Usai berbicara, Akbar membawa Rangga masuk ke sebuah ruangan. Di dalamnya, bau amis darah begitu pekat. Di atas tempat tidur terbaring seseorang, Cahya.Saat ini, dia belum tidur. Mendengar suara langkah kaki, dia langsung menoleh. Saat melihat Rangga, matanya sontak membelalak. Pupilnya yang semula redup tampak bersinar kembali.Tanpa memedulikan luka di tubuhnya, dia berusaha bangkit dari tempat tidur, hampir merangkak ke hadapan Rangga. Dengan suara gemetar yang dipenuhi kepiluan, dia berseru, "Hormat kepada Jenderal!"Tatapan Rangga tertuju pada lengan kiri Cahya. Seiring gerakan Cahya yang kasar, lengan bajunya ikut bergoyang dan tampak kosong. Lengan kirinya telah putus.Wajah Rangga menggelap, tekanan di sekelilingnya semakin berat. Dia membungkuk, membantu Cahya berdiri, lalu berkata dengan dingin, "Katakan."Cahya sudah lama mengikuti Rangga, tentu saja dia memahami perintahnya. Tanpa ragu, dia mulai melaporkan, "Sepuluh hari lalu, saya bersama pasukan tiba di Kabupaten Horta.
Read more