บททั้งหมดของ Istri yang Tergadai : Menjadi Kekasih Gelap Tuan CEO: บทที่ 91 - บทที่ 100

133

Seperti Pengantin Baru

Di bawah selimut tebal, dua insan masih terlelap di alam mimpi. Tubuh mereka saling menyatu dalam dekapan kehangatan setelah malam panjang yang penuh gairah. Napas mereka beriringan, teratur, dan tenang, seolah enggan berpisah dari satu sama lain meski pagi telah tiba.Namun, kedamaian itu perlahan terusik oleh dering ponsel yang memenuhi ruangan. Nada dering yang nyaring menusuk keheningan, membuat Joya menggeliat pelan dalam pelukan Alastar. Dengan malas, ia membuka matanya yang masih terasa berat. Sekilas, Joya melirik ke arah ponsel yang terus bergetar di atas nakas. Ia menguap kecil, tubuhnya terasa begitu lelah, seakan baru menempuh perjalanan panjang. Dan itu semua karena ulah Alastar semalam.Pipi Joya merona begitu mengingat apa yang telah terjadi di antara mereka. Wajahnya memanas, malu sendiri dengan pikirannya yang tiba-tiba berkelana ke malam yang penuh hasrat itu. Rasanya, Joya ingin menyembunyikan diri di balik selimut, tetapi dering ponsel yang tak kunjung berhenti m
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-27
อ่านเพิ่มเติม

Keluarga Kecil

Joya menggigit bibir bawahnya, menimbang-nimbang apakah ia harus mengangkat panggilan itu atau mengabaikannya saja. Namun, sebelum ia bisa mengambil keputusan, Alastar telah lebih dulu bergerak. Ia meraih ponsel dari tangan Joya, menekan tombol merah, dan membiarkan panggilan itu terputus begitu saja."Alastar…," Joya berbisik, ada sedikit kebingungan dalam suaranya.Alastar menghela napas berat, lalu menatap Joya dengan serius. "Aku tidak ingin dia merusak hari kita, Baby. Jangan biarkan dia mengacaukan kebahagiaan yang baru saja kita mulai," ujarnya penuh ketegasan.Joya menatap mata Alastar, melihat ketulusan di sana. Perlahan, ia mengangguk. Hari ini bukan tentang masa lalu. Hari ini adalah tentang dirinya, tentang kebahagiaan yang ingin ia raih bersama pria yang ada di sisinya sekarang. Dan ia sadar, bersama Alastar ia mulai menemukan makna cinta yang sebenarnya."Bagus. Ayo kita pergi. Bryan pasti sudah tidak sabar menunggu,” pungkas Al
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-28
อ่านเพิ่มเติม

Dilema yang Tersembunyi

Di dalam toilet restoran, Alastar bersandar pada wastafel, menatap refleksi wajahnya di cermin. Napasnya bergetar halus saat ia merogoh ponselnya dan menekan tombol panggilan balik. Begitu nada sambung berakhir, suara bariton yang familiar terdengar di ujung sana. Itu adalah suara dokter pribadinya."Akhirnya kau menelepon balik juga," sapa seorang pria, nada bicaranya terdengar tegas tetapi sedikit cemas. Alastar menghela napas, berusaha terdengar santai. "Ada apa, Dok?" tanyanya, meskipun dalam hati ia sudah bisa menebak arah pembicaraan ini."Alastar, kenapa kau belum juga datang untuk pemeriksaan lanjutan? Ini bukan sesuatu yang bisa kau tunda terlalu lama." Nada suara sang dokter semakin serius.Alastar mengusap wajahnya dengan satu tangan."Aku belum bisa, Dok. Masih ada hal penting yang harus aku urus saat ini. Aku juga sedang bersiap untuk menikah dengan calon istriku."Dari seberang telepon, terdengar helaan napas panjang. "Alastar, aku tahu kau keras kepala. Tapi, kondisim
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-28
อ่านเพิ่มเติม

Seberapa Penting Aku Bagimu?

Dengan hati-hati, Joya mengambil ponselnya dari dalam tas. Tangannya sedikit gemetar saat ia menekan nomor yang sudah tersimpan. Ia berharap Alastar tidak akan kembali lebih cepat dari yang ia perkirakan.Nada sambung terdengar beberapa kali. Joya berpikir bahwa Denis yang lebih dahulu mengangkat telepon itu. Tak disangka, suara lembut sang ibu mertua yang menjawab di ujung telepon.“Joya. Akhirnya kamu menelepon juga, Nak,” sapa Bu Dewi. Seketika, rasa bersalah kembali menyelimuti Joya. Kendati ia benci dan muak pada Denis, semestinya ia tidak boleh mengabaikan sang ibu mertua. “Ibu… maafkan saya. Saya seharusnya menelepon lebih cepat.”Tidak ada kemarahan dalam suara Bu Dewi, hanya kehangatan yang membuat hati Joya semakin sesak. “Nak, seharian ini Ibu gelisah memikirkanmu. Kamu baik-baik saja di mess karyawan?”Joya menelan ludah. “Saya baik-baik saja, Bu. Ibu sendiri bagaimana?”“Ibu sehat. Hanya saja … Ibu merindukanmu.”Joya menutup mata sejenak, merasakan dorongan emosi yang
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-28
อ่านเพิ่มเติม

Tidak Bisa Menunggu

Joya mendongak, menatap Alastar dengan heran. Alih-alih langsung menjawab, ia justru balas bertanya."Seberapa pentingkah benteng pertahanan, bagi sebuah kota yang diserang musuh?"Alastar mengernyitkan dahi, tidak mengerti arah pembicaraan Joya. "Tentu saja sangat penting. Tanpa benteng pertahanan, kota itu akan jatuh dalam sekejap."Joya tersenyum tipis, lalu berkata, "Seperti itulah gambaran dirimu bagiku, Alastar. Sekarang kau adalah peganganku, perlindunganku, dan sandaran hidupku. Tentu saja kau sangat berarti dan penting bagiku." Dalam hitungan detik, bibir Joya tiba-tiba mengerucut, sorot matanya berubah lebih tajam. "Pertanyaanmu itu aneh. Apa kau ingin meninggalkanku karena sudah bosan?"Mendengar nada tersinggung dari suara Joya, Alastar langsung menangkup kedua pipi sang kekasih, membuatnya menatap lurus ke dalam matanya. "Jangan marah, Baby. Aku tidak berniat meninggalkanmu. Aku hanya ingin menjadi satu-satunya dalam hidupmu."Pipi Joya semakin memerah mendengar pengak
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-01
อ่านเพิ่มเติม

Merawat Bayi Besar

Alastar menatap wajah Joya yang terlihat begitu cemas, matanya yang indah berkilat-kilat, penuh kekhawatiran yang sulit disembunyikan.Merasa bersalah telah membuat wanita itu risau, Alastar segera meralat ucapannya. Ia menghela napas panjang, lalu dengan suara yang dibuat lebih ringan, ia memberikan penjelasan."Maksudku, waktu kita tidak banyak karena mungkin kau akan hamil. Kita harus segera menikah sebelum perutmu membesar."Joya yang tadinya begitu serius mendadak terdiam, lalu menatap Alastar dengan wajah kesal. Ia merasa ditarik masuk dalam pusaran emosi yang begitu cepat berubah. Baru saja ia cemas setengah mati, kini pria itu malah bercanda seenaknya."Alastar, aku sedang bicara serius!" protes Joya, menepuk lengan pria itu dengan gemas.Alastar langsung mengaduh kecil, wajahnya tampak dibuat-buat kesakitan. "Baby, kenapa kau begitu kejam kepada orang yang sedang sakit?" keluhnya, seolah-olah tamparan ringan tadi benar-benar melukainya.Joya langsung panik. Wanita itu menggi
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-02
อ่านเพิ่มเติม

Siapa Kekasih Alastar?

Bianca menggigit bibirnya sesaat, hatinya berdebar ketika mendengar suara berat dan berwibawa dari Tuan Narendra di ujung telepon. Pria tua itu langsung pada intinya, bertanya tanpa basa-basi, seakan telah memahami ada sesuatu yang penting yang hendak ia sampaikan. Merasa sedikit sungkan, Bianca mengatur suaranya agar terdengar lebih lembut. Ia mencoba meredakan ketegangan yang tercipta dalam percakapan ini."Pantas saja Tuan Narendra terpilih sebagai wali kota, dan berhasil membangun PT. Golden Nutri menjadi perusahaan sebesar ini," puji Bianca dengan nada penuh kekaguman. "Tuan memiliki intuisi yang sangat tajam, bahkan bisa membaca isi hati dan pikiran saya dengan begitu akurat."Dari seberang telepon, terdengar suara tawa rendah, berat, dan penuh pengalaman. "Asam garam kehidupan, Bianca. Itu yang mengajari aku kepekaan semacam ini," jawab Tuan Narendra, suaranya tenang, tetapi mengandung kesan tajam yang sulit diabaikan.Bianca tersenyum tipis, meski tak terlihat oleh lawan bic
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-02
อ่านเพิ่มเติม

Nasi sudah Menjadi Bubur

Denis tidak punya pilihan selain membiarkan Siena masuk ke dalam rumah. Meskipun kedatangannya yang mendadak ini membuatnya merasa canggung, ia tidak mungkin menolaknya begitu saja, terutama saat Siena telah berdiri di depan pintu dengan wajah penuh semangat. Dengan langkah ringan dan senyum lebar, Siena melangkah masuk. Gadis itu bersikap seolah-olah tidak merasakan ketegangan yang merayapi Denis sejak pertama kali melihatnya di depan rumah.Dari dalam kamar, Bu Dewi baru saja keluar, mengenakan daster berwarna lembut dan menyisir rambutnya yang mulai memutih. Saat pandangannya bertemu dengan sosok Siena yang berdiri di ruang tamu, alisnya sedikit berkerut karena terkejut. Ia tak menyangka Siena akan datang sepagi ini. “Siena? Pagi-pagi begini sudah ada di sini?” tanyanya dengan nada heran.Siena segera tersenyum manis, seakan telah menyiapkan kalimat yang tepat untuk menjawab pertanyaan itu. “Selamat pagi, Bu Dewi.” Suaranya lembut dan penuh keceriaan. “Saya datang membawa sarapan
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-03
อ่านเพิ่มเติม

Naluri Seorang Ibu

Denis mendongak, menatap langit yang mulai memutih, tanda matahari sudah mulai merangkak naik. Siena sudah pergi, meninggalkan jejak perasaan yang berkecamuk di hatinya. Ia mengembuskan napas berat sekali lagi, sebelum melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah. Matanya langsung menangkap sosok sang ibu yang sedang berdiri di dapur, mencuci piring dengan perlahan. Seharusnya ibunya sedang beristirahat, bukan malah beraktivitas seperti ini."Bu, sudah, jangan. Biar aku saja yang mencuci piringnya." Denis melangkah cepat, mendekati Bu Dewi dan mengulurkan tangan, bermaksud mengambil piring dari pegangan ibunya. Namun, Bu Dewi menggeleng pelan sambil tersenyum kecil. "Ibu hanya mencuci sedikit, nggak akan membuat Ibu lelah." Denis masih ingin membujuk, tetapi melihat bagaimana sang ibu tetap melanjutkan pekerjaannya dengan hati-hati, ia mundur selangkah. Tangannya terlipat di depan dada, memperhatikan gerak-gerik ibunya dengan seksama. Beberapa detik berlalu dalam keheningan sebelum B
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-04
อ่านเพิ่มเติม

Harus Bercerai

Dengan langkah lebar, Joya menuju lobi dengan hati yang masih berdebar. Sejak turun dari mobil Alastar, ia merasa was-was jika ada seseorang yang melihat mereka datang bersama. Ternyata, ia berhasil sampai di lobi tanpa ada tatapan curiga dari siapapun.Joya menarik napas, ia berhasil lolos. Tak ada yang mengetahui bahwa pagi ini ia berangkat bersama bosnya, Alastar.Tanpa membuang waktu, Joya bergegas menuju lift. Namun, sebelum pintu lift tertutup, suara familiar menghentikan langkahnya."Joya!"Mendengar suara yang memanggilnya, Joya menoleh. Ia bertemu pandang dengan Livia yang berdiri tak jauh darinya. "Aku sengaja datang pagi," kata Livia sambil tersenyum tipis. "Ini hari terakhirku bekerja di sini, dan aku ingin memberikan pelajaran maksimal untukmu."Joya menelan ludah dan mengangguk. "Baik, Bu Livia."Mereka berdua masuk ke lift, dan suasana di dalam terasa hening. Livia memang selalu tegas dan perfeksionis, tetapi hari ini ada sesuatu yang berbeda dalam sorot matanya. Joya
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-04
อ่านเพิ่มเติม
ก่อนหน้า
1
...
89101112
...
14
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status