All Chapters of Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati: Chapter 71 - Chapter 80

328 Chapters

Bab 71

Andini tidak pingsan untuk waktu yang lama. Setengah jam kemudian, dia sudah membuka matanya. Dia sepenuhnya sadar dan tahu di mana dirinya sekarang. Dia juga mengingat jelas asalan dirinya berada di sini.Adegan saat Kirana mengambil batu dan menghantam kepalanya dengan kuat masih teringat jelas di benak Andini. Begitu jelas sehingga hatinya terasa sangat pedih setiap kali dia mengingat Kirana. Rasa sakit ini bahkan membuat napasnya tercekat.Namun, bukankah Andini sudah mengetahui hal ini sejak awal? Bagi Keluarga Biantara, dia tidak akan pernah sebanding dengan Dianti, darah daging mereka yang sebenarnya.Mereka terus berkata bahwa Andini akan selalu menjadi putri mereka. Namun, sejak hari pertama Dianti kembali ke Kediaman Adipati, mereka telah mengusir Andini dari hati mereka.Andini sudah lama mereka tinggalkan. Selama hari-harinya di penatu istana, fakta ini berulang kali menghantamnya, membuat jiwa dan raganya tersiksa hingga pada akhirnya dia mulai terbiasa.Gadis ini sudah me
Read more

Bab 72

Saat ini kepala keduanya sama-sama dibalut kain kasa. Hal ini membuat penampilan mereka terlihat sedikit aneh.Laras tertawa geli, tetapi dia tetap mengeluh, "Nona bisa-bisanya bercanda di saat seperti ini."Andini mengangkat bahunya dan berucap, "Aku nggak bisa menemui Nenek dengan keadaan seperti ini. Kita kembali ke Paviliun Ayana dulu, lalu datang lagi lusa mendatang."Sebenarnya Andini tidak yakin di mana lukanya berada. Yang pasti pukulan Kirana mengakibatkan kepalanya harus dibalut. Jika dia menemui Ainun dengan penampilan begini, sang nenek hanya akan sedih dan cemas.Andini hanya berharap Kirana tidak memukul keningnya. Jadi, setelah kain kasanya dilepas besok, Ainun tidak akan melihat jejak luka di kepalanya. Dengan begitu, dia pun bisa lebih cepat pergi mengunjungi Ainun.Usai bicara, Andini hendak langsung keluar. Namun, Laras menghentikannya dan berkata, "Nona, Nyonya Kirana masih di luar."Andini tertegun sejenak. Kesedihan tiba-tiba merayapi hatinya, tetapi dia sengaja m
Read more

Bab 73

Laras jelas tidak menyangka akan melihat gigi di dalam kantong kain itu. Dia terlihat terkejut.Andini membungkuk dan mengambil gigi kecil itu. Fragmen memori masa lalu yang tak terhitung jumlahnya seketika meluap di kepalanya. Dia mengingat gigi ini.Saat Andini berumur sekitar lima tahun, dia memaksa untuk ikut bermain bersama Abimana dan Rangga. Gadis kecil itu meniru mereka melompat dari bebatuan buatan yang tinggi.Untungnya, Abimana dan Rangga menangkapnya tepat waktu sehingga dia tidak cedera serius. Hanya saja, ada satu giginya yang tanggal.Semua orang ketakutan dan buru-buru membawanya pergi. Gigi kecil itu lalu terlupakan di samping bebatuan.Nayshila yang seumuran dengan Andini mengetahui kejadian ini. Dia sengaja datang dan menakut-nakutinya bahwa orang yang kehilangan gigi tanggalnya akan diculik hantu.Andini ketakutan setengah mati hingga mulai menangis dan tidak ingin tidur di malam hari. Dia takut diculik hantu saat tidur.Kebetulan hari itu hujan turun disertai guntu
Read more

Bab 74

Sosok Kirana yang hampir basah kuyup membuat Abimana tersentak dan ingin langsung membawa ibunya pergi. Katanya, "Kenapa Ibu harus menyiksa diri sendiri begini? Apa Ibu nggak bisa tunggu sampai besok saja?""Lepaskan!" marah Kirana sambil menepis tangan Abimana. Dia menarik napas dalam-dalam dan melanjutkan, "Masalah ini nggak ada kaitannya dengan kalian, pergilah!"Dianti memeluk Kirana dan berucap dengan terisak-isak, "Bu, jangan begini, ini semua salahku, aku yang salah. Ibu pulang saja sama Kak Abi! Dian akan gantikan Ibu meminta maaf sama Kak Andin!"Pelayan Dianti yang bernama Ratih buru-buru datang untuk memayungi nonanya. Dia juga mengulurkan tangannya dan mendorong Laras.Laras yang mendadak didorong langsung terhuyung-huyung dan jatuh ke tanah. Payung yang dipegangnya pun rusak. Mungkin karena hujan terlalu deras, Kirana dan yang lainnya sama sekali tidak menyadarinya.Merasa ibunya tidak mempan dibujuk, Abimana bergegas maju dan mengetuk pintu dengan kuat. Dia berseru marah,
Read more

Bab 75

Andini yang dahulu diperlakukan layaknya permata Keluarga Adipati, Andini yang disayangi dan dimanja, Andini yang juga mengasihi mereka lebih dari nyawanya sendiri. Mereka telah membunuhnya!Gigi kecil itu jatuh ke tanah, lalu berguling dua kali dan mendarat di petak bunga di samping. Andini menatap Kirana lekat-lekat, seolah-olah sedang memberitahunya bahwa gigi itu adalah milik Andini Biantara, bukan miliknya. Andini yang itu sudah lama mati.Lidah Kirana kelu. Saat ini dia bahkan lupa untuk menangis. Dia memandangi wajah Andini, lalu emosi di matanya perlahan-lahan runtuh dan akhirnya hancur berkeping-keping.Di sisi lain, Andini selalu terlihat tenang. Begitu tenang sehingga terkesan seakan-akan tidak memiliki emosi yang seharusnya dimiliki manusia.Abimana berpikir jika Andini mau bertengkar hebat dengannya, meluapkan semua keluh kesahnya dengan jujur, dan mengonfrontasi kekacauan yang menjerat keluarga mereka dengan terbuka, mungkin hasilnya akan lebih baik. Setidaknya, situasiny
Read more

Bab 76

Hati Kirana serasa ditusuk pisau tajam. Dia menarik napas dalam-dalam sebelum berkata, "Ini paviliun nenekmu. Kalau tinggal di sini, kamu akan mengganggunya. Karena kamu sudah siuman, segeralah kembali ke paviliunmu sendiri!"Andini tahu bahwa tujuan Kirana memainkan sandiwara di sini adalah untuk menyampaikan kata-kata tadi.Sejujurnya, Andini juga sudah membuat keputusan. Bahkan jika itu demi neneknya, dia tetap tidak bisa menyeret Abimana ke dalam kehancuran.Andini tidak tega membiarkan Ainun melihat cucu perempuan kesayangannya mengirim penerus laki-laki satu-satunya di Keluarga Adipati ke dalam jalan buntu. Apalagi membiarkan sang nenek melihat Keluarga Adipati terpuruk.Hanya saja, kata-kata yang terucap dari bibir Kirana tadi tetap membuat hati Andini tidak nyaman. Biarpun dia sudah membekukan hatinya terhadap Kirana dan Keluarga Adipati, dia tetap terluka.Andini menunduk dan menarik napas dalam-dalam, berusaha meredam sesak di dadanya. Saat dia kembali mendongak, sorot matany
Read more

Bab 77

Ketika Andini bangun keesokan harinya, luka di kepalanya terasa lebih menyakitkan dari kemarin. Rasa sakit itu begitu hebat hingga membuat sekujur tubuhnya lemas dan tidak berdaya.Sebaliknya, Laras justru terlihat penuh semangat. Setelah membantu Andini mandi, dia pergi menghidangkan sarapan untuk gadis itu.Andini menyembunyikan rasa lemas di tubuhnya agar Laras tidak khawatir. Setelah menanyakan kondisi Ainun dan mendengar bahwa wanita itu baik-baik saja, dia baru merasa tenang dan mulai sarapan.Dari sudut matanya, Andini melirik Laras. Gadis itu terlihat ragu-ragu untuk bicara.Melihat ini, Andini menaruh peralatan makannya dan berkata, "Kalau ada yang ingin kamu sampaikan, langsung saja bicara."Laras mendekat dan berucap pada Andini, "Nona, hampa dengar Tuan Abimana dan Nona Dianti berlutut di aula leluhur semalaman. Tapi, pagi ini Nona Dianti nggak kuat lagi dan jatuh pingsan."Ternyata begitu. Andini mengambil peralatan makannya lagi sambil berujar, "Tubuhnya rapuh juga."Dian
Read more

Bab 78

"Nggak perlu," ujar Andini sambil menahan Laras. Dia mengernyit, lalu perlahan membuka matanya. Setelah pandangannya kembali jernih, dia baru melanjutkan, "Aku hanya pusing karena tiba-tiba berdiri."Hal ini pernah Andini alami sebelumnya saat dia berada di penatu istana. Asalkan dia duduk dan beristirahat sebentar, dia akan segera pulih.Laras tetap berkata dengan cemas, "Kepala Nona dipukul dengan keras kemarin. Lebih baik minta tabib kediaman memeriksanya!"Andini perlahan berdiri, lalu berkata sambil tersenyum, "Tabib kediaman mungkin ada di tempat Nenek. Ayolah, kita ke sana."Laras merasa kata-kata majikannya cukup masuk akal. Dia pun mengangguk dan datang untuk menopang Andini.Andini merasa Laras terlalu berlebihan. Dia masih bisa berjalan sendiri! Jadi, setelah meninggalkan Paviliun Ayana, dia melepaskan pegangan Laras.Paviliun Ayana terletak di sisi barat Kediaman Adipati, Paviliun Persik di sisi timur, dan paviliun Ainun berada di tengah-tengah.Laras berkata bahwa Dianti j
Read more

Bab 79

Dianti terlihat kian lemah di bawah perlindungan Rangga. Dia meringkuk di belakang tubuh pria itu, bahkan tidak berani mendongakkan kepalanya.Andini tidak tahan melihatnya dan diam-diam mengumpat di dalam hati. Hatinya makin jengkel. Dia lalu berkata dengan nada dingin, "Nenek nggak mau melihatmu, lebih baik kamu kembali!"Mungkin karena merasa dilindungi Rangga, Dianti menjadi lebih berani. Dia menjulurkan kepalanya dan membalas Andini, "Kakak bukan Nenek. Dari mana Kakak tahu kalau Nenek nggak mau melihatku?"Ekspresi Andini seketika berubah muram. Dia langsung menghampiri Dianti sambil berkata dengan dingin, "Apa kamu sudah melupakan apa yang kamu lakukan?"Melihat Andini mendekat, Dianti langsung mengingat momen menakutkan saat dia ditekan ke tanah dan dipukuli kemarin. Dia kembali bersembunyi di belakang Rangga dan meremas erat pakaian pria itu, seolah-olah sekujur tubuhnya sedang gemetar."Aku datang ke sini untuk meminta maaf sama Nenek," ujar Dianti.Merasakan ketakutan gadis
Read more

Bab 80

Dianti tahu bahwa Andini hanya ingin memprovokasinya. Namun, dia juga tidak bisa tinggal diam lebih lama lagi.Memang Abimana-lah yang memberikan ide agar Dianti pura-pura pingsan. Meski begitu, kata-kata ini pasti tetap akan menyakiti hati kakaknya. Dia tidak ingin kakaknya salah paham padanya!Dianti menarik napas dalam-dalam, lalu berkata, "Kak Andini nggak perlu memprovokasiku seperti ini. Aku akan berlutut lagi di aula leluhur! Tapi, aku benar-benar menyesali kesalahanku. Kalaupun Nenek nggak mau menemuiku, aku tetap ingin minta maaf!"Usai berkata begitu, Dianti berlutut ke arah paviliun Ainun. Air matanya berlinang saat dia berujar dengan suara lembut, "Nenek, Dian sudah tahu salah. Kelak Dian nggak akan berani buat Nenek marah lagi. Tolong maafkan Dian!"Selesai bicara, Dianti bersujud tiga kali menghadap paviliun Ainun. Sujud dan air matanya benar-benar membuat orang iba melihatnya.Andini rasa, Dianti mungkin berpikir tindakannya ini sangat berbakti, tulus, dan menyentuh. Nya
Read more
PREV
1
...
678910
...
33
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status