Home / Romansa / Rahim Dua Ratus Juta / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Rahim Dua Ratus Juta: Chapter 41 - Chapter 50

185 Chapters

Bab 28A. Ditampar Lagi

"Ma, aku masih muda, enggak mungkin banget aku m4ti duluan. Kalau Mama sih m4ti duluan wajar soalnya kan ... Udah tua." "Astaghfirullahalazim," lirih, Sabrina mengucap istighfar mendengar ucapan Angelica. Bukannya minta maaf, Angelica justru semakin menjadi-jadi. Mendengar kekurangajaran Angelica, Sabrina pun ikut bicara. "Enggak begitu, Non Lica. Kematian itu enggak melihat yang masih muda atau yang sudah tua. Banyak kok yang masih muda m4ti duluan." Suara Sabrina terdengar lembut tapi cukup menohok Angelica. Darren dan Ibu Renata mengulum senyum, mendengar pembelaan yang dilakukan Sabrina. "Eh, eh ... tutup mulutmu! Lancang sekali kamu. Kamu berani sama aku, heuh? Enggak tau diri! P3lakor!""Kamu yang enggak tau diri, Lica! Bicaramu kayak sampah!" cibir Darren. "Bela aja terus, belaaa ... Darren Kamu mesti ingat, di sini yang istri sah kamu itu aku, bukan dia!!" Kedua mata Angelica membeliak menatap madunya. Sabrina hanya menghela napas berat, tidak menanggapi ucapan Angelica.
last updateLast Updated : 2025-01-15
Read more

Bab 28B. Sebuah Peringatan

"Sabrina, duduk di situ!" Ibu Renata menyuruh Sabrina duduk di sampingnya. Sabrina agak canggung jika duduk bersebelahan dengan ibu mertua. "Ada apa, Nyonya?" tanya Sabrina pelan. Kepalanya masih merunduk. Pandangan ibu Renata lurus ke depan. Seolah banyak beban yang dipikirkan. "Aku tau, masalah anak itu urusan Tuhan. Tapi, bukannya kita harus berusaha?" Ibu Renata memulai pembicaraan dengan sebuah pertanyaan. "Benar, Nyonya," jawab Sabrina singkat. Ibu Renata menoleh, menatap intens wajah wanita yang mengenakan hijab itu. "Kalau sampai dua bulan ke depan kamu belum juga hamil darah daging Darren, aku akan menyuruh Darren menikah lagi."Kepala Sabrina sontak terangkat. Kedua matanya membulat sempurna. Tidak, ia tidak mau dipoligami lagi. Sabrina tidak mau kalau Darren sampai menikah untuk ketiga kalinya. "Nyo-Nyonya ...." lirih, Sabrina memanggil. Ia ingin meminta waktu tapi takut. Takut jika Ibu Renata marah besar. "Enggak ada yang bisa mengubah atau menolak keputusanku. Kam
last updateLast Updated : 2025-01-15
Read more

Bab 29. Harus Banyak Uang

Di dalam kamar, Angelica menghempaskan tubuh ke atas r4njang ukuran king size. Sebelah tangan memegang pipi karena tamp4ran Darren. Angelica memejamkan kedua mata, mengingat perlakuan ibu Renata dan Darren. Dia berpikir, perlakuan buruk keluarga Wirawan disebabkan Sabrina. "Aku harus segera melenyapkan wanita kampungan itu. Jangan sampai dia berhasil mengambil hati penghuni rumah ini," gumam Angelica pada diri sendiri. Ia lantas bangkit, duduk di sisi ranjang, lalu mengambil handphone. Saat ini yang dimintai bantuan hanyalah Andre. Lelaki yang belum genap satu tahun dikenalinya. Angelica menekan nomor Andre, lalu menunggu panggilannya diangkat. "Ada apa, Sayang?" sapa Andre di ujung telepon. "Aku kamu masih di rumah?" tanya Angelica dingin. "Ada apa, Angelica? Aku sekarang di rumah Mama. Kalau kamu kangen sama aku, ke rumah mama saja."Angelica langsung mematikan sambungan telepon, enggan menanggapi rayuan Andre. Ia dan mamanya Andre sudah saling mengenal. Bahkan suatu waktu Andr
last updateLast Updated : 2025-01-15
Read more

Bab 30. Ingin Hamil

Ibu Regina meringis kesal mendengar ucapan Angelica. Wanita itu memang cantik tapi sayang mata duitan. Kalau sampai Angelica menikah dengan Andre, bisa-bisa ibu Regina tidak akan kebagian uang. Belum lagi usahanya mendapatkan warisan dari mendiang papanya, Wirawan Saka Abadi. "Kalau begitu, aku harus secepatnya mendatangi rumah Renata. Aku akan minta padanya, pembagian harta warisan papa. Aku yakin, kalau kami sudah punya uang yang banyak, Andre pasti mau segera menikahi Angelica." Senyuman ibu Regina terlihat. Wanita itu bergegas masuk ke dalam kamar, berganti pakaian dan bersiap mendatangi rumah Wirawan, papa biologisnya. Sudah lama sekali ibu Regina tidak ke rumah itu. Dia pikir, papanya tak punya anak lain, ternyata sebelum menikah dengan mamanya, pak Wirawan sudah memiliki istri dan anak perempuan. Usai bersolek, ibu Regina langsung meluncur ke rumah yang sekarang ditempati ibu Renata. Di depan pintu gerbang yang menjulang tinggi, ibu Regina membuka kaca mata hitamnya. Menatap
last updateLast Updated : 2025-01-16
Read more

Bab 31A. Bukan Sakit

Darren sungguh heran melihat perubahan sikap istri keduanya. Tidak seperti biasa, kali ini Sabrina sangat agr3s1f. Darren pun baru merasakan sampai kl1m4ks lebih dari tiga kali. Permainan yang baru ia alami sepanjang hidupnya. Bermain hampir tiga jam bahkan sampai ia kewalahan. "Sayang, sebentar lagi Magrib. Nanti lagi mainnya." Nyerah. Darren menyerah saat Sabrina mulai mer4angsangnya kembali. Memang sangat n1kmat. Tapi, Darren tidak terbiasa. "Habis Magrib main lagi, ya?" Permintaan Sabrina disambut kekehan kecil Darren sembari menarik tubuh mungilnya. "Kamu habis minum obat kvat?" tanya Darren menatap lekat Sabrina. "Enggak, Tuan. Saya enggak minum obat apa-apa. Memangnya kenapa?" Sabrina balik bertanya. Darren menatap lekat Sabrina. Membelai lembut pipi wanita yang dicintai. "Enggak kenapa-napa. Ya sudah, kita mandi besar dulu. Sebentar lagi adzan Magrib.""Tapi, habis Magrib main lagi. Saya ingin cepat hamil, Tuan. Saya mohon," rengek Sabrina menatap sendu wajah suaminya.
last updateLast Updated : 2025-01-16
Read more

Bah 31B. Bukan Sakit

"Aku bilang enggak mau! Enggak sudi aku lihat muka dia!" Ibu Renata langsung menimpali. Napasnya turun naik, menatap lekat pak Sugeng. "Dengar dulu, Re ... kamu mesti ketemu sama dia. Buat perjanjian atau kesepakatan di atas materai. Kalau enggak ada itu, nanti kamu diperas sama mereka. Aku enggak mau itu terjadi. Hanya satu kali saja bertemu dengannya. Kamu suruh dia pergi keluar kota atau keluar negeri. Jangan tinggal di sini apalagi sampai mengusik keluarga kita. Kalau dia enggak mau menyanggupi, jangan kamu kasih uang. Tapi, kalau dia menyanggupi, berikan sejumlah uang yang kita tentukan. Dan ingat, kamu enggak boleh ngebiarin dia meminta sendiri uangnya. Kamu yang harus menentukan berapa rupiah yang dia dapat." Panjang lebar Pak Sugeng menjelaskan maksud sarannya. Meski kekayaan yang dia miliki sekarang berasal dari keluarga ibu Renata, tetapi Pak Sugeng juga tidak mau ada orang yang memanfaatkan keluarganya. Dia adalah kepala keluarga. Sudah menjadi kewajibannya menjaga istri
last updateLast Updated : 2025-01-16
Read more

Bab 32A. Saling Mengenal

Sabrina tergagap mendengar pertanyaan ibu Renata. Ia menelan saliva, bingung mau menjawab apa? Ekor mata Sabrina melirik suaminya, minta dibantu menjawab. "Ehm, tadi ... tadi Sabrina terlalu lama ... hmm ... terlalu lama apa ya, Sayang?"Kedua mata Sabrina membeliak mendengar Darren justru menggodanya. "Sudah, sudah. Enggak usah kamu jawab! Sekarang duduklah! makan yang banyak, Sabrina. Supaya kamu enggak sakit lagi, maag kamu enggak kumat lagi. Supaya kami semua enggak kamu repotin."Ibu Renata mengerti penyebab cara jalan Sabrina yang meng4ngk4ng. Itu pasti karena obrolan mereka tadi. Ibu Renata yang hanya memberi waktu sampai dua bulan. Ibu Renata menggelengkan kepala, melirik Sabrina yang menyantap makan malam sambil merunduk. Mungkin karena merasa malu. "Darren, besok kamu mesti masuk ke kantor. Mama dan papa mau ada urusan. Mungkin sampai sore di luar. Jadi kerjaan di kantor harus kamu yang nge-handle," ucap ibu Renata selesai menyantap makan malamnya. "Iya, Ma. Besok aku ke
last updateLast Updated : 2025-01-17
Read more

Bab 32B. Saling Mengenal

*** "Aku mau pulang dulu," ucap seorang wanita yang beberapa menit lalu usai melampiaskan h4sr4t biologisnya pada seorang pria selain suaminya. Mereka baru saja melakukan perzinahan. Pertahanan Angelica goyah oleh rayuan Andre. Sebelumnya Angelica tak mau melakukan itu lagi pada Andre. Lelaki itu sering kali melakukan hubungan terlarang dengan banyak wanita. Ada ketakutan dalam hati Angelica jika Andre mengidap penyakit mematikan. Tetapi, lagi dan lagi ia mudah terpedaya oleh bujuk rayu Andre. "Jangan dong, Sayang ... aku masih kangen sama kamu." Andre menarik pinggang Angelica hingga tubuh wanita itu jatuh ke atas pangkvannya."Andre aku mohon. Aku harus pulang. Aku enggak mau Darren curiga lagi," kata Angelica berusaha melepaskan rengkuhan kedua tangan Andre pada pinggang rampingnya. Jika Angelica sudah menyebut nama Darren, Andre tidak bisa berbuat apa-apa. Ia sangat benci dan muak pada lelaki itu. Sudah tidak mempedulikan Angelica, tapi tak juga menceraikannya. Berdalih ingin me
last updateLast Updated : 2025-01-17
Read more

Bab 33A. Saling Kenal

"Kenal, Ma. Om Ady papa kandungnya Angelica."Tubuh ibu Regina mundur selangkah, kedua mata membulat dan mulut menganga lebar. Ia tak menyangka kalau lelaki yang mengajaknya menikah esok, adalah papa kandung kekasih anak tunggalnya. "Ka-kamu jangan bercanda, Dre." Kepala ibu Regina menggeleng berulang kali, tak mau percaya akan kenyataan yang dihadapi. Berbeda dengan Pak Adyatama. Walaupun awalnya terkejut, tetapi ia tetap tenang. Justru itu lebih baik. Kalau dia dan ibu Regina sudah menikah, Andre tidak akan mengganggu Angelica lagi. "Andre benar, Regina. Aku memang papa kandung Angelica." Sangat tenang, Pak Adyatama membenarkan ucapan Andre. Giliran Andre yang tampak panik. Ia takut kalau ibu Regina mengatakan dirinya adalah kekasih Angelica. "Ma, aku mau bicara sama Mama sebentar. Ikut aku! Om, bentar ya, kami tinggal dulu," ujar Andre."Iya, Dre."Andre memegang lengan mamanya agar menjauh dari Pak Adyatama. "Dre, maafin Mama. Mama enggak tau kalau mas Ady ----""Tenang, Ma ..
last updateLast Updated : 2025-01-18
Read more

Bab 33B. Mengembung

Usai salat Subuh, Sabrina bersiap-siap hendak pulang kampung. Beberapa pakaian dan kebutuhan lainnya sudah dikemasi di dalam koper kecil. Hati Darren sangat berat melepaskan Sabrina pulang kampung sendirian. Dia ingin ikut, menemani Sabrina di sana akan tetapi ibu Renata melarang keras. Mengingat kedua orang tuanya itu ada urusan penting. Entah urusan apa. "Tuan, saya berangkat sekarang, ya?" ucap Sabrina duduk bersimpuh di depan kedua kaki suaminya. Darren yang duduk di sisi ranjang menghela napas berat. Menarik tubuh istrinya, berpelukan. "Aku enggak mau pisah sama kamu, Sayang," lirih, Darren berucap. Kedua matanya berembun, menahan tangisan. Entah bagaimana nantinya jika tidak ada Sabrina di rumah ini. "Saya hanya dua hari saja di sana, Tuan," timpal Sabrina melepaskan pelukan Darren. Lelaki itu tetap memandang wajah istrinya penuh kasih sayang. Membelai pipi Sabrina yang mulus dan putih berseru. "Aku pasti sangat merindukanmu, Sayang." Lagi, ungkapan mesra Darren membuat jant
last updateLast Updated : 2025-01-18
Read more
PREV
1
...
34567
...
19
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status