All Chapters of Kusembunyikan Identitas dari Mertua: Chapter 21 - Chapter 30

57 Chapters

Diambang Kehancuran

"Apa maksudmu?" tanya Farid penasaran.Belum sempat Rosa menjawab, perempuan yang duduk di sebelah iparnya itu langsung membuka suara, ''siapa dia, Bang?" tanya wanita yang entah siapa namanya. "'Em, dia ...."Byurrrrrrrr! Tiara yang masih mengenakan baju tidur serta wajah yang kusut sebab belum sempat cuci muka, datang membawa amarah yang membuncah di dada. "Kamu yang siapa!" bentak Tiara, wajahnya memerah menahan gejolak amarah. "Aww! Kurang ajar!" Wanita yang duduk bersama Farid itu tak terima di perlakukan seperti ini oleh wanita yang entah dari mana datangnya. "Tiara!" sontak kedua mata Farid terbelalak melihat istrinya juga ada disini. "Bagus! Bukannya kerja kamu ya, Mas malah enak-enakan sama perempuan jal*ng! Kamu lupa, ada anak istri yang menunggu kepulangan kamu! Eh, ini malah asyik berduaan!" cecar Tiara, "kamu juga! Kegatelan deketin suami orang! Apa tidak laku sampai suami orang kamu embat!" Tiara mendekat lalu menjambak rambut wanita itu. Sedang wanita itu semakin
last updateLast Updated : 2025-01-05
Read more

Suamimu Emang Beda

Dengan perasaan cemas Rosa menerima panggilan dari suaminya, cemas sebab ia takut bila suaminya marah perihal kesepakatan yang mereka lakukan sebelum pernikahan. Namun, itu hanya perasaan nya saja, nyatanya, "halo, assalamualaikum, Mas," ucap Rosa kala panggilan telah tersambung. "Waalaikumsalam. Kamu di mana Ros?" "Em, aku ...." "Apa yang kamu katakan pada Papah?"Degh! Jantung Rosa semakin berdegup kencang. Apakah rasa khawatirnya ini akan jadi kenyataan? mengapa nada bicara suaminya tak seperti biasanya? ada apa dengannya? Rosa terus bertanya-tanya, "ada apa, Mas?" tanya Rosa yang tak ingin terus menduga-duga. "Jabatan aku naik, Ros! Pasti kamu pelakunya!" "Em,--" "Kenapa? Apa aku serendah itu di matamu?"Degh! Ada apa ini? Mengapa suaminya marah? Wanita itu sungguh tak mengerti dengan jalan pikiran lelaki yang sudah resmi menjadi imamnya 8 hari yang lalu. "Mas," lirih Rosa. Hanya itu yang mampu di katakannya sekarang. "Jangan karena aku seorang Security, dan kamu anak da
last updateLast Updated : 2025-01-05
Read more

Ketika yang Sombong Melawan Si Berkuasa

"Papah di mana?" tanya Rosa. Pak Erik kerap kali berpergian menjelajah dunia demi memperluas bisnisnya. "Di Kantor Nuansa.""Ohhh, jadi Papah yang ngurus langsung kenaikan jabatan Mas Hasan?" "Iya." Pasalnya, lelaki yang telah merangkap jadi ayah sekaligus Ibu untuk Rosa itu tidak ada di Kota Palembang. Setelah Rosa menikah, Pak Erik kembali ke Jakarta, ke kota asal mereka. Sedangkan Kota Palembang, hanya cabang bisnis. Namun, meskipun cabang, perusahaan mereka di anggap yang terbesar di Kota Palembang ini. "Ya sudah, Ros kesana sekarang, Pah." Selain menemui sang ayah, Rosa juga ingin menjelaskan pada suaminya jika tidak ada niat terselubung dia memberikan jabatan itu. **"Abang bawa saja mobilnya, nanti kalo pulang jemput aku. Aku mau ikut Abang pulang kerumah, dan menemui keluarga Abang, termasuk istri Abang yang bar-bar itu," kata Siska setelah mobil merah itu sampai di tempat tujuan. "Sayang, kamu serius?" "Aku serius, Bang! Aku ingin hubungan kita ini segera di halalkan.
last updateLast Updated : 2025-01-07
Read more

Mertua Julid, Ipar Pelit, Tetangga Tukang Gosip

"Ma-ksud, Bapak?" Farid semakin tergugup kala melihat banyak pasang mata yang seakan menertawakannya. "Tidak usah pura-pura gagu, mana mulutmu yang lancar bicara bila menghina orang!" "Jadi, Bapak beneran Pak Erik? Erik Wanda Suroso, pemilik perusahaan ini? Itu artinya ... Rosa ...," Farid sungguh tak percaya bila orang yang tadi di rendahkannya adalah pemilik perusahaan di tempatnya bekerja. Si pemilik yang tak pernah muncul, dan menampakan wujud, hanya sebatas nama yang selama ini ia tahu. "Iya! Dan ternyata kamu hama yang ada di dalam perusahaan saya!" kata Pak Erik, ia pun beralih menatap menantunya yang kini tengah berdiri di sebelah putri semata wayangnya. "Hasan, kamu boleh memecatnya, tapi bila tidak tega, kamu bisa menurunkan jabatannya," kata Pak Erik pada menantu yang kini telah resmi menjadi pemimpin di perusahaan Nuansa itu. "Baik, Pah," jawab Hasan patuh. Sontak Farid langsung menggelengkan kepalanya, dan menatap penuh mohon pada adiknya agar tidak memecatnya, apal
last updateLast Updated : 2025-01-08
Read more

Calon Adik Madu Untuk Tiara

"Papah ingin kalian tinggal di perumahan Grandvile, saja. Jaraknya juga tidak jauh dari rumah Bu Wati, jadi sesekali kalian bisa datang menjenguknya. Lagian, di rumah itu sudah ada banyak orang, apa kalian tidak risih?" ungkap Pak Erik yang sudah tak tahan lagi dengan isi kepalanya. Hasan hanya diam saja, keputusan ini ia serahkan pada istrinya. Dari awal dia juga ingin tinggal misah dari orang tua, tetapi mau bagaimana lagi? dia tak punya cukup uang untuk menyewa rumah, atau membeli perumahan elit. "Bagaimana, Mas?" Rosa malah balik bertanya pada Hasan yang sejak aksi ciu*annya kepergok oleh sang ayah hanya diam saja. "Aku nurut, Ros. Mana kamu nyaman, kita pergi." "Tapi ... bagaimana dengan Ibu?" "Ibu ...," pikiran Hasan menerawang jauh, benar kata istrinya, bagaimana dengan ibu? Apa bisa ibunya hidup damai tanpa dirinya, tapi ... selama ini sang ibu sangat membenci kehadirannya, dan baru kemarin sikapnya agak berubah. Apa harus dirinya pergi, dan tinggal jauh dari ibu? "Kal
last updateLast Updated : 2025-01-08
Read more

Mertua Plin-Plan

Bu Wati, Siska, maupun, Farid. Mereka duduk berjajar di sofa yang telah usang itu. Sofa yang di beli saat Pak Bowo masih jaya, kini usia sofa itu tak lagi muda, sama seperti pemiliknya yang sudah renta. "Kamu yakin mau jadi istri kedua Farid?" tanya Bu Wati langsung pada intinya. "Yakin, Bu. Kami sudah sepakat untuk menikah," jawab Siska cepat. Sedang Farid hanya diam saja, banyak pikiran yang berkecabang di kepalanya. Ia juga tak menyangka bila kedatangan Siska cukup di sambut baik oleh Ibunya. Ia fikir Siska akan di maki seperti yang ada di novel-novel karena sudah menjadi pelakor di dalam rumah tangga putranya, tapi ini ... mereka malah asyik berbincang seperti sudah saling mengenal satu sama lain. "Jadi kamu punya mobil, salon, dan juga rumah sendiri?" seru Bu Wati sedikit terkesan karena pembeberan dari Siska barusan. "Iya, Bu. Kalau Ibu pengen krimbat, atau pun smooting, Ibu datang saja ke salon saya. Untuk Ibu saya kasih gratis deh, nggak perlu bayar." "Ih, kamu serius?"
last updateLast Updated : 2025-01-08
Read more

Tega Kamu, Mas!

"Bu,--" "Jangan kamu pikir karena istrimu yang membiayai acara pengajian Ibu besok, kamu jadi seenaknya berulah! Tidak, Hasan! Aku ini Ibumu! Aku yang melahirkanmu! Tidak pantas kau membentakku hanya karena wanita ini!" cecar Bu Wati, tatapannya sinis memandang Hasan, dan juga Rosa yang berdiri di hadapannya. "Astagfirullah, Bu,--" Lagi ... Hasan mau menjelaskan, tetapi dengan cepat Bu Wati menyangkalnya. "Halah! Sudah, tidak usah mengomel! Sana cuci piring ajak istrimu! Ibu capek seharian masak nggak ada yang bantu!" 'Salah Ibu sendiri, udah tau cuma pengajian biasa, gaya banget pake nyuguhin banyak makanan, kayak mau lamaran aja, eh giliran acara lamaranku kemarin, makanannya bisa di hitung!' Rosa menggerutu dalam hati. Ia pun melenggang pergi begitu saja tanpa memperdulikan omelan sang mertua. Rosa melewati Farid, dan juga wanita bertubuh gempal yang tengah duduk di sofa usang itu, tetapi sebelum langkahnya berhasil melewati mereka, calon istri iparnya itu berdiri, dan meneg
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

Apa Aku Tak Lagi Berarti?

Air mata itu keluar begitu saja tanpa permisi. Rasanya sakit, benar-benar sakit. Tiara melirik putri kecilnya yang tengah asyik beramin di atas kasur. Usianya baru dua tahun, bila perceraian terjadi ... alangkah malang nasib anak itu. "Tega kamu khianati aku, Mas! Sebelas tahun aku bersabar hidup miskin bersamamu! Sekarang kamu punya jabatan, jadi seenaknya mempermainkanku! Tunggu, Mas ... tunggu saja! Tidak akan ku biarkan dia memilikimu!" gumam Tiara, ia menghapus jejak air mata dari wajahnya, dan beranjak dari sana. Tidak, bukan untuk melabrak suami, dan calon madunya, tetapi Tiara ingin mengumpulkan sesuatu sebelum dirinya melakukan aksinya.Sedangkan di ruang tamu, "sttttt ... jangan bilang-bilang nanti ada yang dengar!" kata Farid seraya celingukan. Rumah ini begitu sepi, ia pun penasaran kemana sosok istri bawelnya. Mengapa dari tadi tak terlihat batang hidungnya, sedang pertengkaran sudah terjadi, biasanya Tiara maju paling depan. "Ya biarin, Bang. Toh, pada akhirnya kita b
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

Kemaluan yang Hampir Putus

"Bukan begitu, Sayang ...," kata Farid, entah mengapa dadanya brgitu sesak mendengar penuturan dari istrinya. "Lalu?" Tiara menatap lekat manik mata itu. Manik mata yang di kira suci, ternyata mampu menyimpan seribu kedustaan. "Sebelas ... sebelas tahun kita sudah bersama, Dek." "Hanya itu yang kamu ingat, Mas?" tanya Tiara. Farid tak mampu berkata, ia masih membaca situasi, sebenarnya kemana arah pembicaraan ini."Sebelas tahun kita bersama dalam ikrar suci pernikahan, lalu masa sebelum menikah? Bukankah kita lama berpacaran? Jadi berapa tahun kita sudah bersama, Mas?" "Sebenarnya apa yang ingin kamu katakan, Dek. Langsung saja, jangan berbelit-belit begini!" kata Farid. Tiara pun tersenyum, dan semakin dalam menatap manik mata itu, "aku hanya bertanya, Mas. Mengapa kamu jadi marah begini?" kata Tiara yang tak mau kalah. "Sudahlah, aku lelah!" Farid mengakhiri obrolan ini, ia menarik selimut lalu memejamkan matanya, tanpa memperdulikan wanita yang ada di sebelahnya. "Kamu lel
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

Hukuman Keji Untuk Farid

Lalu disini, siapa yang salah? Farid kah? atau Tiara? Farid yang selingkuh karena bosan dengan istrinya, dan Tiara yang murka karena di selingkuhi suaminya. Keduanya sama-sama salah, semua bisa terjadi karena renggannya komunikasi. "Aku tidak pernah menyesal telah memotong barangmu, Mas! Yang membuatku menyesal, mengapa harus aku melawan orang tuaku hanya untuk menikah denganmu, bila akhirnya kita harus seperti ini!" omel Tiara di sepanjang jalan. Kakinya terus melangkah tak tentu arah. Entah kemana tujuannya sekarang, yang pasti dia ingin segera menjauh dari kampung ini, kampung yang sudah sebelas tahun menjadi tempatnya bernaung. "Mama," panggil Chika, gadis kecil itu baru tersadar dari tidur panjangnya. "Kenapa sayang?" sambil menggendong anaknya, Tiara terus berjalan dengan langkah cepat menelusuri gelapnya malam. "Chika kenapa di gendong, Mamah? Kita mau kemana?" tanya bocah dua tahun itu. "Kita mau ...," lama Tiara menggantung ucapannya, sebab ia pun tak tahu harus kemana,
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more
PREV
123456
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status