Semua Bab Terjerat Obsesi CEO Arogan: Bab 21 - Bab 30

78 Bab

Ingin Bercinta di Rumahku?

“Urusanmu memang urusanku. Tapi, kau tidak berhak menebak apa yang sedang kupikirkan, Elena!” desis Karl, suaranya tajam seperti bisikan ular di kegelapan.Tangannya yang kuat menahan gerakan Elena, menghentikan jemari wanita itu yang berusaha menyentuh tengkuknya, seolah sentuhan itu bisa membakar kendali yang masih tersisa.Elena menaikkan alisnya, senyumnya terbit seperti bulan sabit yang menggoda, memancarkan cahaya dingin di tengah gelap.“Kenapa? Kau baru saja bertemu dengan seorang wanita dan bercinta dengannya?” tanyanya, nadanya menggantung, seperti angin malam yang membawa bisikan dosa.“Jaga bicaramu!” sergah Karl, suaranya meledak dengan ketegasan yang dingin. “Aku sudah memiliki mainan, tidak membutuhkan mainan yang lain!”Kalimat itu, tajam seperti belati, menembus langsung ke hati Elena. Kata-kata Karl menggantung di udara, menjadi bayangan yang mencabik-cabik perasaannya.Tubuhnya tetap berdiri tegak, tapi jiwanya terasa goyah. Ia terdiam, hanya senyum miris yang tersi
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-17
Baca selengkapnya

Menghilang Tanpa Jejak

“Jangan melamun, Elena.”Maia menepuk pundak Elena yang duduk termenung di depan meja kayu dengan tumpukan kertas dan buku menu di atasnya. Elena menoleh perlahan, menghela napas panjang seperti ingin mengusir beban berat di dadanya.“Ada apa? Kau menunggu kehadiran sang investor yang sudah dua minggu ini tidak pernah datang menemuimu?” tebak Maia, bibirnya melengkung dengan senyum tipis.Elena menatap Maia sejenak sebelum mengusap wajahnya perlahan. “Aku hanya bingung, kenapa dia tidak pernah datang? Padahal hobinya itu merusak mood-ku setiap kali muncul.”Maia terkekeh pelan. “Pertanyaanku belum kau jawab, Elena. Kau menaruh hati padanya?”Elena mendengus pelan, mencoba menahan senyuman yang hampir tersungging di wajahnya. “Kenapa kau berpikir aku menaruh hati padanya?” tanyanya, suaranya sedikit lebih tegas kali ini.“Tidak ada yang salah di saat sepasang suami istri yang mulai renggang untuk mencari penggantinya,” jawab Maia, setengah bercanda, namun nadanya terdengar serius.Ele
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-18
Baca selengkapnya

Sudah tidak Ingin

Malam itu, Elena terkejut ketika melihat Gio berdiri di depan rumahnya, menunggunya. Ia bahkan belum sempat mengunci pintu saat pria itu memanggilnya.“Kenapa menjemputku? Aku bisa datang sendiri ke sana,” ucap Elena dengan nada datar, sembari mengamati ekspresi Gio yang tampak tegang.“Memangnya kenapa?” Gio membalas dengan nada yang terdengar tajam. “Aku rasa, rata-rata istri selalu ingin dijemput jika akan pergi keluar. Tapi, tidak denganmu. Justru sepertinya enggan aku jemput. Ada apa? Kau menyembunyikan sesuatu dariku?”Elena mengerutkan keningnya, sedikit tersentak dengan tuduhan itu. Ia mencoba menutupi perasaannya, lalu menyunggingkan senyum tipis. “Kau mencurigaiku?”Gio tidak membalas dengan kata-kata. Ia hanya mengarahkan tatapan tajam, seolah mencari jawaban dalam diam. “Aku sedang tidak ingin berdebat. Sebaiknya masuk ke mobilku!” ucapnya dengan nada perintah.Elena mendesah pelan. Tanpa berkata apa-apa, ia melangkah masuk ke dalam mobil Gio. Namun, pikirannya segera dipe
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-18
Baca selengkapnya

Mari Punya Anak Denganku!

“Ya. Aku mengenalnya,” jawab Karl, tatapan matanya tidak lepas dari Elena yang hanya diam mematung.“Oh, ya? Siapa dia, Karl? Kenapa kenalan wanitamu banyak sekali,” ujar Ericka, mendesah kesal sambil menyilangkan tangan di depan dada.Wajahnya menunjukkan ketidaksenangan. Sudah biasa baginya menemukan Karl berbincang dengan wanita lain, mengingat reputasi pria itu sebagai seorang casanova.Elena menarik napas panjang, mencoba meredakan kegelisahan yang mulai menguasai pikirannya.“Bukan siapa-siapa. Aku hanya teman kuliah Karl. Kebetulan kami satu kelas,” jawab Elena, menyunggingkan senyum tipis yang lebih terlihat dipaksakan.“Ah, hanya teman kuliah,” balas Ericka dengan nada sinis, senyumnya sedikit menantang. “Aku Ericka, calon tunangan Karl.”Kalimat itu seperti petir di siang bolong. Karl menoleh perlahan ke arah Ericka, matanya menunjukkan keterkejutan yang tak mampu ia sembunyikan. Calon tunangan? Bagaimana bisa Ericka menyebut dirinya begitu?Elena mendengar pengakuan itu dan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-19
Baca selengkapnya

Wanita Murahan!

Elena menggelengkan kepalanya dengan cepat, matanya penuh kemarahan bercampur ketakutan."Tidak!" teriaknya lantang, suaranya bergetar namun penuh tekad. "Aku tidak mau memiliki anak denganmu!" tambahnya, menatap Gio dengan pandangan tajam.Gio mengerutkan kening, wajahnya memerah oleh amarah. "Kenapa? Apa kau tidak lelah terus-menerus ditanyakan kapan memberi cucu oleh orang tuaku?" desaknya, tangannya mencoba memaksa membuka pakaian Elena."Aku tidak peduli!" Elena berteriak, tubuhnya meronta-ronta, mencoba melawan cengkeraman Gio. "Aku tidak mau memiliki anak denganmu!"Gio semakin gelap, suaranya berubah menjadi desisan dingin. "Karena kau mencintai Karl? Kau selingkuh dengannya, kan? Sejak pertama kali aku melihatnya di restoranmu, aku sudah tahu ada sesuatu antara kalian!"Elena menatap Gio dengan sorot mata yang penuh rasa muak. "Kau gila, huh? Karl sudah memiliki tunangan! Untuk apa aku selingkuh dengannya?" ucapnya dengan suara lantang, meski tubuhnya terus berusaha melawan k
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-19
Baca selengkapnya

Tidak akan Pernah Menang

Elena terduduk di lantai, tubuhnya bergetar menahan emosi. Air mata terus mengalir di pipinya yang memerah.Dia mengusap wajahnya dengan tangan gemetar, lalu mengumpat dengan suara penuh luka.“Brengsek!” suaranya pecah, penuh kemarahan dan kepedihan.Gio, yang berdiri tak jauh darinya, menoleh dengan ekspresi dingin. Matanya menatap Elena seperti singa yang siap menerkam.“Menurut saja padaku apa susahnya, Elena? Jika kita memiliki anak, kau juga yang untung,” katanya tanpa emosi, seolah-olah semuanya adalah hitungan logis belaka.Elena mendongak, menatap Gio dengan penuh kebencian. “Aku tidak membutuhkan itu, Gio! Kau yang terobsesi menginginkan segalanya. Namun, ayahmu tidak percaya padamu. Seharusnya kau paham itu,” ucapnya tajam, suaranya bergetar penuh keberanian.Plak!Tangan Gio melayang cepat, menampar wajah Elena dengan keras. Suara tamparan itu menggema di ruangan, membuat Elena tersentak mundur.Pipinya memerah, panas akibat kekuatan tamparan Gio. Wanita itu meringis kesak
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-19
Baca selengkapnya

Tidak ada Kabar dari Elena

“Halo, Maia?”Suara itu, dalam dan penuh wibawa, menusuk keheningan pagi seperti petir yang menyambar langit cerah.Maia menoleh dengan gerakan lambat, hampir enggan. Matanya membulat saat mendapati Karl berdiri di sana, sosoknya memancarkan aura maskulin yang dingin namun memikat, seperti patung pualam yang baru saja hidup.“Selamat pagi, Tuan Karl. Ada yang bisa dibantu?” tanyanya, berusaha menyembunyikan kegugupannya di balik nada sopan yang nyaris sempurna.Tetapi di dalam dadanya, jantungnya berdegup seperti genderang perang. Kehadiran Karl, yang begitu lama menghilang seperti kabut musim gugur, kini tiba-tiba kembali seperti badai yang tak terduga.“Apa Elena ada di dalam?” tanyanya, suaranya berat seperti langit sebelum hujan.Maia menggeleng pelan, gerakannya seperti daun yang berguguran. “Sudah dua hari ini Elena tidak datang ke restoran, Tuan. Bahkan pesan yang kukirim pun tidak dia balas,” katanya, suaranya nyaris tenggelam dalam gelombang kecemasan yang tak terucapkan.Kar
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-20
Baca selengkapnya

Mengantongi Bukti yang Akurat

“Aku ke sana sekarang juga.” Karl menutup panggilan dengan suara tegas yang menggema seperti palu yang menghantam paku terakhir di peti mati. Ia menoleh pada Maia, matanya tajam seperti pedang yang siap memotong segala keraguan.“Jika ada kabar dari Elena, segera hubungiku.”“Baik, Tuan,” jawab Maia dengan nada rendah, seolah tak ingin mengganggu api yang membara di balik ketenangan Karl.Tanpa membuang waktu, Karl melangkah keluar dari restoran, langkah-langkahnya panjang dan penuh determinasi seperti seorang jenderal yang memimpin pasukan ke medan perang. Pintu mobilnya terbanting keras, dan suara mesin yang menggeram mengiris udara pagi yang dingin. Mobil itu meluncur seperti anak panah yang dilepaskan dari busur, membelah jalanan dengan kecepatan penuh.Karl nyaris tak memperhatikan lalu lintas, pikirannya penuh dengan satu tujuan: menghancurkan Gio yang telah berani mengkhianati Elena. Adrenalinnya mengalir deras, setiap detak jantungnya terasa seperti drum perang yang memekik
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-20
Baca selengkapnya

Lihat dulu Sebelum Memutuskan

“Kalau begitu saya permisi.” Vincent menunduk hormat sebelum melangkah keluar dari ruang kerja Karl, meninggalkan ruangan yang kini dipenuhi ketegangan seperti udara sebelum badai.Karl berbalik, matanya langsung tertuju pada Elena. Sosok wanita itu, yang berdiri anggun namun rapuh, membuat dadanya berdesir.“Ke mana saja kau, Elena? Kenapa nomormu tidak aktif? Kau mencoba menghindar dariku, hum?” tanyanya dengan nada yang mengintimidasi, langkahnya mendekat seperti seekor singa yang mengintai mangsanya.Aroma lembut vanilla yang khas menguar dari tubuh Elena, aroma yang selama ini membuat Karl tak bisa melupakannya. Tanpa sadar, ia mendekat lebih lagi, mengendus halus kulit putih wanita itu seperti seorang pria yang haus akan ketenangan.Elena mengangkat tangannya, menyerahkan dokumen berisi kontrak kerja sama mereka. Gerakannya tenang, tetapi tatapannya dipenuhi dengan tekad yang telah lama ia kumpulkan.“Apa ini, Elena?” tanya Karl, alisnya berkerut saat ia mulai membuka dokumen it
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-20
Baca selengkapnya

Tangisan dan Putus Asa Elena

“Kau masih mau mengorbankan dirimu sementara Gio sendiri hanya memanfaatkanmu?” ucap Karl dengan nada tegas, memecah keheningan yang menggantung di antara mereka.Elena hanya bisa menangis. Kedua tangannya menggenggam ujung bajunya erat, seolah menahan semua rasa sakit yang telah lama ia pendam. Air matanya semakin deras, tetapi tak ada kata yang keluar dari bibirnya.“Elena,” Karl berdiri di depannya, menatap wajahnya yang sembab. “Jangan melakukan hal itu. Kau tak perlu bertahan dengan Gio. Tidak setelah semua ini,” ucapnya lembut namun penuh tekanan.Elena menggigit bibirnya, berusaha keras menghentikan tangisannya. Ia menatap sayu ke arah Karl, matanya penuh kesedihan. “Aku...” Elena mencoba berbicara, tetapi suaranya tercekat di tenggorokan. Akhirnya, ia menguatkan diri.“Gio sudah melakukannya, Karl. Dia menyetubuhiku tanpa... tanpa mengenakan apa pun. Bahkan dia menuduh kita telah selingkuh.”Karl terdiam, rahangnya mengeras mendengar pengakuan itu. Kepalan tangannya menunjukka
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-21
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status