Semua Bab Istri Pesanan CEO: Bab 11 - Bab 20

146 Bab

Bertukar Keringat

PS: ada adegan 21. Skip saja bagi yang tidak suka.***Kanya memandang hampa pada hamparan air biru di sekelilingnya. Saat ini ia sedang duduk melamun sendiri di depan water villa yang ditempatinya bersama Raven. Iya, baru beberapa jam yang lalu mereka tiba di Maldives. Raven merealisasikan janjinya untuk mengajak Kanya berbulan madu. Harusnya saat ini Kanya merasa bahagia. Tapi yang terjadi hatinya gundah gulana. Perkataan Aline kemarin begitu meresahkan. Membuat Kanya tidak bisa berhenti memikirkannya. Jika Kanya tidak berhasil hamil dan memberi Raven anak maka pria itu akan menceraikannya dan mencampakkan Kanya. Kemudian Raven akan menikah lagi dengan perempuan lain yang jauh lebih subur dan menghasilkan. Kanya khawatir, jika Raven menceraikannya ia harus pergi ke mana? Kanya tidak lagi memiliki tempat tinggal. Kanya tidak ingin kembali pada orang tuanya. Pengalaman mengajarkan Kanya akan banyak hal. Bukan tidak mungkin kedua orang tuanya akan kembali menjual Kanya. Dan kali ini p
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-13
Baca selengkapnya

Saya Tidak Berani Mencintai Kamu

Elusan Raven di punggung Kanya spontan berhenti. Jujur saja, pertanyaan yang diajukan istrinya mengagetkan Raven.Sesungguhnya Raven memesan Kanya pada bawahannya lantas membeli perempuan itu dan menikahinya semata-mata karena rahimnya. Namun kemudian Raven teringat pada pesan dokter Gatra. Dirinya atau pun Kanya jangan sampai stres agar program hamil tersebut berhasil. Jadi Raven cukup bijak untuk hal ini.“Kenapa bertanya begitu?” ucapnya kemudian.“Saya hanya bertanya. Saya takut usaha kita sia-sia dan kamu akan menceraikan saya. Saya udah nggak punya siapa-siapa.” Suara Kanya tenggelam di dada Raven.“Bagi saya tidak ada yang sia-sia. Yang penting kita sudah mencoba.” Raven menjawab sambil menghadiahkan kecupan di kepala Kanya.Namun bukan jawaban itu yang ingin Kanya dengarkan. Yang Kanya butuhkan adalah kepastian bahwa Raven tidak akan mencampakkannya jika Kanya gagal memberi keturunan. “Udah yuk, kita mandi dulu lalu makan.”Kanya terpaksa menyingkir dari pangkuan Raven setela
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-13
Baca selengkapnya

Ceraikan Perempuan Itu Setelah Anaknya Lahir!

Raven mengusap tanda terima telepon di layar gawainya yang seketika langsung membuatnya terhubung dengan Aline. "Halo, Lin." Ia menyapa dengan gayanya yang khas. Tenang, cool, dan berwibawa."Rav, maaf aku mengganggu. Aku tahu kamu lagi happy-happy, tapi aku terpaksa menelepon." Suara Aline langsung terdengar tanpa salam pembuka.Entah mengapa Raven merasa kurang suka mendengar kata 'happy-happy' itu. Seakan Raven sengaja meninggalkan Aline dalam keadaan yang menyedihkan."Sama sekali nggak mengganggu, ada apa, Lin?""Aku cuma mau tanya obatku kamu letakkan di mana?"Raven melempar pandangannya menembus jendela jauh ke lautan lepas sembari mengingat obat yang dimaksud Aline. Tempo hari Raven memang menemani Aline berobat rutin seperti kebiasaannya selama ini."Bukannya kamu yang pegang?" ujar Raven kemudian."Memang sama aku tapi yang satunya kamu yang pegang. Masalahnya sekarang perutku sakit. Aku butuh obat itu." Aline mencerocos tanpa henti. Sesaat setelahnya barulah ia tersadar
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-13
Baca selengkapnya

Diusir

Meskipun kaget atas kehadiran Kanya yang tidak diduganya, Raven tetap bersikap tenang seperti biasa.“Kamu sudah lama berdiri di sini?” tanyanya pada Kanya, jadi ia bisa memperkirakan sudah sebanyak apa Kanya mendengarkan percakapannya dengan Marissa tadi.Kanya menggeleng pelan. Ia baru berada di sana dan tidak bermaksud menguping.Mengetahuinya, Raven mengembuskan nafas lega. Syukurlah.“Rav, menurut saya gimana kalau kita pulang sekarang? Kasihan Aline.”“Tapi kita masih dua hari di sini. Kita belum melakukan banyak hal,” jawab Raven keberatan.“Nggak apa-apa, Rav. Walau Cuma sebentar tapi saya sangat senang. Lagi pula, kita nggak mungkin senang-senang di sini sedangkan Aline sakit di rumah. Dia butuh kamu.”Ucapan yang disampaikan Kanya membuat Raven tertegun. Betapa mulia hati istri mudanya ini. Tidak terlihat secercah pun rasa kesal di wajah jelitanya. Mungkin jika terjadi pada perempuan lain mereka akan jengkel setengah mati.“Baik.” Pada akhirnya Raven memutuskan menyudahi bul
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-14
Baca selengkapnya

Sepi Tanpamu

Kanya melangkah cepat keluar dari rumah Aline. Sedangkan Raven hanya bisa memandangi istrinya itu dengan sorot tak mengerti. Apa yang terjadi pada Kanya? Kenapa istrinya begitu? Tersadar dari ketermanguan, Raven berniat mengejar Kanya. Ia tidak mungkin membiarkan perempuan muda itu pulang sendiri. “Kanya, tunggu dulu!”“Raven, kamu mau ke mana?” Marissa mencekal lengan Raven agar tidak pergi.“Aku mau mengejar Kanya, Ma, dia nggak mungkin pulang sendiri.”“Kenapa tidak? Dia itu sudah besar dan sehat wal’afiat. Badannya segar bugar. Sedangkan Aline? Kamu nggak usah kejar dia. Dia nggak akan hilang. Aline yang lebih butuh kamu.” Marissa melarang sambil tetap mencekal lengan Raven.“Ma, tolong lepaskan tanganku. Aku harus mengantar Kanya dulu, nanti aku akan ke sini lagi.”“Mama nggak percaya. Kalau kamu sudah pulang ke sana kamu lupa balik ke sini. Entah pelet apa yang dikasih perempuan itu.”“Astaga, Ma. Mama boleh nggak suka sama Kanya, tapi tolong jangan tuduh dia yang macam-macam
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-14
Baca selengkapnya

Kenyataan Pahit

Kanya membuka matanya pelan-pelan. Ia memandang bingung ke sekelilingnya. Kanya tidak lagi berada di taman. Tidak ada meja dan kertas-kertas di atasnya. Ternyata saat ini ia sedang berada di kamarnya.“Kamu tadi pingsan, Kanya.” Dola memberitahu, menjawab pertanyaan yang menggantung di kepala Kanya.“Pingsan?” ulang Kanya bingung. Sesaat kemudian ia berhasil mengingat. Tadi mendadak ia merasa sakit perut. Karena tidak sanggup menahannya tiba-tiba Kanya tidak sadarkan diri. Dan di sinilah dirinya sekarang.“Kanya, mau aku panggilin dokter?” tanya Dola meminta pendapat Kanya.“Nggak usah, Dola. Saya udah nggak apa-apa. Tadi saya pingsannya berapa lama?”“Paling sekitar sepuluh menit.” Dola menjawab sambil memandang jam tangannya. “Kalau sampai lima menit lagi kamu nggak sadar aku beneran mau manggil dokter ke sini.”“Jangan, Dola, saya sudah baikan. Terima kasih banyak.” Kanya melarang dan tidak ingin bersikap berlebihan.“Kalau begitu nggak apa-apa kan kalau aku tinggal dulu?”“Nggak a
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-14
Baca selengkapnya

Berapa Harga Saya?

Kanya belum siap untuk menghadapi Raven. Ia sungguh tak sanggup melihat kekecewaan di raut gagah itu. Bukan itu saja. Bukan hanya Raven yang akan kecewa, tapi sejujurnya Kanya juga kecewa atas apa yang terjadi pada dirinya.Kanya mulai menghitung mundur dari sepuluh. Tepat pada hitungan ketiga pintu kamarnya terbuka bersamaan dengan wajah Raven yang menyembul dari luar. Muka pria itu tampak lelah seakan menggambarkan kekusutan pikirannya. Tapi bagi Kanya pesona Raven tidak memudar. Suaminya masih segagah biasa dalam balutan kemeja putih yang begitu ideal dengan body-nya. Badan Raven sangat bagus, otot-ototnya terbentuk dengan sempurna. Kanya tidak akan mengingkari hal tersebut.Raven mengayunkan kaki mendekati Kanya yang tampak gugup menyambut kedatangannya. Warna pucat di kulitnya masih bersisa di wajah Kanya saat Raven hanya berjarak hitungan sentimeter dengan istrinya itu.“Bibi bilang tadi kamu pingsan," ucap Raven pelan sambil menahan kecemasan jauh di dalam hati.Kanya kaget. Se
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-15
Baca selengkapnya

Jalan Yang Mulai Terbuka

Tanpa terasa tujuh hari berlalu. Dan selama itu pula Raven tidak pulang. Lelaki itu benar-benar membuktikan kata-katanya. Raven seakan tahu bahwa Kanya masih terlarang untuk disentuh.Kanya masih menstruasi. Berbeda dengan biasanya volumenya jauh lebih sedikit akan tetapi rasa sakitnya sangat menggigit. Berkali-kali Kanya merasa hampir pingsan. Dan saat tidak tahan lagi Kanya langsung mengonsumsi obat pereda nyeri yang membuatnya sedikit lebih baik.Kanya juga mulai membiasakan diri hidup tanpa Raven. Sejak perkataan Raven yang menyakitkan Kanya berhenti berharap. Terserah laki-laki itu mau pulang atau tidak. Kalau dia datang Kanya akan terima baik-baik, tapi kalau tidak juga bukan masalah. Walau terkadang Kanya merasa kesepian. Kanya tidak akan mengingkari jika ia merindukan Raven. Tapi setiap teringat kejadian itu rasa sakit kembali menusuk.Kanya tahu sangat mustahil mengganti uang Raven yang jumlahnya tidak sedikit. Namun Kanya bertekad suatu saat akan mengganti uang itu entah ba
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-15
Baca selengkapnya

Surprise

Raven baru saja menginjakkan kaki di bandara setelah pesawat yang membawanya mendarat dengan selamat. Rasanya sudah tidak sabar ingin segera tiba di rumah. Selama hampir sepuluh hari ini ia berada di daerah guna menyelesaikan masalah sengketa lahan. Hasilnya ternyata tidak sia-sia. Raven dengan timnya berhasil memenangkan kasus tersebut. Namun, semua tidak selesai dengan begitu saja. Raven harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit sebagai ganti rugi atas lahan yang diklaim penduduk setempat sebagai milik mereka.“Kita ke mana dulu, Pak?” tanya Rudi yang saat itu menjemput Raven ke bandara. Pria itu ingin mengetahui apa Raven akan pulang ke rumah istri pertama atau kedua.Raven terdiam selama hitungan detik. Saat ini ia merindukan Kanya. Setelah kejadian saat itu tidak sekali pun Raven menghubunginya sebagai bentuk kemarahannya pada istrinya itu. Lalu setelahnya Raven disibukkan oleh masalah perkebunan.Belum sempat Raven menyampaikan jawabannya pada sang supir, suara ponselnya memb
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-15
Baca selengkapnya

Tolong Pelan-Pelan

Kanya membiarkan mobil Davva meninggalkannya sebelum menarik langkah. Sementara Raven masih belum melepaskan tatapan dari wajahnya.Kanya tidak menyangka jika Raven akan pulang setelah sekian lama tidak mengabarinya. Kemunculan laki-laki itu secara mendadak terang saja mengagetkan Kanya. Ia belum menyiapkan jawaban apapun jika lelaki itu bertanya tentang apa yang dilakukannya.Di luar dugaan Kanya, Raven tidak berkata apapun. Pria itu melangkah duluan. Kanya mengekor di belakangnya dengan perasaan harap-harap cemas. Sepertinya Raven tidak marah. Ia masih mengunci rapat mulutnya. Namun setelah masuk ke kamar dan mengunci pintu, Raven mulai menginterogasi.“Kamu dari mana saja jam segini baru pulang?” Suara Raven sama dingin dengan wajahnya.Kanya meremas ujung bajunya. Apa yang harus ia katakan?“Saya lagi nanya sama kamu, Kanya,” ucap lelaki itu lagi karena belum mendapat jawaban yang dinginkannya.Kanya tidak punya alasan untuk berkilah. Ia hanya memiliki satu pilihan, yaitu bicara s
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-16
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
15
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status