"Hai, Mas. Apa kabar?" Sapa seorang pemuda yang wajahnya putih bersih. Sedikit mirip dengan kakaknya. "Eh, Amran. Mau ke mana? Atau dari mana?" Kupeluk adik iparku yang tampak membawa ransel itu. "Aku mau balik ke Kanada, Mas. Oh ya, titip Mbak Nisa, ya, Mas. Kasian banget dia. Dan aku sayang banget sama dia. Yang dulu selalu bantuin belajar aku waktu SMP." Lelaki muda yang baru saja tumbuh kumis tipis itu tersenyum haru. "Insyaallah, doakan Mas, ya! Semoga kami lekas diberi kebahagiaan yang bertambah. Begitu juga denganmu, aku doakan kamu sukses di sana." "Iya, Mas. Aamiin. Satu lagi, Mas. Tadi ada Mas Revan telpon aku, minta nomornya Mbak Nisa. Katanya di kontaknya hilang. Aku ragu mau ngasih, terus ya udah. Kubilang aja minta ke Mas Juna.""Revan?" Aku mengerutkan dahi. "Iya. Katanya sih mau ketemu Mbak Nisa. Takut ada apa-apa, kayak dulu itu. Aku enggak kasih, deh.""Oke. Makasih ya, Amran." "Duluan ya, Mas." "Ya. Hati-hati." Dan, Ki pun berpisah jalan. Keluarga Nisa meman
Last Updated : 2025-01-17 Read more