All Chapters of Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati: Chapter 311 - Chapter 320

328 Chapters

Bab 311

Pegunungan Enam terletak di sebelah timur Kabupaten Horta, Yolasa. Pegunungan ini membentang dengan puncak-puncak yang berlapis-lapis. Dari kejauhan, tampak seperti memiliki enam puncak sehingga diberi nama demikian.Medan di pegunungan ini berbahaya, membuat musuh sulit menyerang. Ditambah dengan gunung yang saling terhubung, para bandit di sini dapat melarikan diri ke gunung lain dengan mudah. Itu sebabnya, mereka bisa merajalela selama bertahun-tahun.Tentu saja, faktor lainnya adalah adanya kerja sama antara pejabat dan para bandit.Malam semakin larut. Namun, di dalam perkampungan bandit, suasana justru semakin meriah. Para bandit menyalakan api unggun, minum arak, dan makan daging dengan penuh kegembiraan.Tiba-tiba, salah seorang bandit berkata, "Kak, menurutmu Tuan Akbar benar-benar akan membawa 10.000 tahil kali ini?"Kepala bandit yang sedang memegang paha kambing di tangan kiri dan kendi arak di tangan kanan, menatap ke arah pria yang dikurung dalam sangkar di kejauhan, lalu
Read more

Bab 312

Serang!Dalam sekejap, sosok-sosok di kegelapan menyerbu. Kilatan senjata berpendar di malam yang mencekam, menyerang para bandit itu.Para bandit sama sekali tidak menduga bahwa saat mereka sedang asyik minum dan bersenang-senang, musuh justru telah menerobos masuk. Mereka sempat panik, tetapi sebagai orang-orang yang terbiasa hidup di ujung tanduk, mereka segera memantapkan diri begitu pemimpin mereka berteriak keras. Seketika, senjata-senjata dikeluarkan dan pertempuran sengit pun pecah.Rangga dengan gesit menyelinap menuju sangkar tahanan. Pedangnya langsung menebas rantai gembok yang mengunci pintu sangkar.Sementara itu, pemimpin bandit yang memperhatikan situasi langsung mengangkat goloknya dan menyerang Rangga dari belakang.Merasakan niat membunuh yang mengarah padanya, Rangga segera menghindar ke samping, lalu mengayunkan pedangnya untuk membalas serangan.Di luar dugaan, keahlian bertarung pemimpin bandit ternyata tidak kalah darinya. Segera, mereka terlibat dalam pertarung
Read more

Bab 313

Setelah termangu sejenak, Rangga mengangkat pedangnya dan menebas perampok itu hingga tewas.Ketika dia menoleh kembali, Byakta masih berdiri di sana, dengan lubang besar di dadanya. Darah terus mengalir tanpa henti.Mata mereka bertemu. Byakta justru menyunggingkan senyuman, seolah-olah ingin menenangkan Rangga. Namun, saat dia mencoba berbicara, yang keluar hanyalah semburan darah segar."Byakta!" seru Rangga dengan kaget, segera berlari menghampirinya.Byakta telah kehilangan kekuatan untuk berdiri. Tubuhnya oleng dan jatuh ke belakang. Untungnya, Rangga berhasil menangkapnya tepat sebelum tubuhnya mengenai tanah.Namun ... darah masih terus mengalir dari dadanya, membanjiri tangan Rangga. Rangga yang panik pun melemparkan pedangnya. Dengan kedua tangannya yang bergetar, dia menekan cedera Byakta sekuat tenaga."Nggak apa-apa! Aku akan membawamu turun gunung! Prajurit, cepat kemari!" Jalan gunung terlalu curam dan berbahaya. Dia tak bisa membawa Byakta turun sendirian.Namun, pasuka
Read more

Bab 314

Saat turun gunung, langit sudah terang. Cahaya keemasan dari timur begitu menyilaukan hingga orang-orang kesulitan membuka mata.Rangga refleks memandang ke arah cahaya, matanya terasa perih. Alisnya berkerut, menambah kesan dingin dan suram pada sosoknya.Anak buahnya bahkan tidak berani bersuara, hanya diam-diam menyerahkan kuda dan baju zirah yang mereka sembunyikan di hutan.Rangga naik ke punggung kudanya, menarik tali kekang, lalu menuju ke barat menuju Kabupaten Horta.Kudanya berjalan pelan. Dari atas kuda, dia menatap bayangannya yang memanjang di tanah dan bergetar hebat.Dia belum pernah merasa segoyah ini sebelumnya. Setiap kali pulang dari kemenangan, sosoknya selalu yang paling tegap.Sebaliknya, Darman selalu gelisah di atas kudanya, sering bermain-main dengan Cahya. Bayangan mereka berdua sering bertautan, kadang bahkan menabrak kuda Rangga dan membuat kekacauan.Di antara mereka bertiga, Byakta yang paling tenang. Dia paling senior, paling berpengalaman. Bayangannya pu
Read more

Bab 315

Andini sebenarnya sudah melihat rombongan itu dari kejauhan. Dia telah menunggang kuda tanpa henti selama beberapa hari, hampir tak berani beristirahat.Begitu mengetahui bahwa Rangga telah memimpin pasukan ke gunung untuk menyelamatkan Byakta semalam, dia pun segera menyusul!Namun ... saat rombongan itu benar-benar muncul dalam pandangannya, tiba-tiba dia tidak berani melangkah lebih jauh.Takut bahwa jika semakin dekat, dia akan melihat pemandangan yang berulang kali dia tolak dalam benaknya, tetapi terus muncul tanpa kendali.Andini hanya berani berdiri di tempat, menunggu rombongan mendekat. Dia berpikir, Byakta pasti akan melihatnya, lalu segera menghampirinya.Tanpa diduga, rombongan itu justru berhenti. Andini tertegun, matanya tertuju ke barisan terdepan.Di sana, tampak seseorang berdiri membelakangi cahaya matahari. Darah yang menodai tubuhnya tampak mencolok di bawah cahaya matahari pagi.Itu ... Rangga? Andini hampir tidak bisa mengenalinya. Di ingatannya, Rangga selalu ga
Read more

Bab 316

"Byakta ...." Andini memanggil dengan pelan, seolah-olah takut membangunkannya. Padahal, yang sebenarnya dia inginkan adalah membangunkan Byakta!Jadi, suaranya pun sedikit lebih keras, "Byakta, ini aku. Aku datang mencarimu."Namun, sosok di atas punggung kuda itu sama sekali tidak bereaksi.Andini semakin panik dan kembali berseru. Dia bahkan mulai mengguncang tubuh Byakta. "Byakta! Bangun! Jangan menakutiku!"Namun ... Byakta tidak akan pernah bangun lagi. Selamanya tidak akan bangun lagi ....Tubuh Byakta hampir jatuh akibat guncangan yang dilakukan Andini. Saat itulah, sepasang tangan tiba-tiba merengkuhnya dari belakang, menariknya ke dalam dekapan. "Dia sudah mati!"Andini tidak percaya. Dia berusaha melepaskan diri, ingin terus memanggil Byakta, ingin membangunkannya!Namun, orang di belakangnya tetap menahannya. "Dia sudah mati! Byakta sudah mati!"Mati ...? Seluruh tubuh Andini seketika membeku. Dia melihat tubuh Byakta yang hampir terjatuh dari kuda dan prajurit di samping b
Read more

Bab 317

Di ruang penyimpanan jenazah di kantor pemerintahan, lebih dari 10 tubuh terbujur kaku dan berjajar rapi.Saat Rangga tiba, Andini sedang membersihkan darah yang mengering di wajah Byakta. Orang yang melapor kepadanya tadi mengatakan bahwa Andini mengamuk.Namun, yang Rangga lihat berbeda. Andini tidak mengamuk, bahkan sangat tenang. Wanita itu menyiapkan sebaskom air di sisinya, perlahan mengusap noda darah di wajah Byakta dengan saputangan yang basah.Segera, wajah Byakta akhirnya bersih dari noda darah. Andini pun membilas saputangannya, lalu mulai membersihkan tangan Byakta."Aku nggak bisa membiarkan ayah dan ibunya melihatnya dalam keadaan seperti ini," ujar Andini dengan lirih.Rangga tahu kata-kata itu ditujukan untuknya. Alisnya sedikit berkerut, nadanya dingin saat berbicara, "Ini bukan keputusan yang bijak."Seorang prajurit gugur di medan perang demi negara adalah hal yang berjasa. Saat seseorang mengenakan baju perang, mereka telah bersiap menghadapi kemungkinan seperti in
Read more

Bab 318

Andini membawa baskom berisi air yang telah bercampur darah, lalu melangkah keluar dari ruang penyimpanan jenazah.Dia berjalan menuju halaman belakang, menuangkan air merah itu ke tanah di dekat hamparan bunga. Setelah itu, dia beranjak ke sumur yang tak jauh dari sana, menimba seember air untuk membersihkan baskomnya.Sejak awal hingga akhir, Andini tak sekali pun menoleh ke belakang. Karena dia tahu Rangga ada di belakangnya.Rangga pun sadar, Andini pasti telah menyadarinya. Jika tidak, dia tak mungkin setenang ini, tanpa sedikit pun gerakan melirik ke arahnya.Rangga tidak berbicara, hanya berdiri di samping untuk menunggu. Menunggu sampai Andini selesai membilas baskom, mencuci bersih saputangan yang tadi dia gunakan, lalu berbalik untuk kembali.Rangga berpikir, begitu Andini berbalik, wanita ini tidak mungkin terus mengabaikannya, 'kan?Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Andini benar-benar melewatinya begitu saja. Bahkan saat tatapannya menyapu Rangga, dia tidak menunjukkan
Read more

Bab 319

Dua jam kemudian, Rangga duduk di meja kerjanya. Lilin yang sejak awal sudah redup kini hampir habis, nyala apinya bergetar hebat.Dari luar, suara laporan yang rendah terdengar. "Jenderal, Nona Andini sudah berangkat."Wanita itu benar-benar tidak bisa menunggu sedetik pun."Ya." Rangga merespons dengan datar. Cahaya api yang bergetar menerangi wajahnya yang dingin dan suram, menambah kesan yang menakutkan.Di benaknya, hanya ada bayangan Andini yang melangkah pergi darinya barusan. Begitu tegas tanpa sedikit pun keraguan.Sejak kapan wanita itu begitu tidak peduli padanya? Tatapan Rangga menjadi suram. Dia sungguh tidak mengerti. Dulu, Andini paling suka menempel padanya ....Secara tak sadar, tatapan Rangga tertuju pada jari telunjuk kanannya. Di sana, ada bekas luka panjang, hasil sabetan pedang orang suku Tru di medan perang pada 2 tahun lalu.Jika bukan karena reaksi Rangga cepat, mungkin seluruh telapak tangannya sudah tertebas. Kini, peristiwa 2 tahun lalu itu terasa begitu lam
Read more

Bab 320

Karena terkejut, prajurit itu mundur beberapa langkah ke belakang.Prajurit lain melangkah maju. Saat melihat apa yang terjadi, dia mengerutkan alisnya dan berkata, "Sekarang sudah masuk musim semi. Ular, serangga, dan binatang kecil lain mulai keluar mencari makan. Ini bukan masalah besar."Mendengar itu, yang lainnya pun mengangguk, lalu menyarungkan pedang mereka kembali.Andini juga menghela napas lega. Pandangannya tertuju pada kepala ular yang terpenggal di tepi jalan.Di bawah cahaya bulan, kepala ular yang kecil itu masih bergerak, seolah-olah berusaha bertahan. Entah kenapa, Andini merasa ini adalah pertanda buruk. Kegelisahan mulai merayap ke hatinya.Semoga saja semuanya akan berjalan lancar di perjalanan ini.Para prajurit sudah terbiasa dengan perjalanan panjang. Mereka hanya tidur 4 jam setiap malam, tetapi tetap memperhatikan Andini selama perjalanan.Namun, kegelisahan yang muncul malam itu terus membekas di hati Andini. Dia sama sekali tidak bisa tenang.Seakan-akan me
Read more
PREV
1
...
282930313233
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status