Aku tidak tahu apa yang saat ini ada di dalam pikiran istriku itu. Dia lebih sensitif sekali sekarang. Sebentar-sebentar marah, kalau sudah marah, redanya lama. Kali ini, aku membiarkan dia pulang sendirian. Kini, aku berada di satu mobil dengan Afifah. Aku sengaja tak banyak bicara agar bisa fokus dan tak memberinya pengharapan. Namun, dia tampaknya tetap saja seperti awal. Seperti saat masih ada hubungan denganku. Sebenarnya risih, tapi aku juga tidak bisa meninggalkan dia sendirian di tempat tadi. Dua jam lebih perjalanan kami, akhirnya sampai juga di depan rumah Afifah. Aku tidak turun saat dia menawari. "Mas enggak mau ketemu bapak dulu?" tanyanya. "Enggak, makasih. Aku harus segera bertemu istriku. Sebelum dia makin lama salah paham." Aku menghela napas panjang. "Kamu tau, Mas, dia memang begitu. Terlalu dimanja sama kedua orang tuanya dulu."Sambil menurunkan koper, Afifah terus bercerita soal sepupunya itu. Yang tak lain adalah istriku sendiri. "Ini bukan soal dimanjanya,
Terakhir Diperbarui : 2025-02-08 Baca selengkapnya