Beranda / Romansa / Terjerat Obsesi CEO Arogan / Menghilang Tanpa Jejak

Share

Menghilang Tanpa Jejak

Penulis: Salwa Maulidya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-18 11:29:49

“Jangan melamun, Elena.”

Maia menepuk pundak Elena yang duduk termenung di depan meja kayu dengan tumpukan kertas dan buku menu di atasnya. Elena menoleh perlahan, menghela napas panjang seperti ingin mengusir beban berat di dadanya.

“Ada apa? Kau menunggu kehadiran sang investor yang sudah dua minggu ini tidak pernah datang menemuimu?” tebak Maia, bibirnya melengkung dengan senyum tipis.

Elena menatap Maia sejenak sebelum mengusap wajahnya perlahan. “Aku hanya bingung, kenapa dia tidak pernah datang? Padahal hobinya itu merusak mood-ku setiap kali muncul.”

Maia terkekeh pelan. “Pertanyaanku belum kau jawab, Elena. Kau menaruh hati padanya?”

Elena mendengus pelan, mencoba menahan senyuman yang hampir tersungging di wajahnya. “Kenapa kau berpikir aku menaruh hati padanya?” tanyanya, suaranya sedikit lebih tegas kali ini.

“Tidak ada yang salah di saat sepasang suami istri yang mulai renggang untuk mencari penggantinya,” jawab Maia, setengah bercanda, namun nadanya terdengar serius.

Ele
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (8)
goodnovel comment avatar
wieanton
tersiksa rindu, elena merindu..yg di tunggu kbr karl yg dtng mlh kbr dr gio suruh dtng ke resto Loem buat ketemu ortunya dia
goodnovel comment avatar
MAIMAI.
elena bakal di tanya macem macem ini sama ortu nya gio
goodnovel comment avatar
yesi rahmawati
Elena udah kejebak sama Karl ini, sampai dia udah mulai merindukan sosok Karl
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Sudah tidak Ingin

    Malam itu, Elena terkejut ketika melihat Gio berdiri di depan rumahnya, menunggunya. Ia bahkan belum sempat mengunci pintu saat pria itu memanggilnya.“Kenapa menjemputku? Aku bisa datang sendiri ke sana,” ucap Elena dengan nada datar, sembari mengamati ekspresi Gio yang tampak tegang.“Memangnya kenapa?” Gio membalas dengan nada yang terdengar tajam. “Aku rasa, rata-rata istri selalu ingin dijemput jika akan pergi keluar. Tapi, tidak denganmu. Justru sepertinya enggan aku jemput. Ada apa? Kau menyembunyikan sesuatu dariku?”Elena mengerutkan keningnya, sedikit tersentak dengan tuduhan itu. Ia mencoba menutupi perasaannya, lalu menyunggingkan senyum tipis. “Kau mencurigaiku?”Gio tidak membalas dengan kata-kata. Ia hanya mengarahkan tatapan tajam, seolah mencari jawaban dalam diam. “Aku sedang tidak ingin berdebat. Sebaiknya masuk ke mobilku!” ucapnya dengan nada perintah.Elena mendesah pelan. Tanpa berkata apa-apa, ia melangkah masuk ke dalam mobil Gio. Namun, pikirannya segera dipe

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Mari Punya Anak Denganku!

    “Ya. Aku mengenalnya,” jawab Karl, tatapan matanya tidak lepas dari Elena yang hanya diam mematung.“Oh, ya? Siapa dia, Karl? Kenapa kenalan wanitamu banyak sekali,” ujar Ericka, mendesah kesal sambil menyilangkan tangan di depan dada.Wajahnya menunjukkan ketidaksenangan. Sudah biasa baginya menemukan Karl berbincang dengan wanita lain, mengingat reputasi pria itu sebagai seorang casanova.Elena menarik napas panjang, mencoba meredakan kegelisahan yang mulai menguasai pikirannya.“Bukan siapa-siapa. Aku hanya teman kuliah Karl. Kebetulan kami satu kelas,” jawab Elena, menyunggingkan senyum tipis yang lebih terlihat dipaksakan.“Ah, hanya teman kuliah,” balas Ericka dengan nada sinis, senyumnya sedikit menantang. “Aku Ericka, calon tunangan Karl.”Kalimat itu seperti petir di siang bolong. Karl menoleh perlahan ke arah Ericka, matanya menunjukkan keterkejutan yang tak mampu ia sembunyikan. Calon tunangan? Bagaimana bisa Ericka menyebut dirinya begitu?Elena mendengar pengakuan itu dan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-19
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Wanita Murahan!

    Elena menggelengkan kepalanya dengan cepat, matanya penuh kemarahan bercampur ketakutan."Tidak!" teriaknya lantang, suaranya bergetar namun penuh tekad. "Aku tidak mau memiliki anak denganmu!" tambahnya, menatap Gio dengan pandangan tajam.Gio mengerutkan kening, wajahnya memerah oleh amarah. "Kenapa? Apa kau tidak lelah terus-menerus ditanyakan kapan memberi cucu oleh orang tuaku?" desaknya, tangannya mencoba memaksa membuka pakaian Elena."Aku tidak peduli!" Elena berteriak, tubuhnya meronta-ronta, mencoba melawan cengkeraman Gio. "Aku tidak mau memiliki anak denganmu!"Gio semakin gelap, suaranya berubah menjadi desisan dingin. "Karena kau mencintai Karl? Kau selingkuh dengannya, kan? Sejak pertama kali aku melihatnya di restoranmu, aku sudah tahu ada sesuatu antara kalian!"Elena menatap Gio dengan sorot mata yang penuh rasa muak. "Kau gila, huh? Karl sudah memiliki tunangan! Untuk apa aku selingkuh dengannya?" ucapnya dengan suara lantang, meski tubuhnya terus berusaha melawan k

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-19
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Tidak akan Pernah Menang

    Elena terduduk di lantai, tubuhnya bergetar menahan emosi. Air mata terus mengalir di pipinya yang memerah.Dia mengusap wajahnya dengan tangan gemetar, lalu mengumpat dengan suara penuh luka.“Brengsek!” suaranya pecah, penuh kemarahan dan kepedihan.Gio, yang berdiri tak jauh darinya, menoleh dengan ekspresi dingin. Matanya menatap Elena seperti singa yang siap menerkam.“Menurut saja padaku apa susahnya, Elena? Jika kita memiliki anak, kau juga yang untung,” katanya tanpa emosi, seolah-olah semuanya adalah hitungan logis belaka.Elena mendongak, menatap Gio dengan penuh kebencian. “Aku tidak membutuhkan itu, Gio! Kau yang terobsesi menginginkan segalanya. Namun, ayahmu tidak percaya padamu. Seharusnya kau paham itu,” ucapnya tajam, suaranya bergetar penuh keberanian.Plak!Tangan Gio melayang cepat, menampar wajah Elena dengan keras. Suara tamparan itu menggema di ruangan, membuat Elena tersentak mundur.Pipinya memerah, panas akibat kekuatan tamparan Gio. Wanita itu meringis kesak

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-19
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Tidak ada Kabar dari Elena

    “Halo, Maia?”Suara itu, dalam dan penuh wibawa, menusuk keheningan pagi seperti petir yang menyambar langit cerah.Maia menoleh dengan gerakan lambat, hampir enggan. Matanya membulat saat mendapati Karl berdiri di sana, sosoknya memancarkan aura maskulin yang dingin namun memikat, seperti patung pualam yang baru saja hidup.“Selamat pagi, Tuan Karl. Ada yang bisa dibantu?” tanyanya, berusaha menyembunyikan kegugupannya di balik nada sopan yang nyaris sempurna.Tetapi di dalam dadanya, jantungnya berdegup seperti genderang perang. Kehadiran Karl, yang begitu lama menghilang seperti kabut musim gugur, kini tiba-tiba kembali seperti badai yang tak terduga.“Apa Elena ada di dalam?” tanyanya, suaranya berat seperti langit sebelum hujan.Maia menggeleng pelan, gerakannya seperti daun yang berguguran. “Sudah dua hari ini Elena tidak datang ke restoran, Tuan. Bahkan pesan yang kukirim pun tidak dia balas,” katanya, suaranya nyaris tenggelam dalam gelombang kecemasan yang tak terucapkan.Kar

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Mengantongi Bukti yang Akurat

    “Aku ke sana sekarang juga.” Karl menutup panggilan dengan suara tegas yang menggema seperti palu yang menghantam paku terakhir di peti mati. Ia menoleh pada Maia, matanya tajam seperti pedang yang siap memotong segala keraguan.“Jika ada kabar dari Elena, segera hubungiku.”“Baik, Tuan,” jawab Maia dengan nada rendah, seolah tak ingin mengganggu api yang membara di balik ketenangan Karl.Tanpa membuang waktu, Karl melangkah keluar dari restoran, langkah-langkahnya panjang dan penuh determinasi seperti seorang jenderal yang memimpin pasukan ke medan perang. Pintu mobilnya terbanting keras, dan suara mesin yang menggeram mengiris udara pagi yang dingin. Mobil itu meluncur seperti anak panah yang dilepaskan dari busur, membelah jalanan dengan kecepatan penuh.Karl nyaris tak memperhatikan lalu lintas, pikirannya penuh dengan satu tujuan: menghancurkan Gio yang telah berani mengkhianati Elena. Adrenalinnya mengalir deras, setiap detak jantungnya terasa seperti drum perang yang memekik

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Lihat dulu Sebelum Memutuskan

    “Kalau begitu saya permisi.” Vincent menunduk hormat sebelum melangkah keluar dari ruang kerja Karl, meninggalkan ruangan yang kini dipenuhi ketegangan seperti udara sebelum badai.Karl berbalik, matanya langsung tertuju pada Elena. Sosok wanita itu, yang berdiri anggun namun rapuh, membuat dadanya berdesir.“Ke mana saja kau, Elena? Kenapa nomormu tidak aktif? Kau mencoba menghindar dariku, hum?” tanyanya dengan nada yang mengintimidasi, langkahnya mendekat seperti seekor singa yang mengintai mangsanya.Aroma lembut vanilla yang khas menguar dari tubuh Elena, aroma yang selama ini membuat Karl tak bisa melupakannya. Tanpa sadar, ia mendekat lebih lagi, mengendus halus kulit putih wanita itu seperti seorang pria yang haus akan ketenangan.Elena mengangkat tangannya, menyerahkan dokumen berisi kontrak kerja sama mereka. Gerakannya tenang, tetapi tatapannya dipenuhi dengan tekad yang telah lama ia kumpulkan.“Apa ini, Elena?” tanya Karl, alisnya berkerut saat ia mulai membuka dokumen it

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Tangisan dan Putus Asa Elena

    “Kau masih mau mengorbankan dirimu sementara Gio sendiri hanya memanfaatkanmu?” ucap Karl dengan nada tegas, memecah keheningan yang menggantung di antara mereka.Elena hanya bisa menangis. Kedua tangannya menggenggam ujung bajunya erat, seolah menahan semua rasa sakit yang telah lama ia pendam. Air matanya semakin deras, tetapi tak ada kata yang keluar dari bibirnya.“Elena,” Karl berdiri di depannya, menatap wajahnya yang sembab. “Jangan melakukan hal itu. Kau tak perlu bertahan dengan Gio. Tidak setelah semua ini,” ucapnya lembut namun penuh tekanan.Elena menggigit bibirnya, berusaha keras menghentikan tangisannya. Ia menatap sayu ke arah Karl, matanya penuh kesedihan. “Aku...” Elena mencoba berbicara, tetapi suaranya tercekat di tenggorokan. Akhirnya, ia menguatkan diri.“Gio sudah melakukannya, Karl. Dia menyetubuhiku tanpa... tanpa mengenakan apa pun. Bahkan dia menuduh kita telah selingkuh.”Karl terdiam, rahangnya mengeras mendengar pengakuan itu. Kepalan tangannya menunjukka

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21

Bab terbaru

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Tidak Berhasrat Selain Denganmu

    Malam telah tiba. Langit pantai dihiasi bintang-bintang yang redup, sementara gelombang laut memecah keheningan dengan suara lembut yang teratur.Aroma garam bercampur dengan bau minuman alkohol yang tumpah, menguar dari gelas-gelas pesta yang berserakan.Lampu-lampu warna-warni berkilauan, menari-nari di atas pasir, menciptakan ilusi yang kontras dengan kegelapan malam.Musik dari DJ berdentum memekakkan telinga, membuat detak jantung terasa berpacu dengan irama bass yang menghentak.Orang-orang tertawa, menari liar, dan melupakan dunia sejenak dalam euforia pesta yang tak mengenal batas.Namun, di sudut yang agak sepi, di bawah bayang-bayang pohon kelapa yang bergoyang ringan diterpa angin, Elena dan Karl berdiri dalam ruang kecil yang seolah terpisah dari hiruk-pikuk.Hanya ada mereka berdua, terjebak dalam keheningan yang jauh lebih bising daripada suara musik yang memekakkan.Mata Elena menatap Karl, sorotnya tajam tetapi rapuh. Ia menarik napas pelan, tetapi berat—seperti sedang

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Perjalanan yang Menantang

    “Kau mau membawaku ke mana, Karl?” tanya Elena, suaranya sedikit terangkat untuk melawan suara deru mesin speedboat yang membelah permukaan laut biru.Karl menoleh sejenak, matanya yang tajam namun hangat memandang Elena sebelum kembali fokus pada kemudi.“Pergi ke beach club yang tak jauh dari pulau ini,” jawabnya ringan.Elena terdiam. Ia memandangi buih ombak yang terpecah di sisi speedboat, sementara angin membawa aroma asin laut yang khas.Beach club… sudah lama sekali ia tidak menginjakkan kaki di tempat seperti itu. Kesibukannya mengelola restoran miliknya seolah telah menelan seluruh waktunya.Bertahun-tahun ia larut dalam ambisi dan kerja keras hingga melupakan hal sederhana seperti menikmati hidup.Setengah jam berlalu. Perlahan, di hadapan mereka mulai terlihat bangunan berarsitektur tropis dengan atap jerami yang menjulang, diapit oleh deretan pohon kelapa yang menari-nari di bawah belaian angin.Musik chill-out berdentum lembut dari kejauhan, berpadu dengan suara tawa dan

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Kau Berhak Bahagia

    Cahaya matahari keemasan menyelinap masuk melalui celah tirai, menari lembut di atas kulit Elena yang masih terasa hangat. Dengan mata yang masih sedikit berat, ia mengerjap pelan, membiarkan pikirannya kembali ke kenyataan setelah malam panjang yang penuh dengan gelora dan kelembutan.Tangannya terulur, meraba sisi tempat tidur yang kosong. Dingin.Karl sudah tidak ada di sana.Elena menghela napas panjang. Bagaimana mungkin dia sudah bangun? Kita baru tidur pukul lima tadi.Rasa heran bercampur kekaguman mengisi benaknya. Ia tahu Karl bukan tipe pria yang bisa berdiam diri terlalu lama, tetapi tetap saja, hanya tidur dua jam lalu langsung bangun untuk beraktivitas seperti biasa? Itu di luar nalar.Dengan enggan, ia menyibakkan selimut, duduk di tepian ranjang sambil merapikan rambutnya yang berantakan. Pandangannya turun ke lantai, di mana lingerie tipisnya masih tergeletak begitu saja—salah satu bukti dari malam yang menguras energi mereka. Pipinya sedikit merona saat mengingat

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Bercinta Sampai Pagi

    Setelah menempuh perjalanan panjang selama sebelas jam tiga puluh menit, akhirnya mereka tiba di sebuah pulau kecil yang dikelilingi lautan biru yang jernih. Dari atas jet, Elena sudah bisa melihat hamparan pasir putih yang bersih, ombak yang berkejaran dengan lembut, serta pepohonan hijau yang menghiasi pulau bak surga tersembunyi.Namun, yang paling mengejutkan adalah fakta bahwa hanya ada satu bangunan di seluruh pulau—sebuah villa mewah yang berdiri megah di tengah-tengah hamparan alam yang masih asri.Saat melangkah masuk ke dalam villa, Elena hampir tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Interiornya begitu elegan—lantai marmer dingin menyambut telapak kakinya, lampu gantung kristal menggantung anggun di tengah ruangan, dan jendela besar terbuka lebar, memperlihatkan pemandangan laut yang begitu luas seolah tak berujung.Elena melayangkan pandangan ke sekeliling, lalu menatap Karl dengan dahi berkerut. “Kenapa hanya ada satu villa saja di sini?” tanyanya penuh rasa ingin ta

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Menuju Hawaii

    “Ka—kau bercanda, kan?” suara Elena terdengar ragu, nyaris berbisik. Matanya membulat, menatap Karl dengan campuran keterkejutan dan ketidakpercayaan.Karl tidak langsung menjawab. Sebaliknya, ia menyunggingkan senyum tipis—senyum yang sarat akan misteri, seolah menyimpan banyak rahasia yang hanya dirinya sendiri yang tahu. Matanya menatap Elena dengan sorot tajam, seakan menguliti setiap reaksi yang terpancar dari wajah perempuan itu.“Apa aku terlihat bercanda, Elena?” tanyanya pelan, suaranya berat namun penuh keyakinan.Elena hanya bisa menelan ludah, dadanya sedikit terasa sesak. Tatapan pria di depannya begitu dingin, begitu tegas—dan dia tahu, Karl bukan tipe pria yang sekadar mengucapkan ancaman kosong. Dengan ragu, ia menggeleng pelan.Karl mendekat, membiarkan suaranya menjadi bisikan yang menusuk. “Listen to me. Aku tidak suka basa-basi pada orang yang menghalangi jalanku. Jika mereka terus menerus mengusik, maka jangan harap mereka akan hidup dalam damai.”Kata-kata itu t

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Akan Membunuhnya

    “Kenapa kau mengenalkanku sebagai calon istrimu di depan kolegamu?” tanya Elena dengan nada tajam setelah mereka keluar dari hotel tersebut.Langkah mereka melambat ketika mencapai taman kota. Malam sudah semakin larut, tapi lampu-lampu taman yang redup menciptakan suasana tenang. Air mancur di tengah danau buatan memancarkan bias cahaya keemasan, membentuk kilauan indah di permukaan air. Semilir angin malam menggoyangkan dedaunan, membawa serta aroma bunga yang samar.Karl berhenti di tepian danau, menghela napas panjang sebelum akhirnya menatap wajah Elena dengan ekspresi yang sulit diterka. Matanya berkilat, bukan karena cahaya lampu, tapi ada sesuatu yang lebih dalam di sana—sebuah rahasia yang selama ini ia pendam.“Kau tidak penasaran siapa yang menjadi selingkuhan dari istri Taylor tadi?” tanyanya, suaranya terdengar datar, tetapi menyimpan sesuatu di baliknya.Elena mengernyit, mencoba mencari jawaban dalam pikirannya sebelum akhirnya bertanya dengan nada hati-hati, “Memangn

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Calon Istri (?)

    “Ikut aku.”Elena yang tengah duduk di tepi ranjang mengangkat kepalanya, menatap pria itu dengan ragu. Sorot matanya mencari-cari petunjuk di wajah Karl, berharap bisa menebak apa yang ada dalam pikirannya. Namun seperti biasa, pria itu tetap sulit ditebak.“Ke mana?” tanyanya akhirnya, suaranya terdengar samar di tengah keheningan kamar.Karl tidak langsung menjawab. Ia hanya mengulurkan tangannya, memberi isyarat agar Elena segera berdiri. Dengan enggan, Elena bangkit, menyapukan tangannya ke gaun sutra yang ia kenakan. “Aku masih packing, Karl.”Senyuman tipis menghiasi bibir Karl, tetapi bukan senyuman lembut yang menghangatkan—melainkan senyuman penuh kendali. “Aku tidak memintamu untuk packing, Elena. Ada pelayan yang akan menyiapkan semuanya. Jadi, sekarang ikut aku.”Elena menghela napas panjang, rasa pasrah menyelimuti dirinya. Percuma mencoba menolak Karl. Kata tidak mau bukan bagian dari kamusnya jika berurusan dengan pria itu. Karl bukan hanya mendominasi dirinya, teta

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Terima Saja

    “Kau datang?” Suara Federick terdengar datar, tetapi matanya memancarkan sedikit keheranan saat melihat Karl memasuki ruang kerjanya. “Hm.” Karl melangkah santai, jasnya masih rapi tanpa satu pun kerutan, meskipun wajahnya terlihat sedikit lelah.Ia menghempaskan tubuhnya ke sofa empuk di sudut ruangan, lalu menyandarkan kepala ke belakang sebelum akhirnya menatap Federick yang masih berdiri di dekat mejanya. “Ada yang ingin kusampaikan padamu.”Federick menautkan kedua alisnya sebelum berjalan mendekat. Ia duduk di kursi berhadapan dengan Karl, tubuhnya sedikit condong ke depan. “Ada apa?” tanyanya dengan nada waspada.Karl menghela napas panjang, seolah tengah mencari cara terbaik untuk menyampaikan sesuatu yang akan memicu reaksi besar dari lawan bicaranya. Pandangannya menelisik wajah Federick sebelum akhirnya berkata, “Aku akan pergi ke Hawaii.”Sejenak, ruangan itu hening. Federick menatap Karl dengan mata membesar, seolah tak yakin dengan apa yang baru saja didengarnya. Kemu

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Anggap Saja Sedang Bulan Madu

    Hening.Elena membeku di tempatnya. Tangannya yang semula hendak meraih parfum di atas meja berhenti di udara.Ada sesuatu dalam nada suara Karl yang membuat dadanya sesak. Sebuah tuduhan, sebuah peringatan, dan yang lebih menyakitkan… kebenaran yang tak ingin ia akui.Karl tetap menatapnya, ekspresinya tak terbaca. Namun, jemarinya yang besar terangkat, perlahan menyentuh bahu Elena sebelum turun ke lengannya.Ia tidak mengatakan apa pun lagi, tapi genggamannya yang sedikit menekan di kulitnya mengisyaratkan bahwa pembicaraan ini belum selesai.Elena menghela napas panjang, dadanya naik turun dengan berat seakan beban yang menghimpitnya enggan enyah.Tatapannya menerawang, menembus batas ruang dan waktu, seolah berusaha mencari jawaban di balik gemerlap lampu kamar yang samar.“Sampai aku dan Gio resmi berpisah,” suaranya lirih, hampir tenggelam di antara detak jam dinding yang terasa lebih nyaring daripada biasanya.Ia menutup mata sesaat, sebelum bibirnya kembali bergerak, kali ini

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status