"Mbak?""Mbak? Hello?" Pria itu menjentikkan jarinya di depanku karena aku tak sadar sudah menikmati wajah itu dengan diam-diam. Namanya juga sedang rindu suami sendiri, tapi dia bukan suamiku. "Eh, iya, Mas. Gimana?" tanyaku setelah itu. "Yee, Mbaknya malah melamun. Ngelamunin apaan sih, Mbak?" Dia terlihat santai sekali. Aku terus menyadarkan diri lagi kalau dia bukan Bang Juna. "Enggak, Mas. Oh ya, Mas-nya namanya Azzam, kan?" "Loh, kok tau?" "Waktu di pesawat kan Masnya bilang sendiri. Saat mama saya juga mengira kalau Mas adalah menantunya.""Wah, apa semirip itu, Mbak? Ternyata, wajah saya pasaran, ya." Dia tertawa sambil mengusap wajahnya. Aku membalasnya dengan senyuman. "Mau pesen minum apa, Mbak? Kita bahas kerja samanya santai aja ya, Mbak. Masih pagi soalnya." "Iya, Mas.""Itu anaknya, Mbak? Lagi tidur?" Pria itu menunjuk putriku yang masih kugendong. "Iya. Habis mandi, biasanya memang tidur." "Lucu banget." Tatapan mata pria itu mengarah pada Humaira. Andai di
Last Updated : 2025-01-27 Read more