All Chapters of Istri yang Tergadai : Menjadi Kekasih Gelap Tuan CEO: Chapter 71 - Chapter 80

106 Chapters

Kita Perlu Bicara

Joya tersentak, buru-buru berusaha melepaskan diri dari pelukan Alastar. Livia berdiri di ambang pintu, matanya membelalak, jelas terkejut dengan pemandangan intim yang ia saksikan."Maaf, Pak," ucap Livia terbata-bata. "Saya tidak tahu kalau Anda sudah datang."Tanpa menunggu jawaban, Livia segera membalikkan badan, menutup pintu dengan cepat, meninggalkan Joya yang kini semakin panik. Wajah Joya merah padam, bukan hanya karena kejadian yang hampir terjadi, tetapi juga karena ketakutan jika rumor tentang dirinya dan Alastar menyebar di kantor."Pak... saya harus pergi," gumam Joya, berusaha menarik dirinya dari genggaman Alastar.Namun, Alastar tidak membiarkannya. Dengan satu gerakan, pria itu menarik Joya kembali hingga tubuh mereka kembali bertaut.Kali ini, tidak ada lagi jarak di antara mereka. Tangan Alastar mencengkeram pinggangnya dengan erat, membuat Joya sulit bergerak."Jangan khawatirkan Livia," bisik Alastar, suaranya begitu dekat di telinga Joya. "Dia tahu tempatnya."J
last updateLast Updated : 2025-02-16
Read more

Keputusan Terbaik

Joya ingin melepaskan diri, tetapi tatapan tajam karyawan lain membuatnya mengurungkan niat tersebut. Terpaksa, ia mengikuti Denis menuju meja yang terletak di sudut ruangan—tempat yang cukup tersembunyi dari perhatian banyak orang."Tolong, dengarkan aku," ujar Denis dengan suara rendah, matanya menatap lurus ke dalam mata Joya. "Aku tahu Pak Alastar sedang tidak ada di kantor. Ini kesempatan kita bicara."Joya menghela napas panjang. Ia enggan berbicara dengan pria ini lebih lama dari yang diperlukan, tetapi ia juga tahu bahwa Denis tidak akan menyerah begitu saja. Akhirnya, ia mengangguk tanpa minat. "Baiklah, tapi aku hanya memberimu waktu sebentar. Aku lapar."Denis tidak langsung menjawab. Sebaliknya, ia bangkit dari tempat duduknya dan menatap Joya dengan sorot mata redup.“Tunggu di sini, aku akan membelikan makanan untukmu. Kamu mau makan apa?" tanyanya dengan suara lembut, seakan-akan ia adalah suami perhatian yang selalu memikirkan istrinya.Joya mendengus pelan. "Apa saja
last updateLast Updated : 2025-02-16
Read more

Dua Panggilan

Joya menatap layar ponselnya dengan perasaan yang bercampur aduk. Sejak ia mengirim pesan kepada Alastar, tidak ada satu pun balasan yang muncul.Joya meyakinkan diri bahwa pria itu pasti masih sibuk berkeliling pabrik, memeriksa mesin-mesin produksi, atau mungkin sedang dalam diskusi penting dengan manajer produksi. Namun, seiring berjalannya waktu, Joya mulai merasa gelisah.Ia mencoba mengalihkan pikiran dengan mengarahkan atensi pada tugas-tugasnya. Livia, yang kini berubah menjadi sabar, menjelaskan kembali berbagai tugas tambahan yang harus ia kerjakan sebagai seorang sekretaris CEO. Termasuk, persiapan yang harus ia lakukan untuk perjalanan dinas Alastar ke luar negri.Sesekali, di tengah jeda, Joya melirik layar ponselnya yang tergeletak di atas meja. Namun, tetap tidak ada pesan masuk dari Alastar. Bahkan hingga jam lima sore, pria itu masih belum memberi balasan. Joya mulai bertanya-tanya, apakah Alastar marah padanya? Apakah pria itu kece
last updateLast Updated : 2025-02-17
Read more

Tidur di Kamar Mertua

Joya mengerjapkan matanya. Ia tidak menyangka Alastar bisa menangkap perubahan nada suaranya hanya dari sebuah telepon. Terkadang, berhadapan dengan pria itu hampir sama seperti berhadapan dengan cenayang yang bisa membaca pikirannya.Lekas saja, Joya mengalihkan pandangan, memastikan Denis tidak sedang mendengarkan percakapannya dengan Alastar. Namun, lelaki itu ternyata sibuk dengan ponselnya sendiri, mungkin sedang membalas pesan dari ‘Bunda’ yang telah meneleponnya tadi.“Saya tidak gugup,” ujar Joya pelan.“Kau yakin tidak terjadi sesuatu antara kau dan Denis?” Suara Alastar masih terdengar tajam, seolah tidak puas dengan jawabannya.Joya menahan napas sejenak, lalu menjawab dengan lebih tenang, “Ya.”Lagi-lagi, hening. Joya menunggu Alastar bicara, tetapi lelaki itu tidak segera melanjutkan. Ia bisa membayangkan ekspresi Alastar di seberang sana—mungkin sedang berpikir keras atau menahan amarah yang sewaktu-waktu bisa meledak. Entah mengapa, Joya merasa bahwa kepergiannya bersam
last updateLast Updated : 2025-02-17
Read more

Bersama Semalaman

Joya tersenyum tipis, berusaha menenangkan wanita yang sudah ia anggap sebagai ibunya sendiri. "Saya rindu Ibu, sekalian saya juga ingin menjaga dan menemani Ibu malam ini.”Bu Dewi masih tampak ragu. "Tapi, apa Denis nggak keberatan kalau kamu tidur dengan Ibu? Seharusnya, kamu bisa beristirahat bersama suamimu."Dengan cepat, Joya memasang ekspresi tenang dan mengangguk. "Ini atas persetujuan Denis. Tadi sepulang kerja, saya sudah bilang padanya.”"Baguslah kalau begitu, Ibu senang mendengarnya. Ibu merasa Tuhan sudah begitu baik memperpanjang umur Ibu, sehingga bisa melihat Denis dan kamu bahagia. Ibu sangat bersyukur," kata Bu Dewi sambil menggenggam tangan Joya erat.Joya tersenyum tipis, meskipun hatinya terasa semakin berat. Ia tahu bahwa malam ini, mungkin akan menjadi momen terakhirnya berbagi kehangatan dengan sang ibu mertua. Sebentar lagi, ia akan pergi meninggalkan rumah ini, meninggalkan segalanya.Andai ibu mertuanya tahu bahwa ia ingin mengakhiri hubungan dengan Denis
last updateLast Updated : 2025-02-18
Read more

Wajah Istrimu Berbeda

Tak ingin terjebak dalam suasana canggung lebih lama, Joya mengalihkan perhatian ibu mertuanya. "Saya ke dapur dulu, Bu. Ibu tunggu saja di ruang makan."Tanpa menunggu jawaban dari Bu Dewi, Joya melangkah cepat menuju dapur. Ia segera mengumpulkan bahan-bahan untuk menyiapkan sarapan. Nasi goreng dengan telur mata sapi menjadi pilihannya. Ia juga berpikir untuk menyiapkan bekal berupa roti lapis dan air mineral, agar mereka bisa menikmati camilan ringan di taman nanti.Saat Joya sedang mengiris bahan-bahan, Bu Dewi datang ke dapur. "Biar Ibu bantu, Nak."Joya menoleh dan buru-buru menggeleng. "Jangan, Bu. Ibu duduk saja, nanti malah lelah.""Ibu nggak akan lelah hanya dengan membuat teh hangat. Biarkan ibu berkontribusi sedikit."Melihat ketulusan di mata ibu mertuanya, Joya mengangguk. Bu Dewi mulai menyiapkan teh hangat untuk mereka bertiga, lalu menuangkan susu ke dalam cangkir. Ia menyodorkannya kepada Joya. "Minum ini, supaya kamu tetap sehat."Joya merasa haru. Meski hatinya
last updateLast Updated : 2025-02-18
Read more

Keluarlah dari Pekerjaanmu

Mendapat anggukan dari ibu mertuanya, Joya mengeluarkan roti lapis yang sudah ia siapkan di kotak makanan. Ia memberikan satu bagian kepada Bu Dewi dan satu lagi kepada Denis yang memilih duduk di tikar. Sedangkan ia sendiri hanya meneguk air mineral, sambil memperhatikan sekeliling taman kota yang mulai ramai dengan para pengunjung. Dengan penuh kasih sayang, Bu Dewi membagi setengah roti lapisnya kepada Joya, menawarkannya dengan tatapan lembut seorang ibu."Makanlah Joya. Kau harus tetap sehat dan kuat," kata Bu Dewi dengan senyum hangat.“Terima kasih, Bu,” ucap Joya tak enak hati menolak pemberian tersebut.Dengan senyum yang dipaksakan, Joya menggigit roti lapisnya perlahan. Berusaha menikmati setiap gigitan meski hatinya tengah dilanda kebimbangan. Sementara itu, Denis menyantap rotinya di atas tikar yang ia bawa, seakan ingin menciptakan jarak di antara mereka.Tiba-tiba, terdengar suara langkah kaki kecil yang tergesa-gesa. Seorang anak laki-laki berlari ke arah mereka. Sebe
last updateLast Updated : 2025-02-19
Read more

Perpisahan

Sementara itu, Denis kembali dengan langkah mantap. Dua bungkus siomay masih hangat dalam genggamannya, aromanya menyeruak memenuhi udara taman yang sejuk. Akan tetapi, langkahnya terhenti ketika melihat ibunya, tengah memeluk Joya erat, seolah takut kehilangan. Mata ibunya tampak berair, sorot matanya menyiratkan kepedihan yang mendalam. Denis mengernyitkan dahi, merasa ada sesuatu yang tak beres. Dengan hati-hati, ia melangkah mendekat, lalu bertanya dengan nada penuh kebingungan, "Ada apa ini? Kenapa Ibu menangis?"Bu Dewi perlahan melepaskan pelukannya. Ia mengusap air matanya dengan punggung tangan, sebelum menoleh ke arah sang putra dengan mata berkaca-kaca."Denis, Ibu mohon, minta Joya berhenti kerja," suara Bu Dewi bergetar."Ibu nggak mau dia meninggalkan rumah. Lagi pula, suami istri itu harus hidup bersama, nggak boleh berpisah begini. Tolong, jangan biarkan Joya pindah ke mess karyawan."Joya menahan napas, suaranya tercekat di tenggorokan. Ia menatap Denis dengan isyar
last updateLast Updated : 2025-02-19
Read more

Jadilah Pendampingku

Mobil mewah berwarna hitam pekat itu berhenti tepat di depan rumah, membuat Denis langsung mengerutkan kening. Raut wajahnya menegang dan bibirnya terkatup rapat saat melihat mobil itu. Jelas sekali bahwa Denis sangat cemas bila Alastar akan menampakkan diri di hadapan ibunya.Tak lama, pintu mobil terbuka dan seorang pria berpakaian rapi turun. Itu adalah sopir Alastar. Ia melangkah mendekat ke arah pintu rumah dan berkata dengan nada hormat."Saya datang untuk menjemput Ibu Joya,” ucapnya kepada Denis.Joya, yang masih berada di dalam dekapan Bu Dewi, menegakkan tubuhnya dengan sedikit canggung. Ia menoleh ke arah jendela, dan matanya melebar saat melihat mobil Alastar di luar.Tatapan penuh tanda tanya dari sang ibu mertua membuat Joya semakin merasa bersalah. “Joya… kenapa kamu sampai dijemput dengan mobil mewah seperti itu?” tanya Bu Dewi dengan nada heran, matanya menatap tajam logo eksklusif yang tersemat di bagian depan kendaraan.Joya menarik napas dalam dan tersenyum, berus
last updateLast Updated : 2025-02-20
Read more

Berubah Seperti Cinderella

Mobil melaju dengan tenang dan berhenti di depan sebuah butik dengan ornamen serba emas. Dari luar, kaca besar memamerkan koleksi gaun-gaun yang tampak bagaikan karya seni, menggoda siapapun yang melintas untuk masuk dan melihat lebih dekat.Joya menatap papan nama butik itu, hatinya semakin tak menentu. Ia tidak pernah membayangkan dirinya akan menginjakkan kaki di tempat semewah ini. Namun, sopir Alastar telah turun dari mobil dan membukakan pintu untuknya dengan sopan.Tidak ingin berlama-lama membuat orang lain menunggu, Joya akhirnya turun dengan langkah ragu dan memasuki butik itu.Begitu pintu kaca otomatis terbuka, aroma lembut dari parfum ruangan menyeruak ke indra penciuman Joya. Dua orang pegawai butik, yang mengenakan seragam hitam dengan emblem berwarna emas, langsung menyambutnya dengan senyum ramah. Salah satu dari mereka melirik ponsel sejenak, lalu menatap Joya seolah sedang mencocokkan sesuatu."Selamat datang, apakah Anda yang bernama Joya? Calon istri Pak Alastar?"
last updateLast Updated : 2025-02-21
Read more
PREV
1
...
67891011
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status