Beranda / Romansa / Terjerat Obsesi CEO Arogan / Lihat dulu Sebelum Memutuskan

Share

Lihat dulu Sebelum Memutuskan

Penulis: Salwa Maulidya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-20 15:13:47

“Kalau begitu saya permisi.” Vincent menunduk hormat sebelum melangkah keluar dari ruang kerja Karl, meninggalkan ruangan yang kini dipenuhi ketegangan seperti udara sebelum badai.

Karl berbalik, matanya langsung tertuju pada Elena. Sosok wanita itu, yang berdiri anggun namun rapuh, membuat dadanya berdesir.

“Ke mana saja kau, Elena? Kenapa nomormu tidak aktif? Kau mencoba menghindar dariku, hum?” tanyanya dengan nada yang mengintimidasi, langkahnya mendekat seperti seekor singa yang mengintai mangsanya.

Aroma lembut vanilla yang khas menguar dari tubuh Elena, aroma yang selama ini membuat Karl tak bisa melupakannya. Tanpa sadar, ia mendekat lebih lagi, mengendus halus kulit putih wanita itu seperti seorang pria yang haus akan ketenangan.

Elena mengangkat tangannya, menyerahkan dokumen berisi kontrak kerja sama mereka. Gerakannya tenang, tetapi tatapannya dipenuhi dengan tekad yang telah lama ia kumpulkan.

“Apa ini, Elena?” tanya Karl, alisnya berkerut saat ia mulai membuka dokumen it
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (8)
goodnovel comment avatar
wieanton
mn mau Karl lepaskan elena semudah itu, apalagi tau gio seperti apa ke elena.. ah naif sekali elena ini
goodnovel comment avatar
MAIMAI.
klo tukang selingkuh itu, sdh tabiat susah di ubah walaupun dengan kehadiran anak. mungkin bisa tobat nya dengan kehadiran maut.
goodnovel comment avatar
MAIMAI.
kiraiin mah ketemu karl mau kabur dr gio eeeh malah mau menetap sama gio.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Tangisan dan Putus Asa Elena

    “Kau masih mau mengorbankan dirimu sementara Gio sendiri hanya memanfaatkanmu?” ucap Karl dengan nada tegas, memecah keheningan yang menggantung di antara mereka.Elena hanya bisa menangis. Kedua tangannya menggenggam ujung bajunya erat, seolah menahan semua rasa sakit yang telah lama ia pendam. Air matanya semakin deras, tetapi tak ada kata yang keluar dari bibirnya.“Elena,” Karl berdiri di depannya, menatap wajahnya yang sembab. “Jangan melakukan hal itu. Kau tak perlu bertahan dengan Gio. Tidak setelah semua ini,” ucapnya lembut namun penuh tekanan.Elena menggigit bibirnya, berusaha keras menghentikan tangisannya. Ia menatap sayu ke arah Karl, matanya penuh kesedihan. “Aku...” Elena mencoba berbicara, tetapi suaranya tercekat di tenggorokan. Akhirnya, ia menguatkan diri.“Gio sudah melakukannya, Karl. Dia menyetubuhiku tanpa... tanpa mengenakan apa pun. Bahkan dia menuduh kita telah selingkuh.”Karl terdiam, rahangnya mengeras mendengar pengakuan itu. Kepalan tangannya menunjukka

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Ingin Memulai Perang Denganku?

    “Aku hanya bertanya karena aku ingin tahu,” Elena akhirnya membuka suara, meski suaranya sedikit bergetar. “Bahkan kau saja selalu mendesakku agar bicara jujur.”Karl menyunggingkan senyum tipis, senyum yang membuat Elena tidak nyaman. “Begitu, ya?” ucapnya singkat, menutup dokumen kontrak di hadapannya dengan gerakan santai, tetapi penuh otoritas. Tatapannya kemudian mengunci pada Elena, membuat wanita itu merasa semakin terpojok.“Berhenti menyerah, Elena. Aku tidak akan membiarkanmu pergi begitu saja apalagi mengalah demi Gio,” katanya tegas, dengan nada yang tidak memberikan ruang untuk penolakan.Elena menggeleng pelan, mencoba menenangkan pikirannya yang berkecamuk. “Bukan itu yang ingin aku bahas, Karl. Aku tahu ambisimu, dan aku tahu kau akan menjadikanku tawananmu. Tapi, pertanyaanku—kenapa—““Karena aku tidak mau dijodohkan,” potong Karl dengan nada dingin namun mantap. “Aku merasa bahwa aku tidak bisa memilih pasangan sendiri, sampai harus dijodohkan segala. Dan Ericka buka

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Posisinya dengan Gio Sama saja

    “Apa yang sedang kau lakukan, Elena?” Suara Karl memecah keheningan dapur apartemennya yang dipenuhi aroma rempah-rempah dan rasa nostalgia yang samar.Karl melangkah mendekat, tubuhnya yang tegap terlihat kontras dengan kelembutan tatapan Elena yang terhenti di atas wajan.Sudah tiga hari ini Elena berlindung di apartemen Karl, melarikan diri dari Gio, suaminya yang terperangkap dalam dilema absurd: menginginkan anak darinya, tetapi tetap memilih mempertahankan hubungan dengan Jesika.Luka itu masih terasa segar di hati Elena, namun ia menutupi pedihnya dengan aktivitas di dapur yang selalu menghadirkan ketenangan.“Aku membuat salah satu menu yang kau berikan padaku, Karl,” ujarnya lembut, mengaduk masakan dengan gerakan yang hampir seperti tarian. “Kata Vincent, kau menyukai menu ini.”Karl menaikkan satu alis, senyumnya samar, lalu melangkah lebih dekat. Matanya menyisir isi wajan yang mengepul, membawa aroma harum yang menggelitik indra penciumannya.“Sudah berapa menu yang diber

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Kau Mencintaiku?

    “Kenapa kau beranggapan seperti itu? Hanya karena kita tinggal dalam satu atap yang sama?” tanya Karl, suaranya datar, namun tatapannya seperti bilah pedang yang perlahan menusuk ketenangan Elena.Wanita itu mengangguk pelan, seperti daun yang jatuh tertiup angin lemah. “Apa lagi kalau bukan karena itu? Bahkan selama dua hari aku di sini, yang kulakukan denganmu hanya bercinta, memuaskan hasrat—”“Kau tidak berhasrat saat melayaniku, hm?” potong Karl dengan suara rendahnya yang serupa gemuruh jauh di balik awan gelap.Elena menelan ludah dengan susah payah, kerongkongannya terasa sempit seperti diikat oleh perasaan bersalah dan rasa takut yang mengendap di dasar hatinya.Bohong jika dia tidak berhasrat. Setiap sentuhan Karl seperti bara yang menyala di tubuhnya, membakar logika yang terus-menerus mengingatkannya akan Gio.Namun pikirannya bercabang, penuh kecemasan yang melilitnya erat—bagaimana jika Gio tahu dia bersembunyi di apartemen Karl? Bagaimana jika pria itu membalasnya denga

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-22
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Akan Berubah Pikiran?

    “Kau hanya menginginkanku tanpa adanya ikatan hubungan? Itu maksudmu, Karl?”Suara Elena terdengar rendah, nyaris seperti bisikan yang ditelan oleh jarak yang begitu dekat di antara mereka.Tangannya refleks menahan pergerakan Karl yang hendak mendaratkan ciuman di bibirnya. Namun, tindakan itu justru membuat wajah mereka semakin dekat, terlalu dekat. Tatapan mereka bertemu—dua pasang mata yang saling memanah, memuntahkan emosi yang sulit diuraikan.Hembusan napas mereka bercampur, hangat dan bergetar, menciptakan ketegangan yang nyaris tak tertahankan.Karl menyunggingkan senyuman miring, senyuman yang selalu tampak penuh makna dan mematikan.Dengan lembut namun penuh kendali, tangannya meraih tangan Elena, mengangkatnya perlahan hingga wanita itu terkesiap. Sentuhan itu, meskipun sederhana, terasa seperti arus listrik yang menjalar ke seluruh tubuhnya.“Jangan bicara tentang ikatan hubungan,” ujar Karl, suaranya dalam dan bergetar seperti bariton yang bergema di ruang sunyi, “jika h

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-22
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Mulut Kompor Jesika

    “Jangan terburu-buru, Elena. Santai saja.”Suara Karl terdengar ringan, tetapi setiap katanya seperti duri halus yang menancap di benak Elena. Pria itu mengenakan sepatu hitam mengilapnya dengan gerakan yang penuh keanggunan, seolah dunia tunduk di bawah kakinya.Tatapannya tajam, tetapi bibirnya menyunggingkan senyum kecil yang memprovokasi. Ia tahu betul bagaimana membuat Elena merasa gusar.“Kau akan selalu membutuhkanku apa pun bentuknya. Kita lihat saja nanti. Aku pergi dulu,” ucap Karl santai, tetapi nada suaranya seperti ancaman yang terselubung.Ia melangkah mendekat, membungkuk sedikit, seolah hendak mencium bibir Elena. Namun, di detik terakhir, ia mengurungkan niatnya.Sebuah senyuman miring menghiasi wajahnya, dan matanya berkilat penuh kemenangan. Elena hanya bisa berdiri di sana, bibirnya terkatup rapat, sementara emosi yang berkecamuk di dadanya hampir tak tertahankan.Karl berbalik dan pergi, meninggalkan Elena yang mengepalkan tangannya erat. Napasnya memburu, berusah

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Mendatangani Karl dan Mengancamnya

    Gio melangkahkan kakinya ke ruang kerja Karl, setiap jejaknya menciptakan dentuman halus yang terasa lebih nyaring di ruang yang mencekam itu.Dingin udara ruang kerja itu bersekutu dengan ketegangan yang menggantung, menyelubungi tubuh Gio seperti kabut yang menyesakkan.Tatapan angkuhnya mengunci pada wajah Karl, yang baru saja menutup laptopnya dengan gerakan ringan seolah tak ada badai yang tengah merayap masuk.“Selamat datang, Tuan Gio yang terhormat.” Suara Karl mengalir lembut, namun ada sesuatu yang tajam di balik nadanya.Senyumnya terukir di bibir, tetapi itu bukan senyum keramahan—lebih seperti belati yang disembunyikan di balik sarung beludru. “Tidak biasanya kau datang kemari tanpa diundang.”Gio berdiri tegak, bayangannya meluas di lantai seperti sosok yang siap menyerang. “Aku sudah tahu semuanya, Karl. Tidak usah berpura-pura ramah padaku,” katanya, suaranya serendah bisikan badai sebelum hujan menghantam bumi.Matanya yang kelam memantulkan sesuatu yang hampir menyer

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Sementara Menghilang Dulu

    “Elena?”Suara Karl menggema di apartemennya yang lengang, menyelinap di antara dinding-dinding putih yang dingin.Ia memanggil nama itu sekali, dua kali, seperti doa yang memohon jawaban. Namun, hanya keheningan yang menyambutnya, keheningan yang terasa seperti ejekan pahit.“Elena? Apa kau sedang mandi?” panggilnya sekali lagi, kali ini dengan nada yang lebih keras, hampir menyerupai tuntutan.Namun, tak ada suara air yang mengalir, tak ada desah napas yang tertangkap telinga. Hanya keheningan yang menyelimuti, seolah apartemen itu menolak memberikan petunjuk.Karl berdiri terpaku di tengah ruang tamu, keningnya berkerut dalam-dalam. Matanya menatap ke sekeliling, mencari tanda-tanda keberadaan Elena, namun semuanya hanya menyisakan kehampaan.“Ke mana dia? Bukankah dia sudah tidak mau pulang ke rumah Gio lagi?” gumamnya dengan nada rendah, hampir seperti bicara kepada dirinya sendiri.Dengan gerakan yang tiba-tiba, Karl merogoh saku jasnya, mengeluarkan ponsel dan segera menghubung

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-24

Bab terbaru

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Tidak Berhasrat Selain Denganmu

    Malam telah tiba. Langit pantai dihiasi bintang-bintang yang redup, sementara gelombang laut memecah keheningan dengan suara lembut yang teratur.Aroma garam bercampur dengan bau minuman alkohol yang tumpah, menguar dari gelas-gelas pesta yang berserakan.Lampu-lampu warna-warni berkilauan, menari-nari di atas pasir, menciptakan ilusi yang kontras dengan kegelapan malam.Musik dari DJ berdentum memekakkan telinga, membuat detak jantung terasa berpacu dengan irama bass yang menghentak.Orang-orang tertawa, menari liar, dan melupakan dunia sejenak dalam euforia pesta yang tak mengenal batas.Namun, di sudut yang agak sepi, di bawah bayang-bayang pohon kelapa yang bergoyang ringan diterpa angin, Elena dan Karl berdiri dalam ruang kecil yang seolah terpisah dari hiruk-pikuk.Hanya ada mereka berdua, terjebak dalam keheningan yang jauh lebih bising daripada suara musik yang memekakkan.Mata Elena menatap Karl, sorotnya tajam tetapi rapuh. Ia menarik napas pelan, tetapi berat—seperti sedang

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Perjalanan yang Menantang

    “Kau mau membawaku ke mana, Karl?” tanya Elena, suaranya sedikit terangkat untuk melawan suara deru mesin speedboat yang membelah permukaan laut biru.Karl menoleh sejenak, matanya yang tajam namun hangat memandang Elena sebelum kembali fokus pada kemudi.“Pergi ke beach club yang tak jauh dari pulau ini,” jawabnya ringan.Elena terdiam. Ia memandangi buih ombak yang terpecah di sisi speedboat, sementara angin membawa aroma asin laut yang khas.Beach club… sudah lama sekali ia tidak menginjakkan kaki di tempat seperti itu. Kesibukannya mengelola restoran miliknya seolah telah menelan seluruh waktunya.Bertahun-tahun ia larut dalam ambisi dan kerja keras hingga melupakan hal sederhana seperti menikmati hidup.Setengah jam berlalu. Perlahan, di hadapan mereka mulai terlihat bangunan berarsitektur tropis dengan atap jerami yang menjulang, diapit oleh deretan pohon kelapa yang menari-nari di bawah belaian angin.Musik chill-out berdentum lembut dari kejauhan, berpadu dengan suara tawa dan

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Kau Berhak Bahagia

    Cahaya matahari keemasan menyelinap masuk melalui celah tirai, menari lembut di atas kulit Elena yang masih terasa hangat. Dengan mata yang masih sedikit berat, ia mengerjap pelan, membiarkan pikirannya kembali ke kenyataan setelah malam panjang yang penuh dengan gelora dan kelembutan.Tangannya terulur, meraba sisi tempat tidur yang kosong. Dingin.Karl sudah tidak ada di sana.Elena menghela napas panjang. Bagaimana mungkin dia sudah bangun? Kita baru tidur pukul lima tadi.Rasa heran bercampur kekaguman mengisi benaknya. Ia tahu Karl bukan tipe pria yang bisa berdiam diri terlalu lama, tetapi tetap saja, hanya tidur dua jam lalu langsung bangun untuk beraktivitas seperti biasa? Itu di luar nalar.Dengan enggan, ia menyibakkan selimut, duduk di tepian ranjang sambil merapikan rambutnya yang berantakan. Pandangannya turun ke lantai, di mana lingerie tipisnya masih tergeletak begitu saja—salah satu bukti dari malam yang menguras energi mereka. Pipinya sedikit merona saat mengingat

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Bercinta Sampai Pagi

    Setelah menempuh perjalanan panjang selama sebelas jam tiga puluh menit, akhirnya mereka tiba di sebuah pulau kecil yang dikelilingi lautan biru yang jernih. Dari atas jet, Elena sudah bisa melihat hamparan pasir putih yang bersih, ombak yang berkejaran dengan lembut, serta pepohonan hijau yang menghiasi pulau bak surga tersembunyi.Namun, yang paling mengejutkan adalah fakta bahwa hanya ada satu bangunan di seluruh pulau—sebuah villa mewah yang berdiri megah di tengah-tengah hamparan alam yang masih asri.Saat melangkah masuk ke dalam villa, Elena hampir tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Interiornya begitu elegan—lantai marmer dingin menyambut telapak kakinya, lampu gantung kristal menggantung anggun di tengah ruangan, dan jendela besar terbuka lebar, memperlihatkan pemandangan laut yang begitu luas seolah tak berujung.Elena melayangkan pandangan ke sekeliling, lalu menatap Karl dengan dahi berkerut. “Kenapa hanya ada satu villa saja di sini?” tanyanya penuh rasa ingin ta

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Menuju Hawaii

    “Ka—kau bercanda, kan?” suara Elena terdengar ragu, nyaris berbisik. Matanya membulat, menatap Karl dengan campuran keterkejutan dan ketidakpercayaan.Karl tidak langsung menjawab. Sebaliknya, ia menyunggingkan senyum tipis—senyum yang sarat akan misteri, seolah menyimpan banyak rahasia yang hanya dirinya sendiri yang tahu. Matanya menatap Elena dengan sorot tajam, seakan menguliti setiap reaksi yang terpancar dari wajah perempuan itu.“Apa aku terlihat bercanda, Elena?” tanyanya pelan, suaranya berat namun penuh keyakinan.Elena hanya bisa menelan ludah, dadanya sedikit terasa sesak. Tatapan pria di depannya begitu dingin, begitu tegas—dan dia tahu, Karl bukan tipe pria yang sekadar mengucapkan ancaman kosong. Dengan ragu, ia menggeleng pelan.Karl mendekat, membiarkan suaranya menjadi bisikan yang menusuk. “Listen to me. Aku tidak suka basa-basi pada orang yang menghalangi jalanku. Jika mereka terus menerus mengusik, maka jangan harap mereka akan hidup dalam damai.”Kata-kata itu t

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Akan Membunuhnya

    “Kenapa kau mengenalkanku sebagai calon istrimu di depan kolegamu?” tanya Elena dengan nada tajam setelah mereka keluar dari hotel tersebut.Langkah mereka melambat ketika mencapai taman kota. Malam sudah semakin larut, tapi lampu-lampu taman yang redup menciptakan suasana tenang. Air mancur di tengah danau buatan memancarkan bias cahaya keemasan, membentuk kilauan indah di permukaan air. Semilir angin malam menggoyangkan dedaunan, membawa serta aroma bunga yang samar.Karl berhenti di tepian danau, menghela napas panjang sebelum akhirnya menatap wajah Elena dengan ekspresi yang sulit diterka. Matanya berkilat, bukan karena cahaya lampu, tapi ada sesuatu yang lebih dalam di sana—sebuah rahasia yang selama ini ia pendam.“Kau tidak penasaran siapa yang menjadi selingkuhan dari istri Taylor tadi?” tanyanya, suaranya terdengar datar, tetapi menyimpan sesuatu di baliknya.Elena mengernyit, mencoba mencari jawaban dalam pikirannya sebelum akhirnya bertanya dengan nada hati-hati, “Memangn

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Calon Istri (?)

    “Ikut aku.”Elena yang tengah duduk di tepi ranjang mengangkat kepalanya, menatap pria itu dengan ragu. Sorot matanya mencari-cari petunjuk di wajah Karl, berharap bisa menebak apa yang ada dalam pikirannya. Namun seperti biasa, pria itu tetap sulit ditebak.“Ke mana?” tanyanya akhirnya, suaranya terdengar samar di tengah keheningan kamar.Karl tidak langsung menjawab. Ia hanya mengulurkan tangannya, memberi isyarat agar Elena segera berdiri. Dengan enggan, Elena bangkit, menyapukan tangannya ke gaun sutra yang ia kenakan. “Aku masih packing, Karl.”Senyuman tipis menghiasi bibir Karl, tetapi bukan senyuman lembut yang menghangatkan—melainkan senyuman penuh kendali. “Aku tidak memintamu untuk packing, Elena. Ada pelayan yang akan menyiapkan semuanya. Jadi, sekarang ikut aku.”Elena menghela napas panjang, rasa pasrah menyelimuti dirinya. Percuma mencoba menolak Karl. Kata tidak mau bukan bagian dari kamusnya jika berurusan dengan pria itu. Karl bukan hanya mendominasi dirinya, teta

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Terima Saja

    “Kau datang?” Suara Federick terdengar datar, tetapi matanya memancarkan sedikit keheranan saat melihat Karl memasuki ruang kerjanya. “Hm.” Karl melangkah santai, jasnya masih rapi tanpa satu pun kerutan, meskipun wajahnya terlihat sedikit lelah.Ia menghempaskan tubuhnya ke sofa empuk di sudut ruangan, lalu menyandarkan kepala ke belakang sebelum akhirnya menatap Federick yang masih berdiri di dekat mejanya. “Ada yang ingin kusampaikan padamu.”Federick menautkan kedua alisnya sebelum berjalan mendekat. Ia duduk di kursi berhadapan dengan Karl, tubuhnya sedikit condong ke depan. “Ada apa?” tanyanya dengan nada waspada.Karl menghela napas panjang, seolah tengah mencari cara terbaik untuk menyampaikan sesuatu yang akan memicu reaksi besar dari lawan bicaranya. Pandangannya menelisik wajah Federick sebelum akhirnya berkata, “Aku akan pergi ke Hawaii.”Sejenak, ruangan itu hening. Federick menatap Karl dengan mata membesar, seolah tak yakin dengan apa yang baru saja didengarnya. Kemu

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Anggap Saja Sedang Bulan Madu

    Hening.Elena membeku di tempatnya. Tangannya yang semula hendak meraih parfum di atas meja berhenti di udara.Ada sesuatu dalam nada suara Karl yang membuat dadanya sesak. Sebuah tuduhan, sebuah peringatan, dan yang lebih menyakitkan… kebenaran yang tak ingin ia akui.Karl tetap menatapnya, ekspresinya tak terbaca. Namun, jemarinya yang besar terangkat, perlahan menyentuh bahu Elena sebelum turun ke lengannya.Ia tidak mengatakan apa pun lagi, tapi genggamannya yang sedikit menekan di kulitnya mengisyaratkan bahwa pembicaraan ini belum selesai.Elena menghela napas panjang, dadanya naik turun dengan berat seakan beban yang menghimpitnya enggan enyah.Tatapannya menerawang, menembus batas ruang dan waktu, seolah berusaha mencari jawaban di balik gemerlap lampu kamar yang samar.“Sampai aku dan Gio resmi berpisah,” suaranya lirih, hampir tenggelam di antara detak jam dinding yang terasa lebih nyaring daripada biasanya.Ia menutup mata sesaat, sebelum bibirnya kembali bergerak, kali ini

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status