Home / Romansa / Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku: Chapter 151 - Chapter 160

219 Chapters

Bab 151. Buka Bajumu!

Keesokan paginya, rutinitas Nina masih sama, yaitu menjadi babu di rumah mertuanya. Tak sedikit pun Maya berniat membantu Nina mengerjakan semua pekerjaan rumah.“Kamu ngapain sih dari tadi nenteng hp terus?” tanya Maya sinis. Ia dari tadi memperhatikan Nina membawa hp nya ke mana-mana. Walaupun sedang menyapu, menyuci bahkan memasak, hp nya itu selalu berada di dekatnya. Nina juga bolak-balik mengecek hp tersebut, berharap ada pesan masuk dari Bryan.“Gak ada apa-apa kok, Bu.”“Udah letakin aja hp mu di kamar! Kamu fokus aja ngegoreng ikannya! Ntar gosong lagi!” omel Maya.Nina pun menurut. Ia berjalan ke kamar untuk menyimpan hp nya. Tiba-tiba saja, ada notifikasi sebuah pesan masuk. Nina sangat berharap pesan itu dari Bryan. Dan benar saja, pesan itu memang dari Bryan.[Selamat hari senin, buat cantikku yang selalu ngangenin][Kolak pisang, tahu sumedang][Walau jarak membentang, cintaku takkan h
last updateLast Updated : 2025-03-14
Read more

Bab 152. Anak Siapa?!

“Kamu nunggu apa lagi sih, Dek? Ayolah! Mas udah gak sabar pengen nyicip kamu. Mas penasaran dengan kamu. Bagaimana sih rasanya bercinta dengan gadis secantik dan semontok kamu?” ucap Ilham. Wajahnya mulai kelihatan mesum.Nina menjadi geli sendiri. Rasanya ingin muntah.“Hueekk!”Benar saja, Nina langsung mual-mual akibat sugesti dari pikirannya sendiri. Tidak betah ia melihat rupa suaminya yang tidak begitu tampan. Ya maklumi saja, Nina sudah terbiasa melihat wajah tampan Bryan, dan sekarang tiba-tiba ia harus berhadapan dengan Ilham setiap harinya. Kalian tau sendirilah apa rasanya. Dari yang awalnya setiap hari hidup bersama manusia tampan setengah dewa, tiba-tiba mendadak berganti menjadi eeee, ah sudahlah. Author tidak mau body shamming.“Loh, kamu kenapa mual, Dek?” tanya Ilham bingung.“Gak kenapa-kenapa kok, Mas.”“Oke. Sekarang buka bajunya dong!”“I-iya. Tapi
last updateLast Updated : 2025-03-14
Read more

Bab 153. Bertahan atau Pergi?

Hari demi hari, Nina lewati hari-harinya dengan tangisan. Bagaimana tidak, semenjak suaminya itu mengetahui bahwa dirinya sedang hamil anak orang lain, dirinya selalu mendapat perlakuan kasar. Bahkan tak jarang, Nina dijambak, dipukul oleh suaminya itu. Nina juga selalu dibentak-bentak. Ilham selalu memakai kata-kata kasar saat berbicara dengan Nina. Meskipun begitu, Nina tetap bertahan di sisi suaminya.Di dalam hati kecilnya, Nina ingin pergi dari sana, meninggalkan suaminya. Tetapi apa yang akan dikatakan oleh kedua keluarga mereka dan juga tetangga apabila dia kabur dari rumah? Nina takut akan dicap sebagai istri durhaka jika dia kabur. Ingin meminta cerai pun rasanya mustahil, pernikahan mereka masih seumur jagung. Pastilah para tetangga akan bertanya-tanya kenapa mereka bercerai, apalagi dalam keadaan hamil seperti ini. Bisa jadi Nina akan dijadikan bahan pergunjingan oleh warga sekitar.Pagi ini, Nina meminta uang nafkah kepada suaminya. Tabungan Nina benar-bena
last updateLast Updated : 2025-03-14
Read more

Bab 154. Berakhir

Di belahan bumi lain, Bryan terduduk lemah di kursi rodanya. Ia belum juga sembuh. Tetapi lelaki itu tak pantang menyerah untuk memperjuangkan kesembuhannya. Besok akan ada jadwal terapi lagi yang harus ia jalani.Kini Bryan sedang berada di apartemen milik tantenya. Ia tinggal seorang diri di sana, karena paman dan tantenya sedang sibuk bekerja. Hanya ada seorang suster yang kadang mengurusnya dari pagi sampai sore, tapi sekarang suster itu sudah pulang ke rumah karena saat ini sudah masuk waktu malam.Bryan dari tadi melirik ke arah ponselnya, berharap ada notif balasan dari Nina. Entah berapa lama Bryan memperhatikan ponnselnya itu, tapi balasan dari Nina tidak kunjung masuk.Air mata tiba-tiba menetes, Bryan menangis terisak, merasa kecewa. Laki-laki itu mulai overthinking. Apa jangan-jangan gadis yang dicintainya itu sudah mendapatkan penggantinya? Apa Nina benar-benar telah melupakannya? Apa Nina tidak lagi mencintainya?Ingin rasanya berteriak kenc
last updateLast Updated : 2025-03-15
Read more

Bab 155. Paket Misterius

Aliyah terkaget saat melihat kedatangan anaknya di malam hari seperti ini. Terlebih lagi kondisi anaknya amat kacau. Mata yang sembab dan merah akibat menangis, beberapa luka lebam di wajah dan sekitar lengan, ditambah wajah yang tampak pucat.Aliyah berlari menuju anaknya yang baru saja turun dari angkot. Wanita berdaster itu merengkuh kedua pipi Nina. “Ada apa denganmu, Nak? Mana suamimu? Kenapa kamu naik angkot sendirian malam-malam begini? D-dan kenapa kamu memar kayak gini, Nak? Kamu habis dipukul? Sama siapa, Nak?”Nina langsung menangis di dekapan ibunya. Tak kuasa menahan air mata, Nina terisak histeris.“Kalian bertengkar ya, Nak?” tanya Aliyah iba. Aliyah semakin mengeratkan pelukannya dan mengelus-elus punggung anaknya.“Nina gak mau lagi kembali ke Mas Ilham, Bu. Dia jahat, Bu. Nina trauma. Nina gak sanggup hidup bersama dia lagi,” jawab Nina dengan suara gemetar. Tubuhnya berguncang, dadanya naik turun akibat menangis.Aliyah yang meli
last updateLast Updated : 2025-03-15
Read more

Bab 156. Kontraksi

Kurir tersebut membaca nama yang tertera di sana. “Dari Justin Bieber, Mbak.”“Ih, Masnya ada-ada saja deh. Yakali Justin Bieber ngirimin saya paket, saya bukan Hailey Bieber!”“Saya cuman baca apa yang tertulis di sini aja, Mbak. Udahlah, Mbak. Ambil aja paketannya. Lagian paket ini udah dibayarin sama si pengirim kok!”Kurir itu menyerahkan satu box besar kepada Nina.“Tanda tangan dulu ya, Mbak, sebagai bukti kalau paketnya udah diterima,” kata kurir.Setelah itu, Nina memutuskan masuk ke dalam rumah dan membuka box tersebut. Berisi perlengkapan bayi, mulai dari beberapa pasang baju bayi perempuan dan laki-laki lengkap dengan sarung tangan, kaos kaki, kupluk, handuk bayi, popok, beserta alat mandi khusus bayi.Nina lalu menemukan selembar kertas yang terselip di dalam box tersebut. Ternyata berisi surat dari Bryan.'Nina, ini aku Christiano Ronaldo. (Gak, bercanda)
last updateLast Updated : 2025-03-15
Read more

Bab 157. Bayinya Sehat!

Sesampainya di ruang persalinan, suster yang ada di sana segera membantu menempatkan Nina di ranjang persalinan. Suster tersebut lalu terburu-buru memanggil dokter spesialis kandungan.“Uhh. Rasanya sakit sekali, Bu. Nina gak tahan,” keluh Nina sembari mencengkram seprai hingga berantakan.“Sabar ya, Nak. Kamu harus kuat! Namanya melahirkan ya seperti ini.” Aliyah membantu menenangkan Nina. Aliyah mengelus-elus kepala Nina sedikit rileks.Tak lama kemudian, dokter kandungan itu pun datang dengan didampingi dua orang suster. Dokter itu memeriksa kondisi pasiennya lebih dulu dan mengatakan belum saatnya Nina melahirkan.Pada akhirnya, Nina dan Aliyah menunggu di ruangan itu. Nina mengeluh karena seluruh tubuhnya semakin sakit.Tiba-tiba Nina menangis saking sakitnya. “Kenapa bayinya gak mau keluar ya, Bu? Badanku sudah sakit semua. Rasanya mau pingsan.”“Sabar, Nak. Belum waktunya. Mungkin si bayi masih nyari-nyari jalan keluar.”“Nina
last updateLast Updated : 2025-03-16
Read more

Bab 158. Menjadi Ibu Muda

Keesokan harinya, Nina akhirnya diperbolehkan pulang ke rumah setelah mendapatkan izin dari dokter.Saat ini, Nina sedang menyusui bayinya. Nina tersenyum melihat anaknya yang sangat menikmati ASI darinya.“Semoga kamu besarnya mirip Princess Diana ya, Nak. Jangan mirip Mama, soalnya Mama gak cantik-cantik amat,” ucap Nina merendah.Setelah beberapa menit, Brianna akhirnya berhenti menyusu. Nina pun membaringkan bayinya di kasur, karena Brianna juga tampaknya telah tertidur lelap.Nina terus-terusan menatap bayinya tanpa henti. Bibir Nina semakin merekah, senyumannya semakin lebar. Nina tak menyangka dirinya bisa menjadi ibu muda di usianya yang ke-19 tahun.Nina mengelus-elus kepala bayinya dengan lembut. “Kamu ini manusia asli atau boneka sih, Nak? Kenapa kamu gemesin banget? Pengen tak hap kamu!”Aliyah yang tak sengaja melewati kamar Nina yang kebetulan tidak tertutup rapat dibuat terkaget saat melihat Nina sedang
last updateLast Updated : 2025-03-18
Read more

Bab 159. Kangen

Nina kemudian berpikir bahwa anaknya itu ingin ditimang-timang. Nina menggendong bayinya dan berjalan ke teras rumah sembari menghirup udara segar di pagi hari. Cuaca matahari pagi juga masih sehat jam segini, Nina dan bayinya pun berjemur sebentar.Nina kembali masuk ke dalam rumah. Tangisan Brianna semakin keras. Nina menjadi keringat dingin.“Aduh, Brianna ini kenapa ya? Kok nangis terus sih?” tanya Nina heran.Dalam hati, Nina terus berdoa, berharap agar ibunya cepat pulang ke rumah.“Ibu cepat pulang dong, Bu. Aku bingung banget di sini,” gumam Nina pasrah.Singkat cerita, Aliyah akhirnya pulang setelah selesai menemani suaminya berobat.Nina langsung berlari ke ibunya dan meminta bantuan.“Bu, tadi Brianna nangis terus, padahal sudah Nina kasih ASI. Tapi dia masih terus menangis.”“Terus sekarang Brianna di mana?”“Ada di kamar, Bu. Sekarang sih udah bobo lagi s
last updateLast Updated : 2025-03-18
Read more

Bab 160. Menuntut

“Enggh… a-aku… aku sudah menjanda, Mas. Waktu kandunganku tiga bulan, aku dijodohkan oleh ibu, karena takut dikira hamidun sama tetangga. T-tapi aku sudah pisah kok dari laki-laki itu,” jawab Nina gugup, merasa bersalah.Bryan hening sejenak. Dia tampak terkejut dengan penuturan Nina barusan.“Tapi kamu gak cinta kan sama laki-laki itu? Kamu tetap cintanya sama aku, kan?” tanya Bryan setelah sekian lama berdiam diri.“Tentu enggak dong! Cintaku hanya buat kamu, Mas!” jawab Nina penuh yakin.Bryan tersenyum tipis. Namun matanya tampak berkabut. "Aku mau lihat anak kita. Aku ubah ke video call ya? Anak kita ada bersamamu kan?"“Iya, Mas. Ini aku sambil ngegendong anak kita.”“Oke.”Bryan lalu mengalihkan panggilan suaranya ke video call. Senyum haru tercipta di bibir Bryan ketika melihat anaknya yang menggemaskan.“Anak kita cowok atau cewek, sayang?”“Cewek, Mas.”Bryan semakin bahagia dibuatnya. “Syukurlah keinginanku terkabul.” Bryan lalu melambaikan tangannya. “Halo, Zylvina. Cantik
last updateLast Updated : 2025-03-19
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
22
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status