Semua Bab Kusembunyikan Identitas dari Mertua: Bab 11 - Bab 20

57 Bab

Jujur

"Hehehe," cengir Bu Wati, "sudah Ibu bilang, 'kan. Pengajian kali ini Ibu mau beda dari yang lain. Ibu mau ...." "Ya nggak gitu juga kali, Bu. Takutnya, terlalu banyak menu nanti nggak ke makan, 'kan sayang, Bu. Mubazir." "Ih, kamu nggak tahu aja, ibu-ibu kampung sini kalau pengajian. Mereka pada bawa anak, dan juga kalau makanan masih tersisa mereka bakal bawa pulang, jadi kamu tenang saja, menu sebanyak itu tidak akan mubazir. Semua pasti habis ludes tanpa sisa." "Ibu yakin?" "Yakin, dong." "Ya sudah, Ibu buat list saja makanan apa yang Ibu mau. Saya akan buatkan semua itu sendiri." "What! Kamu yang akan buat? Sebanyak itu?" Bu Wati tak percaya dengan yang di katakan oleh menantunya barusan, pasalnya di pengajian-pengajian sebelumnya kedua menantunya yang lain tidak ada yang mau turun tangan, atau pun ikut pusing dalam mengadakan acara itu. Namun, sangat berbeda dengan kali ini, menantu barunya itu denga
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-28
Baca selengkapnya

Songong

"Kenapa, Bu?" Rosa sangat tertarik dengan perbincangan ini, sebab dia pun penasaran mengapa sikapnya begitu beda terhadap Hasan, padahal putra kandungnya. Ah, tapi apa jangan-jangan Hasan cuma anak pungut? "Karena Ibu sudah tidak ingin hamil lagi, tapi Tuhan berkata lain. Tuhan mengirimkan Hasan di saat perekonomian sulit. Itulah kenapa Ibu sangat membencinya. Di tambah, semenjak Farid menikah Hasan tidak pernah memberi uang belanja, tapi ternyata Ibu yang salah menilai. Semua karena mulut manis Tiara!" Oooo, dalam hati Rosa mengerti betapa sulit hidup dengan ekonomi terjepit. Karena dulu dia pun mengalami hal yang sama, hidupnya tidak langsung sukses, ada masa tersulit yang juga ia lalui tanpa seorang Ibu. "Tapi sekarang Ibu sudah tahu, 'kan siapa Mas Hasan, dan siapa Tiara?" ucap Rosa menimpali. "Iya ... Ibu menyesal telah bersikap kasar pada Hasan selama ini." "Tidak perlu di selali, Bu. Semua sudah berlalu. Mulai sekarang Ibu hanya perlu bersikap adil pada anak maupun menant
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-29
Baca selengkapnya

Tadi Uang, Sekarang Motor

"Kenapa kamu yang malu, Dek?" "Ih, pake nanya segala! Semua gara-gara kamu, Mas! Di telfon berulang kali bukannya di angkat! Aku pikir motor itu kamu yang beli, dan sengaja nggak kasih kabar, karena mau bikin kejutan. Makanya ku bilang sama Nanik motor itu kejutan dari kamu!" "Nah terus? Apa masalahnya? Si Nanik pasti percaya, 'kan sama omongan kamu?" "Awalnya iya ... tapi si Doni tukang ojek kamvr*t itu datang. Sialnya dia yang mengantar Rosa ke Sorum ...," Tiara tak melanjutkan ucapannya, sebab dia pun malu bila mengingat kejadian tadi, 'ah, sial banget, sih! Kenapa juga harus ku naiki motor tadi! Bodoh, bodoh, bodoh!' umpatnya dalam hati merutuki kelakuan konyolnya tadi. "Udah kamu tenang aja, nanti kita juga beli motor seperti itu." "Iya, Mas, pasti! Jangan mau kalah sama si Hasan! Lagian, gaji Mas itu besar, kenapa juga beli motor saja tidak mampu!" "Kamu lupa, Dek? Semua gaji Mas kamu yang atur, jadi jangan salahkan Mas bila motor saja tidak kebeli, karena kamu yang tida
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-30
Baca selengkapnya

Semua Karena Duit

Hasan memarkirkan motornya di halaman rumah, di teras hanya ada sang ayah sendirian tengah memandikan burung perkutut kesayangannya, tidak ada bayang-bayang dari Farid, atau pun Rohim serta anggota keluarga yang lain. Sebenarnya pada kemana mereka pergi? Kenapa rumah terlihat sepi, tumben sekali. "Assalamualaikum, Pak," ucap Hasan seraya duduk di kursi yang ada di teras rumahnya. "Waalaikumsalam," sahut Pak Bowo, tangannya masih asyik menyemprotkan air ke burung yang ada di dalam sangkar itu. "Kok sepi, pada kemana, Pak?" "Ndak tahu, Bapak." "Kalau Rosa?" "Tadi istrimu pergi ke pasar sama Ibu." "Kepasar? Sama Ibu?" Hasan mengulangi ucapan ayahnya untuk memastikan bahwa dirinya tak salah dengar. "Iya," jawab Pak Bowo singkat.Lelaki tua itu kerap kali bicara irit. Membuat lawan bicaranya jadi mati oleh rasa penasaran, "ndak salah apa, Pak? Ibu pergi sama Rosa?" ulang Hasan bertanya pada sang ayah. "Yo, ndak. Memangnya kenapa?" "Ibu, 'kan ndak suka sama Rosa, Pak." "Yo itu ke
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-31
Baca selengkapnya

Si Pemilik Mobil

Tepat pukul 22:45, lelaki yang hampir belasan tahun sudah menjadi imam untuknya, berdiri di depan pintu kamar dengan keadaan yang tak biasa. Farid berjalan sempoyongan masuk ke dalam kamarnya. Tiara yang memang tidak bisa tidur sebab menahan lapar di perut, jadi gelabakan melihat suaminya pulang dalam keadaan mabuk. "Mas!" pekik Tiara, sontak ia langsung menghampiri suaminya, dan membopongnya naik ke atas tempat tidur, "kamu dari mana saja! Kenapa pulang dalam kondisi mabuk? Kamu habis party? Sama siapa? Kenapa aku tidak di ajak?" cecar Tiara beruntun, tetapi karena Farid yang sudah mabuk berat tak mengidahkan ucapan istrinya. Ia tergeletak begitu saja saat tubuhnya mendarat di kasur empuk itu. "Mas! Jawab aku tanya!" "Mas!" "Mas!" Tiara menggoyanggakan tubuh suaminya, tetapi yang di dapat malah hembusan nafas berbau akohol yang begitu menyengat. Sedang kedua matanya sudah terpejam. "Mas, ih! Aku nungguin kamu lo dari tadi! Kamu malah mabuk gini! Aku laper, Mas! Ambilin aku m
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-01
Baca selengkapnya

Jawaban Rosa

"Ya sudalah, yang penting Mas Farid sampai rumah dengan selamat."Tiara sama sekali tak perduli dengan apa yang di lakukan suaminya, dibelakangnya. Bagi Tiara, semua gaji masuk ke dompetnya saja sudah lebih dari cukup. Sisanya, dia sangat percaya bahwa suaminya itu tidak akan berani neko-neko di belakangnya. "Ayo, Mas tidur. Cape banget rasanya," ajak Rosa setelah dapur telah kembali bersih. "Ayo," sahut Hasan dengan cepat. Tinggalah Tiara seorang diri di dapur. Sepiring nasi dengan lauk tempe goreng telah habis tak bersisa. Perutnya yang tadi sibuk minta di isi, kini sudah damai, tentram. Tak ada lagi suara misterius yang keluar dari sana. Dengan langkah gontai, Tiara pun kembali ke kamarnya, meninggalkan piring bekas makannya di atas meja, tanpa ada niatan untuk meletakkan di wastafel apa lagi mencucinya. Dia pun ikut berbaring di sebelah suaminya yang sudah berlabuh ke alam mimpi sejak sampai rumah beberapa menit yang lalu. "Mikir apa, Mas?" tanya Rosa yang kini tengah berbari
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-01
Baca selengkapnya

Ini Mimpikah? Atau Nyata?

Mendadak suasana menjadi horor. Rosa, tatapannya begitu tajam menatap Nanik maupun Bu Ambar secara bergantian. "Jadi 65 ribu, Neng," ucap Pak Jamal setelah menghitung ikan, gorengan, dan juga sayuran yang di beli Rosa. Rosa pun menyodorkan uang kertas senilai seratus ribu. Nanik yang melihat Rosa begitu berbeda ketika berbelanja di bandingkan Tiara pun tak bisa menahan untuk tidak berkomentar, "Kalau mbak Tiara, suka belanja bayem, tempe, dan ikan asin. Beli ikan laut atau pun ayam cuma seumprit, mungkin cukup untuk perutnya sendiri, beda banget sama kamu, Ros," ungkap Nanik yang diam-diam telah menyimpan rasa kagum pada wanita ini. "Alhamdulillah, lagi ada, Mbak," jawab Rosa, wajahnya biasa tanpa ekspresi sebab tak mau memberi hati pada Bu-Ibu ini. "Ini, Neng kembaliannya." "Terimakasih, Pak," ucap Rosa seraya mengambil sisa uang belanja lalu pergi dari sana. Setelah kepergiannya, mulailah Bu-Ibu itu saling berbisik membicarakan keluarga Bu Wati. Terutama Bu Ambar, wajahnya di t
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-02
Baca selengkapnya

Lagi-Lagi Tercengang Karena Rosa

"San?" panggil Bu Wati lagi. Hasan langsung berjalan menghampiri Ibunya yang sedang asyik menguliti kentang. "Kopi saja, Bu," jawab Hasan akhirnya. "Oke," sahut Bu Wati enteng, ia pun langsung berdiri bersiap untuk membuatkan kopi untuk Hasan, putra bungsunya. Sungguh luar biasa, perubahan Bu Wati begitu cepat. Tidak seperti kemarin yang bangun tidur sibuk meminta kopi susu, hari ini dialah yang akan membuatkan kopi untuk putranya. "Kamu Ros? Mau minum apa?" tanya Bu Wati pada Rosa yang kini tengah mencuci ikan-ikan itu."Tidak, Bu. Saya tidak biasa minum pagi," jawab Rosa. "Eumm, ya sudah." Bu Wati manggut-manggut memberi tanda bahwa dirinya telah mengerti. Hasan segera ke kamar mandi, tetapi sebelum itu dirinya melirik Rosa, memberi isyarat melalui mata, 'ada apa dengan Ibu?' Rosa yang mengerti akan kebingungan suaminya, hanya tersenyum membalas isyarat itu.  *** Di luar, jauh dari kediaman Bu Wati, Bu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-02
Baca selengkapnya

Hasil Dari Menguntit Rosa

"Beliau Kes bayar dimuka," tambah wanita itu, "39 juta, tanpa kredit," ucapnya lagi.Bu Ambar semakin syok di buatnya, badannya linglung seakan tak mampu menopang tubuh. "Bu ... Ibu kenapa?" tanya pegawai sorum itu, dengan cepat ia menangkap Bu Ambar yang terlihat sempoyongan. "Aqua ... saya butuh aqua," lirihnya bahkan nyaris tak terdengar. Para pegawai sorum itu mendadak heboh, sebab Bu Ambar yang tiba-tiba terduduk lemas di lantai. Ada yang mengambil minum, ada juga yang mendekati Bu Ambar hanya untuk melihat keadaannya. "Minum dulu, Bu," ucap wanita itu. Dengan tangan bergetar Bu Ambar meraih gelas itu, dan meneguk isinya hingga habis tak bersisa. Glegek ...Glegek ...Glegek ... Ada juga yang mengoleskan minyak kayu putih ke bagian kening, dan menyuruh Bu Ambar untuk menghirup aromanya. "Ibu belum sarapan?" tanya pegawai sorum itu. Dia tak tahu saja bila penyebab pelanggannya tiba-tiba linglung seperti itu karena mendengar nama Rosa, menantu Bu Wati yang tak ia sukai. Mer
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-03
Baca selengkapnya

Manager dan Security

Tiara tercengang melihat pemandangan yang ada di hadapannya. Di satu sisi ia sangat ingin menghampiri, dan menghajar perempuan yang sedang bersenda gurau bersama suaminya, tetapi di sisi lain, ada hal yang lebih mengejutkan lagi di banding perselingkuhan suaminya. "Bu," sapa Adinda perempuan yang tadi menelfon Rosa. Suasana yang tadinya riuh, mendadak hening, bahkan sepasang kekasih yang ada di pojok ruangan itu juga ikut terdiam, terutama Farid yang menyadari keberadaan Rosa. Namun, di lihatnya Rosa tengah fokus berbincang dengan Bu Ambar, dan beberapa karyawan Cafe ini. Farid rasa Rosa tak akan menyadari keberadaannya. Ia pun memperhatikan Rosa dari kejahuan, ada rasa penasaran juga, sebab sejak tadi Bu Ambar sibuk meminta untuk bertemu dengan si pemilik cafe, lalu setelah kedatangan Rosa mendadak semua menjadi diam, termasuk Bu Ambar, 'apakah Rosa Pemiliki Cafe ini?' monolog Farid dalam hati. "Heh! Kamu lagi, kamu lagi!" cecar Bu Ambar ketika Rosa menghampirinya. "Jadi maksudm
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-03
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status