Angelica ketahuan s3lingkuh. Angelica mendecih, menyandarkan punggung sembari melipat kedua tangan di depan dada. Bibirnya menyunggingkan senyum sinis. "Kalau Papa enggak percaya, silakan Papa datang ke rumah Wirawan. Papa akan melihat perempuan satu-satunya yang mengenakan hijab di rumah itu. Dialah istri kedua Darren. Si p3lakor berkedok polos. Cuih!" kata Angelica penuh kebencian pada Sabrina. Mengingat Sabrina, Angelica sangat muak. Namun, hati kecilnya tak bisa pungkiri jika Sabrina sebetulnya wanita yang baik. Darren menikahi Sabrina karena hanya ingin rahimnya saja. 'Menyewa rahim' istilah ibu Renata. Kasar sekali istilah itu tapi memang begitu kenyataannya. Ibu R
last updateLast Updated : 2025-01-11
Read more

Bab 17B. Turun Tangan Langsung

Angelica memutar bola mata malas. Entah sudah berapa kali, Pak Adyatama memberi pesan tersebut. Sejak Darren memberitahunya tentang pers3lingkuhan Angelica dengan lelaki lain, Pak Adyatama tak pernah bosan mengingatkan Angelica agar tidak melakukan kesalahan yang sama lagi. "Ck, Papa ini benar-benar keterlaluan. Enggak mau membelaku sama sekali. Pa, harusnya Papa bantu meyakinkan Darren agar mau menceraikan istri keduanya, Pa! Aku muak, sakit hati, lihat mereka bermesaraan. Aku muak, Pa!" Teriak Angelica mulai frustasi. Pak Adyatama merundukkan kepala. Bingung, harus mengambil sikap bagaimana? Sementara Pak Adyatama takut kalau menegur atau menyuruh Darren menceraikan istri keduanya, maka ia akan dimarahi. "Sudahlah, Lica. Katamu juga, mereka hanya nikah kontrak. Darren hanya menyewa rahim wanita itu." Sebisa mungkin Pak Adyatama berbicara lembut, jangan sampai anak kandungnya tersinggung. "Ya tapi kan, Pa ... setiap hari aku harus melihat kemesaraan mereka."Angelica masih tidak
last updateLast Updated : 2025-01-11
Read more

Bab 18. Nodai Dia

"Enggak. Nyonya besar mengajak saya ke klinik kecantikan untuk perawatan wajah. Ke butik, beliin saya baju-baju ini!" Sabrina menjawab jujur sembari mengangkat beberapa goodie bag ke depan wajah Angelica. Ia tak mau merasa takut lagi berhadapan dengan wanita itu. Mereka sama-sama istri Darren, sama-sama menantu keluarga Wirawan. Tak peduli, Sabrina hanya menantu sewaan atau bukan."Kurang ajar sekali kamu! Berani kamu menarik perhatian mama Renata?" Masih tak terima, putri tunggal Pak Adyatama menanggapi cerita Sabrina. "Saya enggak kurang ajar. Saya diajak Nyonya besar. Nyonya besar yang membelikan baju-baju ini dan ... dan mengajak saya ke salon." Sabrina mengelak sebutan Angelica padanya. Sedikit pun Sabrina tidak mencari perhatian wanita yang disegani itu. "Sama saja, b0d0h! Sini, siniin! Baji-baju ini mestinya punya aku, bukan punya kamu, p3lakor!" Dengan kasar, Angelica merebut goodie bag dari tangan Sabrina. "Nyonya, itu punya saya. Saya mohon kembalikan!" pinta Sabrina beru
last updateLast Updated : 2025-01-11
Read more

Bab 19A. Transfer

Di dalam rumah, ibu Renata terus saja mengingatkan Sabrina agar melawan jika Angelica berbuat kurang ajar. "Kalau ada orang yang jahat sama kamu, kamu jangan diam saja, Sabrina. Lawan dia! Barang sendiri diambil malah diam, cuma bisa nangis. Payah sekali kamu! Nih, barang-barangmu! Cepat, simpan di dalam kamar. Setelah itu, ke dapur! Bantuin aku masak!" titah ibu Renata menyerahkan beberapa goodie bag yang sempat diambil Angelica. "Terima kasih, Nyonya.""Ya!" Ibu Renata lebih dulu menuju ke dapur. Sementara Sabrina, masuk ke kamar, menyimpan hasil belanjaannya bersama ibu mertua. Sisi lain, Sabrina bahagia karena ibu Renata sangat perhatian. Sisi lain, dia masih merasa takut akan sikap Angelica apalagi tadi ibu Renata sempat menampar pipi istri pertama Darren itu. Keluar kamar, Sabrina langsung bergegas menuju ke dapur, membantu ibu mertua yang tengah memasak. "Sabrina!" Panggilan Angelica menghentikan langkah Sabrina. Istri kedua Darren itu menelan saliva, melihat Angelica berj
last updateLast Updated : 2025-01-11
Read more

Bab 19B. Transfer

"Pa, Darren pulang jam berapa?" tanya ibu Renata ketika duduk di kursi meja makan. Di ruang makan itu terdapat Pak Sugeng, Ibu Renata, Angelica dan Sabrina. Malam ini, mau tidak mau Angelica makan bersama istri kedua suaminya. "Mungkin jam sepuluh, Ma." Sabrina terkejut mendengar jawaban pak Sugeng. Selera makannya mendadak hilang. Dia begitu murung karena suaminya pulang telat. Sedangkan Angelica, tersenyum tipis. Kesempatan yang bagus untuk menjalankan rencananya busuk. Usai makan malam bersama, Sabrina menunggu kepulangan Darren di ruang meja tamu. Entah sudah beberapa kali, Sabrina menyibak gorden, berharap kendaraan suaminya sudah datang. Handphone Darren juga tidak bisa dihubungi. Mungkin Darren sengaja mematikan handphone-nya supaya tidak ada yang mengganggu, supaya pekerjaannya cepat selesai. Sedari tadi Angelica memerhatikan Sabrina. Kepalanya melongok ke kanan dan ke kiri. Baru jam delapan malam, tetapi ibu Renata dan Pak Sugeng sudah masuk kamar. Biasanya dua oran
last updateLast Updated : 2025-01-11
Read more

Bab 20A. Kemana Perginya?

Senyum Angelica masih menghiasai wajah meski kendaraan yang ditumpangi Sabrina dan Andre sudah tidak terlihat di depan mata. Angelica membalikkan badan, berjalan, kembali masuk ke dalam rumah. Dua security yang merasa aneh dengan gelagat Angelica tak ada yang berani bertanya apalagi Angelica terkenal angkuh. Pak Joko keluar gerbang, mencari keberadaan Sabrina. "Rudi, Non Sabrina enggak ada. Menurutmu Non Sabrina pergi kemana, ya?" tanya Pak Joko yang terlihat cemas dengan keberadaan istri kedua majikannya. "Mana kutahu, Pak. Mungkin Non Sabrina ada keperluan lain."Pak Joko berpikir sejenak, menarik napas panjang. "Sudah, Pak Joko. Jangan terlalu ikut campur. Kita di sini cuma security." Pak Rudi merangkul pundak sahabat kerjanya itu. Di dalam rumah, hati Angelica sangat bahagia. Ia tak sabar mendengar kabar Sabrina dari Andre. "Semoga saja Andre menjalankan perintahku dengan baik. Aku enggak akan membiarkan Sabrina menguasai Darren atau rumah ini. Walaupun keberadaanku di sini
last updateLast Updated : 2025-01-12
Read more

Bab 20B. Kemana Perginya?

Di depan pintu kamar Ibu Renata dan pak Sugeng, Darren mengetuk pintu berulang kali. Darren melirik arloji, pukul sembilan lewat tiga puluh lima menit. "Ada apa, Darren? Kenapa ketuk pintu keras sekali?" tanya Ibu Renata, sorot matanya seperti tak suka akan sikap anak kandungnya. "Sabrina di mana, Ma? Sabrina kemana?"Kening Ibu Renata mengkerut, heran akan pertanyaan Darren. "Apa maksudmu?"Pak Sugeng tiba-tiba berdiri di samping ibu Renata. Ingin tahu ada apa sebenarnya sampai Darren mengetuk pintu kamar dengan keras. "Sabrina enggak ada di kamar, Ma.""Enggak ada di kamar gimana? Tadi dia makan malam bersama kami." Kali ini Pak Sugeng yang menimpali. "Tapi, sekarang enggak ada, Pa. Astaghfirullah ... kemana dia?"Lelaki itu sangat panik, mengacak rambut kasar. "Darren, kamu tenang dulu. Apa kamu udah cari dia ke sekeliling rumah ini?" ibu Renata berusaha menenangkan hati Darren. "Belum, Ma. Tapi---""Udah, jangan tapi-tapi-an. Kita cari kesekeliling rumah dulu! Barang kali s
last updateLast Updated : 2025-01-12
Read more

Bab 21A. Obat Bius

Angelica sangat terkejut mendengar pintu kamar diketuk-ketuk keras oleh ibu Renata. Suara cempreng nenek peot itu terdengar memekakan telinga. Kamar yang ditempati Angelica tidak kedap suara, mudah sekali mendengar suara dari luar. Baru saja Angelica hendak menghubungi Andre, panggilannya terputus gara-gara mendengar suara ibu Renata. Dengan langkah kesal, Angelica berjalan ke arah pintu. "Sebentaarrr ...." Teriak Angelica, Pintu terbuka. "Berisik banget sih? Enggak bisa ketuk pintunya pelan-pelan?" Angelica langsung nyolot di depan kedua mertuanya. "Enggak bisa!" jawab Ibu Renata tegas."Lica, sekarang kamu jujur. Kamu tau kan kemana perginya Sabrina? Iya 'kan?" Sorot mata ibu Renata begitu tajam. Membulat sempurna, seolah ingin menelan Angelica hidup-hidup. Ibu Renata mencari keberadaan Sabrina bukan karena ia telah membayar rahim wanita itu melainkan Ibu Renata belum merasa puas menikmati hasil masakan istri kedua anaknya. "Sabrina? Kenapa nanyain Sabrina ke aku? Memangnya aku
last updateLast Updated : 2025-01-12
Read more

Bab 21B. Obat Bius

Tamp4r4n yang dilayangkan ibu Renata membuat Angelica terkejut setengah mati. "Pipi kananmu sudah kebagian belaian tangan Mama! Sekarang kamu jawab dengan jujur, kemana Sabrina, Angelicaaaa? Kemanaaaaa???"Suara Ibu Renata menggelegar, memekakan telinga. Pak Sugeng memijat pelipis, menggelengkan kepala. Sudah tidak tahu lagi cara menahan emosi istrinya. Angelica juga yang salah, mengulur waktu terus. "Sabrina pergi dengan s3lingkuhannya!" Jawaban Angelica membuat Darren, ibu Renata dan Pak Sugeng terkejut. Tubuh Ibu Renata sampai mundur selangkah. Melihat ekspresi mereka, Angelica semakin semangat mengarang cerita. "Ya, tadi itu aku nganterin Sabrina ke depan soalnya pacar dia yang dari kampung datang. Mereka sengaja janjian malam-malam begini karena dipikir, kamu bakalan pulang tengah malam, Darren! Ya kalian tunggu aja sih, mungkin sebentar lagi Sabrina pulang."Angelica pikir, keluarga Wirawan percaya begitu saja mendengar ceritanya. Yang terjadi justru, Darren menc3kik leher An
last updateLast Updated : 2025-01-12
Read more
PREV
123456
...
19
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status