Semua Bab Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku: Bab 71 - Bab 80

138 Bab

Bab 71. Waktunya Bersinar

Sepulang dari kantor, Bryan menemani Nina berbelanja di mall. Tidak peduli seberapa banyak uang yang nantinya harus ia keluarkan, yang penting Nina bahagia. Bryan membelikan Nina berbagai barang-barang branded, mulai dari baju, celana, rok, topi, kacamata, bahkan jam tangan sekaligus.“Tuan, jangan beli banyak-banyak. Saya gak enak,” kata Nina saat hendak menuju kasir.“Sudahlah, Nina. Kamu nurut aja. Semuanya juga demi kebaikan kamu. Biar kamu bisa tampil fashionable kalau ke kantorku besok-besok. Jadi kamu gak merasa insecure lagi sama staff-staff di kantorku.”Dengan hati yang berat, Nina pun mengangguk.Setelah dari mall. Bryan mengajak Nina ke salon. Mereka melangkah ke dalam. Salon itu sangat luas dan ramai pelanggan. Fasilitasnya juga lengkap. Bryan memang sengaja memilih salon yang berkualitas dengan para pekerja yang sudah ahli dan berpengalaman.“Selamat datang, Tuan dan Nona. Ada yang bisa saya bantu?”
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-17
Baca selengkapnya

Bab 72. Rencana Licik Melissa

“Aku senang sekali kamu tidak keberatan membawakan makanan untukku tiap hari.”Nina merespon ucapan Bryan dengan penuh senyum. Tanpa basa basi lagi, Nina langsung membuka kotak bekal itu dan menyuapinya ke mulut Bryan seperti biasa.“Kamu makin cantik saja,” puji Bryan.Nina tertawa kecil. “Ini juga karena Tuan Bryan yang ngasih saya modal buat perawatan.”Sepanjang menikmati bekal dari Nina, Bryan fokus memandangi wajah Nina yang semakin hari semakin cantik.Nina juga sadar jika Bryan memperhatikannya dari tadi. Mendadak kedua pipinya merah bersemu karena menahan malu. Nina tidak bisa ditatap lama-lama seperti ini. Apalagi orang yang menatapnya adalah orang yang dia cintai.“Jangan tatap saya seperti ini, Tuan. Saya malu.”“Bagaimana bisa aku berhenti menatapmu yang cantiknya bagai bidadari. Bidadari langit yang rela turun ke bumi untuk mencari seorang pangeran.”Waja
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-18
Baca selengkapnya

Bab 73. Kena Jebakan

Sepanjang perjalanan, Bryan terus fokus menyetir. Matanya tidak pernah melihat ke arah yang lain, bahkan untuk melirik gadis yang sedang duduk di sebelahnya pun tidak, meskipun hanya sedetik. Di pikirannya, hanya ada Nina seorang. Bryan merasa bersalah karena harus membuat Nina menunggunya di hotel. Bryan pun berharap pertemuannya dengan sang investor itu tidak akan berlangsung lama, jadi Bryan akan bisa ke hotel dengan cepat dan membawa Nina dinner.Sesampainya di restoran tujuan, Bryan dan Melissa bergegas menuju meja yang sudah di reservasi. Melissa sengaja mereservasi meja tersebut menggunakan nama Mr. Saddam agar dirinya tidak dicurigai.Sudah sepuluh menit lamanya mereka menunggu, orang yang ditunggu-tunggu tak kunjung datang.“Aduh. Ini sudah sepuluh menit loh, Mel! Apa kamu serius kalau Mr. Saddam mau bertemu dengan saya sekarang?” tanya Bryan memastikan.“Serius kok, Pak.”“Lalu mana beliau? Kok sampe sekarang
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-18
Baca selengkapnya

Bab 74. Masih Bertahan

"Pak Bryan?" Melissa panik sendiri kala tubuh Bryan tumbang ke lantai.Sontak beberapa orang di sekitar menghampiri Bryan dan membantu Bryan untuk berdiri. Melissa hanya menyimak karena orang-orang itu menghalanginya.“Mas, gak apa-apa?” tanya seorang pemuda membantu Bryan bangkit. Pemuda itu memegangi lengan Bryan dengan kuat.“Saya baik-baik saja. Terima kasih ya,” sahut Bryan berusaha kuat.“Ya sudah, Mas. Kalau gitu hati-hati.” Pemuda itu pun melepaskan Bryan. Sementara Bryan kini berjalan dengan langkah yang berat. Tubuhnya masih oleng. Bryan melangkah sedikit demi sedikit seraya berpegangan pada apa saja yang bisa ia pegang.Melissa berlari kecil mengikuti Bryan yang hampir sampai di mobilnya.“Pak Bryan, apa Bapak baik-baik saja?” tanya Melissa. Kini mereka sejajar. Melissa hendak memapah tubuh Bryan, berniat membantunya. Namun langsung ditepis oleh pria itu.“Jangan sok bai
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-19
Baca selengkapnya

Bab 75. Kecewa

Kini mereka telah sampai di hotel tujuan, Pak Jaka memapah tubuh Bryan dan membawanya ke kamar yang dimaksud.“Permisi,” ucap Pak Jaka sembari mengetuk pintu kamar tersebut.Tidak lama setelahnya, pintu itu pun terbuka. Nina terperanjat kaget saat melihat Pak Jaka sedang memapah Bryan yang tertidur. Namun lebih kaget lagi Pak Jaka yang mendapati sosok pemilik kamar itu adalah Nina.“Loh, kamu Neng?”“Pak Jaka?” Nina sedikit menunduk karena malu. Ia malu karena ketahuan oleh sopir pribadi Bryan. Nina takut apabila Pak Jaka berpikiran yang macam-macam kepadanya. Tapi Nina juga khawatir dengan kondisi Bryan saat ini. Nina mempersilakan Pak Jaka untuk masuk.Pak Jaka merebahkan Bryan ke atas ranjang. Pak Jaka lalu bertanya sebenarnya apa yang terjadi.“Kenapa kamu bisa di sini, Neng? Kamu open bo ya?” ucap sopir itu dengan entengnya.Nina menggeleng dengan cepat. “Bu-bukan seperti itu,
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-19
Baca selengkapnya

Bab 76. Berdua Bersamamu

“Aku lupa kalau mobilku dibawa Pak Jaka.” Bryan lalu mengambil hp nya di saku celana. “Bentar ya. Aku telpon Pak Jaka dulu, bawain mobil ke sini.”“Jangan, Tuan. Kita jalan kaki aja yok?” ajak Nina menggebu-gebu. Sudah lama dirinya tidak berjalan kaki selama tinggal di kota Jakarta.“Jalan kaki?”Nina mengangguk pelan. “Iya. Lagian sekarang masih gelap. Matahari belum muncul. Suasana sejuk dan tenang kayak gini enaknya berjalan kaki saja sambil menikmati udara segar.”Bryan tampak berpikir.Nina langsung menggandeng tangan pria itu, berusaha meyakinkannya. “Anggap saja kita lagi olahraga pagi. Lagian kapan lagi kita bisa menghirup udara segar di Jakarta, kecuali jam segini. Kalau udah masuk pagi sampai sore, debu-debu polusi udah saling beterbangan di udara.”“Hm. Ya udah deh. Kita jalan saja.”*Pukul 04.30 subuh…Kota Jakarta tam
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-19
Baca selengkapnya

Bab 77. Menyatakan Cinta

Nina langsung berhenti mencubit pipi Bryan. Ia mendadak malu karena ternyata diperhatikan oleh penjual tersebut. Mereka pun melanjutkan melahap makanannya hingga habis tak bersisa.“Kita balik ke hotel naik ojol aja ya. Aku gak sanggup lagi buat jalan,” pinta Bryan.“Iya, Tuan. Tuan naik ojol aja sana. Biar saya yang jalan.”“Loh, kok gitu? Ya udah deh. Kita jalan aja. Aku mau gak mau ninggalin kamu sendirian.”Perlahan-lahan mentari mulai terbit dari ufuk timur, menyinari bumi yang tadinya gelap gulita. Suasana dingin pagi yang mendamaikan. Berbagai suara dan bunyi juga mulai terdengar, memecah kesunyian menandakan aktivitas yang semalaman berhenti kini bergerak kembali.Langit yang gelap kini bertukar ke warna jingga kekuningan dan semakin lama semakin pudar di telan terikan mentari.Nina berjalan dengan langkah yang kecil seraya menikmati sunrise di pagi hari. Walaupun sudah ada beberapa kendaraan yang
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-19
Baca selengkapnya

Bab 78. You are Perfect!

Malam ini Bryan ingin menepati janjinya, membawa Nina ke sebuah restoran mahal untuk makan malam. Sama seperti kemarin, sepulang dari kantor, Bryan mengajak Nina ke hotel yang sama. Namun baru saja masuk ke kamar hotel, terlihat sosok Nina yang sudah menunggunya di dalam.“Kamu udah nyampe dari tadi?” tanya Bryan seraya melonggarkan dasi miliknya.Nina menggeleng pelan. “Baru aja. Mungkin lima menit yang lalu.”“Ya udah deh. Kita siap-siap sekarang yuk. Takutnya makin macet di luar.” Bryan kemudian membuka kemeja kerjanya. “Kita mandi dulu baru jalan.”“M-mandi bareng?” tanya Nina gugup.“Yaa enggak dong. Aku dulu yang mandi baru kamu. Aku mandinya cepet cuman 5 menit selesai.”Nina menghela napas lega. Ia mengira tadinya Bryan ingin mengajaknya mandi bersama. Bryan pun masuk ke kamar mandi, sedangkan Nina pergi ke balkon kamar, menikmati pemandangan ibu kota di sore har
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-19
Baca selengkapnya

Bab 79. You're Only Mine!

Bryan menggeleng pelan. “Aku gak marah sama kamu, Nina.”“Terus?”“Aku marah sama diriku sendiri. Kamu benar! Gaunmu terlalu terbuka. Di lobi tadi banyak lelaki yang melirikmu. Aku cemburu. Kalau tau bakal begini, mendingan kamu ku suruh pake gamis aja. Biar gak ada laki-laki yang lirik-lirik ke kamu lagi.”Berbeda dengan Bryan yang menekuk wajahnya, Nina justru tersenyum lebar. Nina tidak menyangka Bryan bisa secemburu itu.Bryan lalu melepas jas hitamnya. “Pake ini! Tutupi dadamu! Yang lain gak boleh lihat badan seksimu! Cuman aku yang berhak melihatnya!”Nina pun mengenakan jas itu untuk menutupi badannya. Ia lalu berkata, “Sebenarnya Tuan Bryan juga belum berhak melihatnya. Karena kita belum punya status apa-apa.”“Makanya nanti aku mau lamar kamu. Nanti kamu harus menerimanya ya! Aku gak menerima penolakan soalnya!”Nina hanya mengangguk kecil seraya tersenyu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-19
Baca selengkapnya

Bab 80. Syarat dari Nina

“Tapi kamu mau kan nikah sama aku? Aku bakalan nungguin kamu sampai kamu siap kok.”Nina mengangguk pelan. “Iya, saya mau. Tapi ada syaratnya.”“Apa syaratnya?”“Tuan gak boleh nyentuh saya lagi sampai kita nikah.”Bryan sontak melepaskan genggamannya di jari Nina.Nina langsung tertawa kecil. “Kalau cuman megang tangan, boleh kok.”“Terus definisi gak boleh nyentuh itu seperti apa, Nina?”“Tuan gak boleh ngajak saya begituan lagi.”Bryan seketika paham. “Oh cuman itu saja? Gampang.”“Bukan itu aja. Tuan Bryan juga gak boleh ngeraba-raba saya, ngelus-ngelus, apalagi sampai ngeremas.”Bryan seketika menekuk wajahnya. Rasanya sangat sulit tidak melakukan itu pada Nina. “Kalau aku kepengen meluk kamu gimana dong? Masa meluk juga gak boleh?” protes Bryan.“Meluk boleh kok, tapi jangan ngelus-ngelus yang lain!”“Hm.”“Gandengan tangan boleh. Cium kepala atau kening boleh. Meluk juga boleh,” lanjut Nina.“Kalau ciuman bibir boleh, kan?” tanya Bryan berharap.“Itu juga gak boleh. Soalnya kal
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-20
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
14
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status