Semua Bab Bang Juna (Izinkan Aku Memilikimu): Bab 41 - Bab 50

104 Bab

Bab 41

Merasa pipi begitu perih, tiba-tiba saja emosiku meled4k-led4k. Aku tidak bisa mengendalikan diri sampai tangan yang terikat oleh lakban itu akhirnya terputus juga. Kutarik kerah baju milik lelaki itu dan membalas dengan tinju dari kepalan tanganku. "Bug!"Seketika hidung lelaki itu mengalirkan dar4h segar. Kubuka ikatan di kaki juga dengan pisau yang sempat dia pegang tadi. Lalu mengacungkan benda taj4m itu pada lelaki di depanku. "Berani-beraninya kamu menamparku! Belum tau kamu kekuatan ras terkuat di bumi ini, hah!" Tak peduli dengan perut yang sudah terlihat menyembul ini, aku tetap berlagak garang di depan lelaki itu. "Ampun, Nisa. Ampun! Aku akui kamu memang tidak bisa ku ....""Apa!" bentakku lagi. Dan dia makin ciut nyali untuk mendongakkan kepalanya. "Sekarang, mana kuncinya? Cepetan!" Pria sok-sokan itu ketakutan. Karena aku sudah mulai menggores sedikit tangannya. Dia lantas menyerahkan kunci kamar kepadaku. Setelah itu, aku pun bergegas keluar dan mengunci dia dari l
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-20
Baca selengkapnya

Bab 42

"Nisa!" panggil lelaki itu lagi. Lelaki bertubuh atletis itu berlari menghampiriku. Dia terengah-engah dengan tatapan haru. Akhirnya, dia menemukanku. Pasti semalam tak bisa tidur. Aku tertawa melihat ekspresi pria itu yang langsung memelukku. Menghujaniku dengan kecupan di setiap inci dari wajahku. "Akhirnya, aku menemukanmu juga. Ya Allah, terima kasih." Kulihat Bang Juna sampai menitikkan air mata. "Abang ...." Dia mulai menatapku seraya merenggangkan pelukan. Terlihat tak mampu berkata, dia kembali mendekapku. "Dari mana sih kamu, Yank. Bikin jantungaaaan terus. Kamu enggak kasihan apa sama Abang? Semalam enggak tidur nyari kamu. Lapor polisi juga udah. Ilang gitu aja enggak ada jejak.""Ceritanya panjang, Bang. Nanti aja di rumah. Kita pulang dulu aja!" "Anak kita gimana, Yank? Kamu enggak pake sendal? Duh, dari mana sih?""Abang sekarang tang cerewet. Dibilang nanti aja ceritanya. Itu mobil papa Angkasa, kan? Di awal Rian tadinya. Terus, dia nyuruh aku bawa pulang.""Apa? R
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-20
Baca selengkapnya

Bab 43

"Selamat pagi, Kept." Seorang wanita yang tersenyum manis datang lalu duduk di bagian kokpit sebelahku. "Faiza ...." Aku tercengang melihat gadis muda berseragam pilot itu menyapaku. Dia kembali tersenyum. "Akhirnya, bisa duduk di sebelah Mas Juna. Apa kabar, Mas?""Faiza ... kamu pilot juga?" Aku masih terkaget-kaget, tak pernah menyangka. "Iya, Mas. Udah lama ya kita enggak ketemu. Sejak aku pindahan." Dia tersenyum lagi. "Em, iya." Aku agak kaku menjawabnya. Hari itu, aku dan dia menjalankan penerbangan kembali ke Jakarta setelah sebelumnya kami bertemu di Dubai. Dia memang keturunan orang sana. Bapak ibunya campuran sehingga bisa dibayangkan bagaimana wajah gadis itu."Mas Juna masih tinggal di Kebon Jeruk? Atau udah pindah?" tanya dia lagi saat kami sudah landing dan bersiap keluar. "Em, enggak. Aku udah pindah dan tinggal bersama istriku di Botanical Garden." "Duluan ya, Mas." Dia meninggalkan jejak senyuman sesaat sebelum keluar dari pesawat. Aku berusaha tidak terlalu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-20
Baca selengkapnya

Bab 44

"Siapa yang datang?" tanyaku pada mereka semua. "Biar kami yang liat. Kalian di sini saja!" balas mama Aida. Dua wanita sepuh itu keluar. Mereka membiarkan kami melepas rindu di kamar ini. Bang Juna pun juga langsung menutup pintu kamar. Mesam-mesem bibirnya, lalu ikut merebahkan diri di sebelahku. "Kangen." Dia tersenyum lagi. "Abang sebenarnya cinta enggak sama aku? Jawab yang jujur!" Entah kenapa aku takut dia berpaling karena bodiku yang sekarang. "Yank, kenapa nanya begitu, sih? Abang kan udah berkali-kali bilang kalau kamu jangan meragukan hati Abang lagi. Demi Allah, demi Rosulullah. Abang sayang sama kamu. Dan anak kita.""Aku jadi kepikiran ucapan mama tadi. Katanya tetangga kita sekarang itu temen Abang sekolah. Laki apa perempuan sih dia?" "Em, perempuan. Tapi, lupain aja. Kan cuman temen sekolah. Ya mau gimana lagi kalau dia udah takdir jadi tetangga kita. Intinya sih kalau Abang, belajar dari yang udah-udah itu saling percaya aja. Pikiran kita mempengaruhi takdir ki
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-20
Baca selengkapnya

Bab 45

"Nisa," panggil mama dari luar. Saat kakiku tengah diolesin pelembab oleh Bang Juna. "Iya, Ma. Ada apa?" balasku dengan pertanyaan. "Kamu ngapain? Mama sama papa mau melawat di tetangga sebelah." Hah? Aku bingung lantas menatap Bang Juna yang terlihat kaget juga. "Tetangga, Bang? Siapa?" "Enggak tau. Tetangga baru, kah?" Aku dan Bang Juna saling bertanya. Tidak ada kabar soal orang meninggal. Tapi, kenapa mama bilang ....Bang Juna memutuskan untuk berdiri setelah pintu kamar dia buka. Entah apa yang mereka bicarakan, aku tidak begitu dengar. Setelah bicara dengan mereka, Bang Juna kembali lagi ke kamar. "Gimana, Bang?" tanyaku setelah dia datang. "Bukan tetangga sebelah rumah. Tapi sebelah ujung sana. Memang enggak ada pengumuman di masjid, enggan tau kenapa."Aku mengusap-usap lagi perutku yang terasa tendangan makin kuat. Beberapa kali memejamkan mata, menikmati setiap pijatan kaki yang terasa nyaman. "Abang ...." Aku memanggilnya dengan lembut. "Ya, Sayang? Kenapa? Sakit?
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-20
Baca selengkapnya

Bab 46

"Enggak tau, kan Abang yang mau kasih nama kemarin. Di pikiranku cuman nanya anak cowok." Nisa menyindirku sambil tertawa. Semua orang di ruangan seketika menertawakan kami. Mungkin di pikiran mereka, kami masih seperti pengantin baru yang suka meledek satu sama lain. Soal nama saja masih bingung. Tapi, memang di kepalaku juga belum ada rencana mau dikasih nama siapa anak ini. "Mungkin mama ada saran," ucapku seraya menatap mertua yang kini menyuapi istriku itu. "Ya kalian aja lah yang kasih nama. Mama juga bingung." Wanita tua itu tertawa. Aku yang masih tengah memeluk bayi merah ini lantas memandangi wajah mungil itu. Mirip sekali dia Nisa. Bibirnya lembut, tapi tiba-tiba dia mewek lalu menangis kencang. Tangisannya membuatku panik karena saking kencangnya. "Oeeeee!""Duh, ini gimana, Yank?" Kubawa bayi kecil pada ibunya. "Biar Nisa kasih ASI dulu, Juna!" Mama memintaku memberikan bayi itu pada Nisa. Setelah itu benar saja, terlihat dia seperti kelaparan. Reflek, aku ikut men
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-20
Baca selengkapnya

Bab 47

"Assalamualaikum?" Malam itu aku sampai di rumah, terlihat ada tamu di ruang tamu. Mereka semua menatapku yang baru saja menjejakkan kaki ke dalam. "Wa'alaykumsalam warahmatullahi wa barokatuh." Nisa dan yang lainnya menjawab. Kupikir mereka datang ke rumah ini untuk menjenguk Nisa yang baru melahirkan. Namun, sepertinya tidak. Ada Vania dan Revan serta dua mertuaku juga di sana. Tapi, Vania terlihat menangis. "Juna, lebih baik kamu ke kamar dulu, ya, Nak!" Mama mertuaku langsung memberitahu. "Iya, Ma." Aku sengaja berjalan dengan pelan agar mendengar percakapan mereka. Tapi, rupanya mereka malah pamitan. Ah, mungkin hanya perasaanku saja. Setelah sampai di kamar, aku melihat baby kecilku sedang tertidur pulang di dalam kelambu. Keranjang bayi lantas kugoyangkannagar dia makin nyenyak tidur. Tak berapa lama, Nisa masuk ke kamar. Dia langsung memelukku dari belakang. Kulepaskan tangannya, lalu memutar badan. Kupeluk dia dari depan. "Cieee, kangen.""Tau aja." Nisa tetap memeluk e
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-22
Baca selengkapnya

Bab 48

"Yank, kamu izinin enggak aku nemuin dia?" Aku mencoba membujuknya. "Terserah Abang aja lah. Kan udah tau dia itu begitu. Dia juga pernah bilang kalau Abang pernah naksir dia, kan." Nisa masih cemberut, tapi aku terus mendekatinya. "Ya udah, kamu juga ikut aja ke depan. Biar tau apa saja yang dia akan katakan.""Males, ah. Apalagi liat mukanya itu yang suka caper sama Abang." "Hem, jangan gitulah. Kita kan hidup juga bertetangga. Cuek aja. Yang pentingkan Abang milik kamu." Aku menoel dagunya, tapi Nisa tetap kesal. Aku meraih Humaira kecil lagi meskipun dia sedang tidur. Kubawa bayi merah itu keluar kamar. Terlihat ada mama Ayu dan Faiza di ruang tamu sedang mengobrol. "Dalam Islam itu, kalau berteman ya boleh saja. Tapi memang ada batasannya. Apalagi sudah berkeluarga," kata Mama. Aku tidak bertanya langsung pada Faiza sebab dia datang. Tapi, langsung duduk di sebelah mama sambil menepuk-nepuk bayi kecil ini. "Nah, Juna udah dateng. Katakan saja apa keperluan kamu datang ke s
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-22
Baca selengkapnya

Bab 49

Aku tidak terlalu memikirkan apa yang Revan katakan tadi. Yang penting sekarang keluargaku. Aku tidak peduli mau mereka berpisah atau bagaimana. Yang jelas, perasaanku agak tidak enak kalau urusan dengan mereka. Seperti biasa, aku sibuk dengan jam terbang yang sudah diatur. Setiap momen terkadang kunikmati sambil mendokumentasikannya. Lalu mengirimkan pada Nisa. Begitu juga dengan dia dan bayi kami. Seakan semua kegiatan berjalan dengan biasa, tapi ada yang menghampiriku yang akan bording dengan tangan yang langsung memegangiku. "Mas!""Faiza!" Aku langsung melepaskan tangannya. "Aku boleh bicara sebentar?" Dia mengiba. "Bicara apa? Di sini saja. Seperti yang mama mertuaku katakan kemarin, aku tidak bisa membantu banyak. Kita ada batasan," balasku lagi. "Mas, aku tau kamu dulu suka sama aku. Aku tau kamu masih ada perasaan sama aku sampai saat ini, kan? Aku jadi pilot itu karena kamu loh.""Loh, kok jadi aku? Kamu tau sendiri, kan, kalau aku sudah punya istri. Dan aku hanya cinta
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-22
Baca selengkapnya

Bab 50

Aku terbangun tatkala tengah memeluk putriku yang sedang tidur. Suara teriakan dari luar itu membuatku kaget sesekali memastikan kalau bayi kecilku masih tertidur. Setelah membuka pintu kamar sambil memastikan keadaan yang terlihat terang benderang, lampu utama menyala, aku terkejut melihat mama dan papa tengah berbicara dengan seseorang. "Ada apa, Mah, Pah?" Aku melihat Bang Juna di sofa. Dia tampak lemas dan ada wajahnya terdapat bekas lebam. "Abang ...." Aku pun langsung duduk di sebelahnya. "Katakan sama suami kamu, jangan sekali-kali mendekati istriku lagi! Atau kalau enggak, aku akan lapor pada pihak maskapai! Biar diviralkan sekalian!" Lelaki itu berbicara dengan sangat kasar. Aku tak tahu apa yang sudah terjadi. Namun, saat mendengar sebaris kalimat pria itu tadi, aku merasa dadaku nyeri di dalam sana. Apa yang sudah terjadi antara Bang Juna dan Vania?Papa mengajak pria itu keluar setelah meminta maaf. Apalagi ini sudah malam dan khawatir mengganggu tetangga lain. Kutatap
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-22
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
11
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status