Semua Bab Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati: Bab 291 - Bab 300

328 Bab

Bab 291

Setelah berjalan cukup jauh, amarah Abimana masih belum mereda. Jika bukan karena tabib berpesan padanya untuk jangan banyak bergerak, dia pasti sudah menghajar Byakta.Abimana berusaha menahan diri untuk kembali ke kediaman dan langsung menuju Paviliun Persik. Dia ingin melihat kondisi Dianti, sekaligus meminta tabib kediaman memeriksa lukanya.Tabib di luar memang bisa menghentikan pendarahan. Namun, untuk mengobati luka masih kurang bisa dipercaya.Tidak disangka, begitu tiba di depan Paviliun Persik, Abimana bertemu dengan tabib kediaman yang baru keluar. Tabib kediaman yang melihat Abimana langsung memberi hormat sembari menyapa, "Salam, Tuan Abimana."Abimana segera melirik ke dalam paviliun, lalu bertanya, "Gimana dengan kondisi luka Dian?"Tabib kediaman menjelaskan, "Luka Nona Dianti nggak begitu serius. Nona Andini menusuk pedangnya dengan tepat, nggak membahayakan nyawa. Luka di dadanya juga nggak dalam. Saya sudah meminta pelayan untuk mengoleskan obat."Mendengar ini, Abim
Baca selengkapnya

Bab 292

Abimana menegur, "Dian, Kakak tahu kamu baik hati. Kakak juga percaya kali ini kamu memang berniat baik. Tapi, ini bukan pertama kalinya. Sebelumnya, kamu pernah berbuat seperti ini. Saat itu, Andini menindihmu di lantai dan memberimu pelajaran. Kenapa kamu masih belum belajar dari pengalaman?""Kamu jelas-jelas tahu, sekarang Nenek adalah satu-satunya orang yang dipedulikan Andini di Keluarga Adipati. Kalau kamu menyakiti Nenek, Andini pasti akan melawanmu!" tambah Abimana.Dianti menunduk. Air matanya jatuh setetes demi setetes. Meskipun begitu, di dalam matanya tebersit kebencian.Benar. Bagaimana mungkin Dianti tidak tahu? Ainun adalah kelemahan Andini. Selama Ainun masih hidup, Andini tidak akan pernah meninggalkan Keluarga Adipati!Surat pemutusan hubungan keluarga? Konyol sekali!Jika Andini benar-benar bisa memutus hubungan dengan Keluarga Adipati, dia seharusnya sudah melakukannya sejak dulu setelah dihajar sampai setengah mati oleh Baskoro! Salah! Seharusnya dilakukan sejak t
Baca selengkapnya

Bab 293

Dianti awalnya sudah terluka, apalagi hari ini dia sengaja berlutut di sini untuk bersandiwara. Dia ingin membuat Keluarga Biantara tidak tega menyalahkannya atas hal buruk yang terjadi akibat berniat baik. Begitu ditampar oleh Andini, Dianti langsung terjatuh ke pelukan Kirana.Kirana segera memeluk Dianti dengan sangat iba.Andini yang tadinya berjalan mendekat dengan lemah, tiba-tiba meledak dengan kekuatan yang dahsyat. Tamparan ini membuat Dianti menggigit lidahnya sendiri.Begitu merasakan rasa darah di dalam mulutnya, Dianti langsung memuntahkannya.Melihat Dianti memuntahkan darah, Kresna segera maju untuk meraih lengan Andini. Dia menegur, "Andin, Ayah tahu kamu sangat menyayangi nenekmu. Tapi, Dian sudah terluka karena kamu. Kalau kamu menyerangnya lagi, dia mungkin bisa mati!""Dia sendiri yang minta dihajar," timpal Andini. Nada bicaranya terdengar datar, tetapi hatinya justru dipenuhi emosi yang bergejolak.Andini memang ingin menghabisi nyawa Dianti! Dia menunjukkan ekspr
Baca selengkapnya

Bab 294

Setelah mendengar perkataan Andini, Dianti menerimanya dengan setengah percaya dan ragu. Dia meminum pil itu di hadapan mereka.Andini bertanya, "Gimana? Aku juga minum pil ini setelah kembali dari Braga. Menurutku, khasiatnya sangat bagus."Semua orang yang ada di sana seketika terkejut saat mendengar kata "Braga". Di dalam ingatan mereka, terlintas bayangan saat Andini kembali ke kediaman. Kala itu, sekujur tubuh Andini penuh luka dan berlumuran darah. Kondisinya lebih parah dibandingkan Dianti saat ini.Jadi, khasiat pil ini benar-benar bagus?Setelah menelannya, Dianti sebenarnya tidak merasakan apa-apa. Namun, begitu mendengar Andini mengatakan khasiat pil itu sangat bagus, Dianti hanya bisa mengangguk seraya bertutur, "Benar. Khasiatnya sangat bagus."Dianti berbicara sambil keluar dari pelukan Kirana. Dia menahan rasa sakit di dadanya dan kembali berlutut dengan baik.Andini mengangguk dengan pelan sebelum berucap, "Aku masih punya beberapa butir. Kalau kamu sudah nggak tahan, k
Baca selengkapnya

Bab 295

Matahari sudah terbenam. Kegelapan mulai memenuhi langit.Dianti tidak tahu berapa lama dirinya sudah berlutut. Dia hanya tahu, angin malam yang berembus membuat tubuhnya menggigil kedinginan.Kedua lututnya sudah lama mati rasa. Hanya luka di dadanya yang terus berdenyut mengikuti detak jantungnya. Rasa sakitnya hampir membuatnya pingsan, tetapi dia berusaha untuk mempertahankan kesadarannya.Dianti menengadah menatap lampu di balik jendela yang entah sejak kapan menyala. Selain itu, terlihat juga bayangan seseorang. Hidungnya seketika terasa perih. Dia sangat tidak rela! Kenapa dia harus disiksa seperti ini?Padahal hidup Ainun sudah tidak lama. Sekalipun hari ini dia benar-benar mati karena terlalu emosi, memangnya kenapa?Bukankah Andini selalu ingin memutus hubungan dengan Keluarga Adipati? Bukankah perbuatan Dianti  justru membantu Andini? Kenapa dia malah dihukum? Ketika memikirkan ini, air mata yang sudah lama kering di sudut matanya menetes lagi. Kala ini, Abimana kebetulan m
Baca selengkapnya

Bab 296

Melihat Ainun yang begitu segar, hati Andini terasa sesak. Dia merasa seperti sedang bermimpi.Andini maju perlahan-lahan sambil memanggil dengan lembut, "Nenek ...."Ainun menengadah menatap Andini yang berjalan mendekat. Dia tersenyum sembari menyahut, "Andin, cepat kemari. Biar Nenek peluk."Mendengar ini, Andini tidak bisa menahan diri lagi. Dia segera berlari ke depan dan memeluk Ainun erat-erat. Katanya, "Huhu. Nenek sudah buat Andin ketakutan. Andin sempat mengira ...."Andini menangis tersedu-sedu. Tubuh yang awalnya telah lemas karena menangis seketika penuh energi lagi berkat kesadaran Ainun. Perasaan mendapatkan kembali yang sudah hilang membuat hatinya dipenuhi kebahagiaan sekaligus kesedihan.Kala ini, terdengar suara dari belakang. "Nenek."Orang itu adalah Abimana.Hati Andini menegang. Dia melepaskan pelukan Ainun, lalu menoleh menatap Abimana. Dia berpikir jika Abimana membawa Dianti masuk ke kamar, dia akan menampar dan mengusir mereka berdua.Untungnya, kali ini Abim
Baca selengkapnya

Bab 297

"Nenek ...," panggil Abimana dengan suara bergetar. Entah kenapa hatinya merasa gelisah.Padahal saat ini Ainun terlihat jauh lebih segar dibandingkan sebelumnya. Suaranya juga terdengar penuh  penekanan. Namun, Abimana merasa tidak tenang!Melihat Abimana tidak menjawab, raut wajah Ainun menjadi muram. Dia bertanya, "Kenapa? Apa sekarang kamu nggak mau dengar ucapan Nenek lagi?""Tentu saja bukan!" bantah Abimana dengan tergesa-gesa. Saking paniknya, suaranya terdengar bergetar. Dia berucap, "Apa pun yang Nenek bilang, aku tentu akan setuju.""Baguslah!" Ainun akhirnya merasa lega. Dia melepaskan tangan Abimana, lalu tersenyum lembut sembari berkata, "Panggil ayahmu kemari. Ada yang mau Nenek katakan padanya."Abimana segera mengangguk. Mungkin karena takut dilihat oleh Andini, Abimana buru-buru menghapus air matanya sebelum berdiri dan pergi.Setelah Abimana keluar, Andini memanggil, "Nenek ...."Suara Andini sedikit bergetar. Dia menatap Ainun dengan cemas seraya bertanya, "Nenek ca
Baca selengkapnya

Bab 298

Andini berdiri dan pergi dengan berat hati. Angin malam cukup dingin. Hatinya yang hampa makin terasa sedih.Andini menarik napas dalam-dalam, lalu segera kembali ke Paviliun Ayana. Setelah menyimpan kotak kayu, dia buru-buru mencuci wajahnya. Dia bergegas kembali ke paviliun Ainun tanpa mengganti pakaian.Ketika Andini kembali, Kresna sudah berlutut di samping tempat tidur Ainun. Suasananya sedikit suram. Senyuman yang tadi terlihat di wajah Ainun saat berhadapan dengan Andini sudah sirna. Kini, keseriusan di wajah Ainun membuat orang ketakutan.Begitu melihat Andini kembali, Ainun memanggil, "Andin, kemari."Andini buru-buru maju dan berdiri di samping Kresna. Kala ini, Ainun berkata, "Berlutut."Andini tidak mengerti maksud Ainun, tetapi dia juga tidak berani membantah dan segera berlutut di samping tempat tidur Ainun.Ainun bertanya, "Andini, kamu sudah ada di Keluarga Biantara selama 18 tahun. Meski nggak ada hubungan darah, ayah dan ibumu sudah melindungi, menyayangi, dan memperl
Baca selengkapnya

Bab 299

"Nenek!""Ibu!"Andini dan Kresna berteriak bersamaan. Namun, Ainun sudah tidak memberikan respons.Andini sangat panik. Dia buru-buru memekik, "Tabib! Cepat panggil tabib kediaman!"Andini meraih tangan Ainun dan menempelkan ke wajahnya yang sudah dipenuhi air mata. Dia berteriak dengan cemas, "Nenek, jangan menakuti Andin. Bangunlah. Lihat Andin lagi!"Namun, tidak peduli sekeras apa pun Andini dan Kresna berteriak, Ainun tetap tersenyum dan tidak bergerak.Tabib kediaman berada di luar. Begitu mendengar suara Andini dan Kresna, dia buru-buru masuk. Setelah memeriksa napas dan denyut nadi Ainun, dia menghela napas panjang dan berkata, "Tuan Kresna, Nona Andini, Nyonya Ainun sudah tiada ....""Nggak mungkin!" Kresna segera menyangkal, "Ibuku tadi sangat penuh energi!"Andini juga tidak percaya dan membantah, "Tabib jelas-jelas bilang Nenek masih bisa bertahan beberapa hari lagi. Ini baru berapa lama? Ini baru sebentar saja!"Tabib kediaman mengernyit. Dia menyatukan kedua tangannya di
Baca selengkapnya

Bab 300

Putri yang Kresna besarkan selama 15 tahun.Kesedihan di dalam hati Kresna seketika makin dalam. Matanya sangat merah. Namun, di hadapan banyak orang, dia tetap bertahan sekuat tenaga.Kresna terus berjalan keluar sampai suara tangisan di belakang tidak terdengar lagi. Begitu tiba di tempat sunyi yang tidak ada lampu dan cahaya, dia akhirnya tidak bisa menahan diri lagi. Kedua kakinya melemas hingga seluruh tubuhnya terjatuh ke tanah.Suara terisak keluar dari mulutnya, seakan-akan batu besar yang merobohkan bendungan. Luapan kesedihan yang tak tertahan akhirnya berubah menjadi tangisan memilukan.Sebelum matahari terbit, kabar kematian Ainun telah disebarkan ke semua kerabat. Rangga juga sudah mendapatkan kabar dan bergegas datang.Di dalam aula duka, kain putih tergantung tinggi.Abimana sedang menemani Kirana berlutut. Begitu melihat Rangga masuk memberi hormat dan membakar dupa, dia memberi hormat balasan. Namun, tatapan Rangga sedang menelusuri sekeliling aula duka.Abimana menger
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
282930313233
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status