Beranda / Romansa / Rahim Dua Ratus Juta / Bab 17A. Turun Tangan Langsung

Share

Bab 17A. Turun Tangan Langsung

Penulis: Syatizha
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-11 08:25:32

Pak Adyatama bagai tersambar petir di siang hari mendengar ucapan anak kandungnya. Baginta tidak mungkin Darren tidak setia apalagi sampai menikah lagi. Sulit dipercaya.

"Kamu jangan berbohong, Lica!" Pak Adyatama masih tak percaya dengan cerita yang disampaikan Angelica. Selama ini, Darren selalu diam saja ketika Angelica ketahuan s3lingkuh.

Angelica mendecih, menyandarkan punggung sembari melipat kedua tangan di depan dada. Bibirnya menyunggingkan senyum sinis.

"Kalau Papa enggak percaya, silakan Papa datang ke rumah Wirawan. Papa akan melihat perempuan satu-satunya yang mengenakan hijab di rumah itu. Dialah istri kedua Darren. Si p3lakor berkedok polos. Cuih!" kata Angelica penuh kebencian pada Sabrina.

Mengingat Sabrina, Angelica sangat muak. Namun, hati kecilnya tak bisa pungkiri jika Sabrina sebetulnya wanita yang baik. Darren menikahi Sabrina karena hanya ingin rahimnya saja. 'Menyewa rahim' istilah ibu Renata. Kasar sekali istilah itu tapi memang begitu kenyataannya. Ibu R
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 17B. Turun Tangan Langsung

    Angelica memutar bola mata malas. Entah sudah berapa kali, Pak Adyatama memberi pesan tersebut. Sejak Darren memberitahunya tentang pers3lingkuhan Angelica dengan lelaki lain, Pak Adyatama tak pernah bosan mengingatkan Angelica agar tidak melakukan kesalahan yang sama lagi. "Ck, Papa ini benar-benar keterlaluan. Enggak mau membelaku sama sekali. Pa, harusnya Papa bantu meyakinkan Darren agar mau menceraikan istri keduanya, Pa! Aku muak, sakit hati, lihat mereka bermesaraan. Aku muak, Pa!" Teriak Angelica mulai frustasi. Pak Adyatama merundukkan kepala. Bingung, harus mengambil sikap bagaimana? Sementara Pak Adyatama takut kalau menegur atau menyuruh Darren menceraikan istri keduanya, maka ia akan dimarahi. "Sudahlah, Lica. Katamu juga, mereka hanya nikah kontrak. Darren hanya menyewa rahim wanita itu." Sebisa mungkin Pak Adyatama berbicara lembut, jangan sampai anak kandungnya tersinggung. "Ya tapi kan, Pa ... setiap hari aku harus melihat kemesaraan mereka."Angelica masih tidak

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 18. Nodai Dia

    "Enggak. Nyonya besar mengajak saya ke klinik kecantikan untuk perawatan wajah. Ke butik, beliin saya baju-baju ini!" Sabrina menjawab jujur sembari mengangkat beberapa goodie bag ke depan wajah Angelica. Ia tak mau merasa takut lagi berhadapan dengan wanita itu. Mereka sama-sama istri Darren, sama-sama menantu keluarga Wirawan. Tak peduli, Sabrina hanya menantu sewaan atau bukan."Kurang ajar sekali kamu! Berani kamu menarik perhatian mama Renata?" Masih tak terima, putri tunggal Pak Adyatama menanggapi cerita Sabrina. "Saya enggak kurang ajar. Saya diajak Nyonya besar. Nyonya besar yang membelikan baju-baju ini dan ... dan mengajak saya ke salon." Sabrina mengelak sebutan Angelica padanya. Sedikit pun Sabrina tidak mencari perhatian wanita yang disegani itu. "Sama saja, b0d0h! Sini, siniin! Baji-baju ini mestinya punya aku, bukan punya kamu, p3lakor!" Dengan kasar, Angelica merebut goodie bag dari tangan Sabrina. "Nyonya, itu punya saya. Saya mohon kembalikan!" pinta Sabrina beru

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 19A. Transfer

    Di dalam rumah, ibu Renata terus saja mengingatkan Sabrina agar melawan jika Angelica berbuat kurang ajar. "Kalau ada orang yang jahat sama kamu, kamu jangan diam saja, Sabrina. Lawan dia! Barang sendiri diambil malah diam, cuma bisa nangis. Payah sekali kamu! Nih, barang-barangmu! Cepat, simpan di dalam kamar. Setelah itu, ke dapur! Bantuin aku masak!" titah ibu Renata menyerahkan beberapa goodie bag yang sempat diambil Angelica. "Terima kasih, Nyonya.""Ya!" Ibu Renata lebih dulu menuju ke dapur. Sementara Sabrina, masuk ke kamar, menyimpan hasil belanjaannya bersama ibu mertua. Sisi lain, Sabrina bahagia karena ibu Renata sangat perhatian. Sisi lain, dia masih merasa takut akan sikap Angelica apalagi tadi ibu Renata sempat menampar pipi istri pertama Darren itu. Keluar kamar, Sabrina langsung bergegas menuju ke dapur, membantu ibu mertua yang tengah memasak. "Sabrina!" Panggilan Angelica menghentikan langkah Sabrina. Istri kedua Darren itu menelan saliva, melihat Angelica berj

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 19B. Transfer

    "Pa, Darren pulang jam berapa?" tanya ibu Renata ketika duduk di kursi meja makan. Di ruang makan itu terdapat Pak Sugeng, Ibu Renata, Angelica dan Sabrina. Malam ini, mau tidak mau Angelica makan bersama istri kedua suaminya. "Mungkin jam sepuluh, Ma." Sabrina terkejut mendengar jawaban pak Sugeng. Selera makannya mendadak hilang. Dia begitu murung karena suaminya pulang telat. Sedangkan Angelica, tersenyum tipis. Kesempatan yang bagus untuk menjalankan rencananya busuk. Usai makan malam bersama, Sabrina menunggu kepulangan Darren di ruang meja tamu. Entah sudah beberapa kali, Sabrina menyibak gorden, berharap kendaraan suaminya sudah datang. Handphone Darren juga tidak bisa dihubungi. Mungkin Darren sengaja mematikan handphone-nya supaya tidak ada yang mengganggu, supaya pekerjaannya cepat selesai. Sedari tadi Angelica memerhatikan Sabrina. Kepalanya melongok ke kanan dan ke kiri. Baru jam delapan malam, tetapi ibu Renata dan Pak Sugeng sudah masuk kamar. Biasanya dua oran

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 20A. Kemana Perginya?

    Senyum Angelica masih menghiasai wajah meski kendaraan yang ditumpangi Sabrina dan Andre sudah tidak terlihat di depan mata. Angelica membalikkan badan, berjalan, kembali masuk ke dalam rumah. Dua security yang merasa aneh dengan gelagat Angelica tak ada yang berani bertanya apalagi Angelica terkenal angkuh. Pak Joko keluar gerbang, mencari keberadaan Sabrina. "Rudi, Non Sabrina enggak ada. Menurutmu Non Sabrina pergi kemana, ya?" tanya Pak Joko yang terlihat cemas dengan keberadaan istri kedua majikannya. "Mana kutahu, Pak. Mungkin Non Sabrina ada keperluan lain."Pak Joko berpikir sejenak, menarik napas panjang. "Sudah, Pak Joko. Jangan terlalu ikut campur. Kita di sini cuma security." Pak Rudi merangkul pundak sahabat kerjanya itu. Di dalam rumah, hati Angelica sangat bahagia. Ia tak sabar mendengar kabar Sabrina dari Andre. "Semoga saja Andre menjalankan perintahku dengan baik. Aku enggak akan membiarkan Sabrina menguasai Darren atau rumah ini. Walaupun keberadaanku di sini

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 20B. Kemana Perginya?

    Di depan pintu kamar Ibu Renata dan pak Sugeng, Darren mengetuk pintu berulang kali. Darren melirik arloji, pukul sembilan lewat tiga puluh lima menit. "Ada apa, Darren? Kenapa ketuk pintu keras sekali?" tanya Ibu Renata, sorot matanya seperti tak suka akan sikap anak kandungnya. "Sabrina di mana, Ma? Sabrina kemana?"Kening Ibu Renata mengkerut, heran akan pertanyaan Darren. "Apa maksudmu?"Pak Sugeng tiba-tiba berdiri di samping ibu Renata. Ingin tahu ada apa sebenarnya sampai Darren mengetuk pintu kamar dengan keras. "Sabrina enggak ada di kamar, Ma.""Enggak ada di kamar gimana? Tadi dia makan malam bersama kami." Kali ini Pak Sugeng yang menimpali. "Tapi, sekarang enggak ada, Pa. Astaghfirullah ... kemana dia?"Lelaki itu sangat panik, mengacak rambut kasar. "Darren, kamu tenang dulu. Apa kamu udah cari dia ke sekeliling rumah ini?" ibu Renata berusaha menenangkan hati Darren. "Belum, Ma. Tapi---""Udah, jangan tapi-tapi-an. Kita cari kesekeliling rumah dulu! Barang kali s

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 21A. Obat Bius

    Angelica sangat terkejut mendengar pintu kamar diketuk-ketuk keras oleh ibu Renata. Suara cempreng nenek peot itu terdengar memekakan telinga. Kamar yang ditempati Angelica tidak kedap suara, mudah sekali mendengar suara dari luar. Baru saja Angelica hendak menghubungi Andre, panggilannya terputus gara-gara mendengar suara ibu Renata. Dengan langkah kesal, Angelica berjalan ke arah pintu. "Sebentaarrr ...." Teriak Angelica, Pintu terbuka. "Berisik banget sih? Enggak bisa ketuk pintunya pelan-pelan?" Angelica langsung nyolot di depan kedua mertuanya. "Enggak bisa!" jawab Ibu Renata tegas."Lica, sekarang kamu jujur. Kamu tau kan kemana perginya Sabrina? Iya 'kan?" Sorot mata ibu Renata begitu tajam. Membulat sempurna, seolah ingin menelan Angelica hidup-hidup. Ibu Renata mencari keberadaan Sabrina bukan karena ia telah membayar rahim wanita itu melainkan Ibu Renata belum merasa puas menikmati hasil masakan istri kedua anaknya. "Sabrina? Kenapa nanyain Sabrina ke aku? Memangnya aku

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 21B. Obat Bius

    Tamp4r4n yang dilayangkan ibu Renata membuat Angelica terkejut setengah mati. "Pipi kananmu sudah kebagian belaian tangan Mama! Sekarang kamu jawab dengan jujur, kemana Sabrina, Angelicaaaa? Kemanaaaaa???"Suara Ibu Renata menggelegar, memekakan telinga. Pak Sugeng memijat pelipis, menggelengkan kepala. Sudah tidak tahu lagi cara menahan emosi istrinya. Angelica juga yang salah, mengulur waktu terus. "Sabrina pergi dengan s3lingkuhannya!" Jawaban Angelica membuat Darren, ibu Renata dan Pak Sugeng terkejut. Tubuh Ibu Renata sampai mundur selangkah. Melihat ekspresi mereka, Angelica semakin semangat mengarang cerita. "Ya, tadi itu aku nganterin Sabrina ke depan soalnya pacar dia yang dari kampung datang. Mereka sengaja janjian malam-malam begini karena dipikir, kamu bakalan pulang tengah malam, Darren! Ya kalian tunggu aja sih, mungkin sebentar lagi Sabrina pulang."Angelica pikir, keluarga Wirawan percaya begitu saja mendengar ceritanya. Yang terjadi justru, Darren menc3kik leher An

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12

Bab terbaru

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 111. Bertemu Setelah Kematian

    "Kalian mau kemana?" Pak Sugeng bertanya ketika Darren dan ibu Regina berpapasan dengannya di pintu depan. "Aku mau ---""Anterin aku pulang ke panti. Aku mau ambil beberapa pakaian ganti. Kalau boleh, aku mau nginap di sini sampai acara tahlilan mbakyu selesai," sela ibu Regina. Tidak ingin kalau pak Sugeng mengetahui kalau dirinya dan Darren menemui Angelica. "Boleh saja. Silakan."Setelahnya, Pak Sugeng masuk ke dalam rumah. Darren dan ibu Regina melanjutkan langkah, menuju tempat di mana Angelica ditahan. "Tante, kenapa enggak tinggal bersama kami saja?" tanya Darren ketika kendaraan yang mereka tumpangi melaju. "Enggak, Darren. Tante udah nyaman tinggal di panti."Jawaban ibu Regina membuat Darren terdiam seribu basa. Mereka baru bertemu beberapa jam, tapi Darren merasa kalau sudah sangat lama bertemu dengan ibu Regina. Mungkin karena diantara mereka terdapat ikatan darah. "Kenapa selama ini Tante enggak pernah muncul di acara keluarga kami?" tanya Darren heran. Mengingat k

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 110B. Terima Kasih, Sayang.

    Usai pemakaman, Ibu Regina bertanya kembali pada Darren. Di rumah itu hanya Darren yang bisa diajak bicara. Ibu Regina bertanya kenapa ibu Renata sampai ditusuk orang perutnya? Siapa pelakunya?Awalnya Darren tak ingin menjawab namun karena ibu Regina memaksa, akhirnya Darren mengatakannya. Kedua mata ibu Regina membeliak mendengar nama Angelica. "Jadi, yang membuat Mbakyuku meniggal Angelica juga?" ibu Regina teramat terkejut. "Iya, Tante. Tapi keadaan mama sempat membaik."Ibu Regina menggelengkan kepala berulang kali. Rasa sakit hati pada Angelica semakin besar. Anak dan kakaknya telah dibunuh wanita berhati iblis itu. Pandangan ibu Regina beralih pada ibu Anita yang menangis di depan pusara ibu Renata. Dengan kasar, ibu Regina mendorong tubuh ibu Anita hingga wanita itu terjungkang. "Munafik! Gara-gara anakmu, Mbak Renata meninggal! Anakmu, anak iblis! Dulu anakku yang dibunuhnya, sekarang kakakku!" Teriakan ibu Regina membuat ibu Anita dan orang lain terkejut. Mereka kasak-ku

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 110A. Pemakaman

    Keluarga Wirawan berduka. Wanita yang selama ini mengharapkan cucu kini telah tiada ketika keinginannya itu dikabulkan Tuhan. Pak Sugeng duduk di samping jenazah ibu Renata sejak beberapa jam lalu. Belahan jiwanya telah hilang. Dibiarkan air mata membasahi wajah. Tak ada lagi sikapnya yang tegas, yang berwibawa dan yang berkharismatik. Kini, ia telah kehilangan semangat. "Pa, Papa makan dulu," ucap Darren mengingatkan sang papa yang seharian ini tidak ada makanan yang masuk ke dalam perut. "Nanti saja." Hanya itu jawaban yang terucap dari mulut lelaki yang ditinggal kekasih hatinya. Kekasih yang telah menemani hidupnya. Sabrina yang berada di dalam kamar, tengah memberi ASI pada kedua buah hatinya meneteskan air mata. Masih teringat jelas, bagaimana perhatiannya ibu Renata, bagaimana keinginan ibu Renata memiliki cucu. "Ya Allah, mohon kesabaran serta keikhlasan dalam hatiku ya Allah. Hamba tahu, semua ini sudah menjadi takdir-Mu."Rumah duka keluarga Wirawan semakin berjalan wak

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 109B. Panik

    Pak Sugeng bergegas keluar ruangan, hendak membeli brownies keinginan ibu Renata. Lelaki itu membeli brownies di toko yang letaknya tak jauh dari rumah sakit. Ia tak ingin berlama-lama meninggalkan ibu Renata. Hanya memakan waktu lima belas menit, pak Sugeng sudah kembali ke ruangan ibu Renata. Di dalam ruangan, terlihat ibu Renata sedang berbicara sendiri di depan handphone. "Lho, Mas. Cepat sekali belinya?" tanya ibu Renata heran. Ia lantas mematikan rekaman suara di handphone milik suaminya. Jangan sampai pak Sugeng tahu kalau ibu Renata meninggalkan pesan suara pada ponselnya. "Aku sengaja beli di toko kue terdekat. Ini aku beli dua. Ada yang pake toping keju dan ada yang enggak pake toping. Kamu mau makan yang mana dulu?" tanya pak Sugeng sembari menunjukan dua kotak brownies. Sengaja membeli dua supaya Ibu Renata memilih. "Aku mau toping keju. Mas, suapin aku ...," rengekan ibu Renata membuat hati pak Sugeng mencelos. Permintaan itu seperti mengisyaratkan sesuatu. "Tentu. A

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 109A. Pegang

    "Aku harus bilang gitu, Anita. Umur orang enggak ada yang tau. Paling enggak kalau aku udah bilang, kamu bisa wujudin," jelas ibu Renata menatap sendu wanita yang napasnya turun naik karena kesal akan ucapannya. "G1la kamu, Renata! Bisa jadi umurku lebih dulu yang tamat daripada kamu." Sangat sewot ibu Anita menanggapi ucapan ibu kandung Darren. Ibu Renata meraih telapak tangan ibu Anita. Ia seolah memohon pada mantan besannya itu."Anita, aku mohon padamu. Kabulkan---""Stop!" sela Anita menghempaskan genggaman tangan ibu Renata. "Aku enggak mau dengar soal itu lagi. Renata, kamu pasti sembuh. Sekarang keinginan terbesarmu sudah Tuhan penuhi. Langsung dikasih dua, Renata. Kamu harus sembuh. Oke?" ucap ibu Anita. Jantungnya berdetak lebih cepat. Dia sangat takut kalau sahabat dari semasa SMA-nya itu benar-benar pergi meninggalkannya. Dia sangat takut, jika apa yang dikatakan ibu Renata akan terjadi. Ibu Anita menggelengkan kepala, menghalau pikiran dan firasat buruk. Sesaat, terjad

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 108. Gantikan Posisiku

    "Mama Anita?" pekik Darren melihat mantan ibu mertuanya yang berdiri di hadapan. "Darren, apa Mama boleh menjenguk Mamamu?" suara ibu Anita bergetar. Ia takut sekali jika keluarga Wirawan membencinya karena perbuatan jahat anak semata wayangnya, Angelica."Boleh, Ma. Silakan masuk."Darren memberi ruang pada ibu Anita agar masuk ke dalam ruangan. Semuanya terkejut akan kedatangan ibu Anita. Wanita yang telah melahirkan Angelica. "Anita?" gumam ibu Renata melihat sahabatnya datang menjenguk. Ibu Anita merasa sangat bersalah akan perbuatan jahat yang dilakukan Angelica pada ibu Renata. "Renata, Renata ...." Ibu Anita menghambur dalam pelukan wanita yang telah melahirkan Darren. Pak Sugeng menarik mundur kursi roda Sabrina agar tidak menghalangi Ibu Anita yang memeluk sahabatnya. "Aku minta maaf, Renata ... aku minta maaaff ...." Permohonan maaf diucapkan ibu Anita disela pelukan pada sahabatnya. Ibu Renata mengusap lembut punggung ibu Anita. "Kamu enggak perlu minta maaf, Anita. Ka

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 107B. Mantan Ibu Mertua

    Pertanyaan ibu Anita sarat penekanan. Tatapannya sangat tajam. Angelica memicingkan kedua mata, merasa kesal karena mamanya lagi dan lagi tidak membelanya justru membela orang lain. "Aku enggak bermaksud mencelakai dia. Tujuanku Sabrina dan calon anaknya!" tandas Angelica membalas tatapan ibu Anita tak kalah tajam. "Kenapa? Memangnya Sabrina melakukan kesalahan apa sama kamu, Lica?" Ibu Anita mencondongkan tubuh lebih ke depan. "Kesalahan apa?" Angelica mengulang pertanyaan mamanya. "Mama lupa, dia udah ngerebut kebahagiaanku! Gara-gara kedatangan dia di rumah itu, aku diusir! aku diceraikan. Hidupku hancur, kacau gara-gara dia! Dia enggak boleh lebih lama bahagia. Aku ingin ... aku ingin Sabrina hidupnya hancur dan menderita sepertiku!" Mendengar ucapan Angelica, ibu Anita menggelengkan kepala berulang kali. "Bodoh!" maki ibu Anita dipenuhi amarah. "Kamu sangat bodoh, Lica! Lihatlah ... akibat kebodohanmu, sekarang kamu di penjara! kamu akan mati di dalam sel sana, Lica!" sambun

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 107A. Kenapa?

    Ibu Anita yang memutuskan pindah tempat tinggal terkejut mendengar kabar anak semata wayangnya menusuk perut ibu Renata. Kabar itu disampaikan oleh Jessi yang mengetahui keberadaan wanita yang telah melahirkan Angelica. "Anak kurang ajar! Aku pikir dia sudah m4ti!" geram ibu Anita mengepalkan kedua telapak tangan di hadapan wanita yang wajahnya mirip Sabrina. Tiga bulan lalu, ibu Anita tanpa sengaja bertemu dengan Jessi di kantor keluarga Wirawan. Jessi kala itu menemani Mr. Whang meeting di kantor Darren. Singkat cerita hubungan mereka semakin dekat. Jessi yang telah kehilangan sosok ibu, seperti menemukan sosok ibu dalam diri ibu Anita. Begitu pula ibu Anita. Sampai akhirnya, ibu Anita memutuskan pindah rumah karena tak nyaman selalu didatangi ibu Regina. Sekarang ibu Anita tinggal di apartemen yang dulu ditempati Darren dan Sabrina. "Awalnya Angelica ingin menusuk Sabrina. Tapi, dihalangi mama Renata.""Ya Tuhan ... Kenapa anak itu selalu mencari masalah?" Ibu Anita menutup waja

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 106B. Kembar

    Pak Sugeng bergegas menuju ruangan Sabrina yang letaknya cukup jauh. Sedangkan Darren berjalan, menghampiri jendela ruangan yang di dalamnya ada ibu Renata. Darren tak menyangka kalau ibu Renata yang menyelamatkan nyawa Sabrina dan calon anaknya. Ternyata ibu Renata sikapnya sudah benar-benar berubah. Sangat menyayangi dan perhatian pada Sabrina. Dari kejauhan, Darren melihat pergerakan jari ibu Renata. Lalu, perlahan-lahan kedua mata wanita tua itu terbuka. Mulutnya menganga, seolah sedang bicara. Menit berikutnya, perawat yang menjaga ibu Renata di dalam ruangan membuka pintu. "Sus, Mama saya sudah sadarkan diri?" tanya Darren tampak sumringah."Betul, Mas. Apa Mas keluarga pasien?""Saya anaknya, Sus.""Oh silakan masuk, Mas."Suster membuka pintu ruangan lebar, mempersilakan Darren masuk. Lalu, suster itu berjalan cepat, hendak memanggil dokter yang menangani kesehatan ibu Renata. "Mama!" pekik Darren berdiri di samping wanita yang telah melahirkannya. Ibu Renata mengulas sen

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status